Libur Imlek, Asyiknya Berpetualang ke Vietnam

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Libur Imlek, Asyiknya Berpetualang ke Vietnam

rafa - detikTravel
Senin, 01 Feb 2016 13:23 WIB
Budget Hotel Hanoi Asia
Menjelajah Halong Bay
Thien Cung Grotto atau Goa Thien Cung
Kuil di tengah danau Guom sering kali dijadikan simbol Hanoi
National University yang sekarang telah menjadi Museum
Libur Imlek, Asyiknya Berpetualang ke Vietnam
Libur Imlek, Asyiknya Berpetualang ke Vietnam
Libur Imlek, Asyiknya Berpetualang ke Vietnam
Libur Imlek, Asyiknya Berpetualang ke Vietnam
Libur Imlek, Asyiknya Berpetualang ke Vietnam
Jakarta - Libur imlek yang jatuh pada pekan depan bisa traveler manfaatkan untuk petualangan seru ke negeri seberang. Vietnam bisa jadi pilihan karena Halong Bay yang indah sudah menanti.Selepas menghabiskan beberapa malam di Bangkok, Thailand, perjalanan pun saya lanjutkan ke Hanoi, Vietnam, sebelum kembali ke Guangzhou via perjalanan darat yang panjang. Jika ditanya bagaimana kesan saya pertama kali ketika tiba di Hanoi, tentu saja saya tidak bisa membandingkannya dengan Jakarta atau Bangkok, apalagi Guangzhou. Hanoi masih belum bisa disebut sebagai kota metropolitan.Seperti bandara pada umumnya, lokasi Airport Hanoi cukup jauh dari peradaban, dan perjalanan sekitar 1 jam ke pusat kota. Bandaranya tidak cukup besar, sepi, tapi cukup bersih. Jumlah taksi juga tidak terlalu banyak, jika dibandingkan dengan kota-kota besar lain. Uniknya, taksi-taksi di kota Hanoi cenderung menggunakan mobil kecil alias city car.Selama perjalanan menuju pusat kota, seperti biasa saya mencoba mencairkan kesenyapan di taksi bandara dengan mengajak ngobrol sopir taksinya. Saya positif thinking saja bahwa siapapun, termasuk orang-orang di negara lain, akan senang diajak ngobrol dan bahwa kendala bahasa justru menarik dan bisa membuat kita saling tertawa.Ternyata yang terjadi memang demikian. Dalam pengalaman saya di Malaysia, Thailand, China, dan kali ini Vietnam. Dengan 'bahasa tarzan' seadanya, akhirnya saya menjumpai fakta-fakta menarik yang coba dikemukakan dengan susah payah oleh supir taksi yang masih muda itu.Di antaranya yaitu bahwa jumlah populasi sepeda motor di Vietnam adalah setengah dari populasi penduduknya. Katanya jumlah penduduk di VT adalah sekitar 90 juta jiwa (setelah saya cek di wikipedia memang sekitar itu), sehingga ada sekitar 45 juta sepeda motor aktif di Vietnam. Kepadatan sepeda motor di sini memang sangat terasa.Jumlahnya pun tidak sebanding dengan populasi mobil. Sopir taksi tadi juga bilang bahwa sedikitnya jumlah mobil di sini salah satunya diakibatkan oleh pajak yang tinggi, yaitu sekitar 200%. Wow!Jalanan cukup besar, tapi hanya di jalan protokolnya saja. Ketika sudah belok keluar dari jalan protokol, maka siap-siap untuk menghadapi 'kesemrawutan' pengguna jalan. Jalanannya rata-rata sempit, dan didominasi oleh sepeda motor. Jumlah perempatan luar biasa banyak dan hanya beberapa titik saja yang ada Traffic Light. Akibatnya, di setiap kali lewat perempatan, cenderung ribet.Saya cukup beruntung mendapatkan penginapan yang bagus, nyaman dan murah. Namanya Hotel Hanoi Asia. Bosnya adalah orang Perancis, tapi sehari-hari diurus oleh orang lokal yang sangat ramah, baik hati, dan hobi makan kuaci.Secara fisik, bangunan hotel ini tidak nampak besar jika dilihat dari luar. Kecil, seperti ruko yang memiliki 5-6 lantai. Tapi ternyata kamar yang saya dapatkan sangat besar. Malah terlalu berlebihan untuk 1 orang. Full fasilitas, seperti: AC & kipas angin, TV, 2 kasur ukuran besar, dan di toilet dalam bahkan ada bathtub layaknya standard hotel bintang 4 dan 5. Sementara Wifi hanya ada di lantai 1, yaitu ruang tamu dan ruang makan.Di sini saya hanya punya waktu 2 malam. Setelah berkonsultasi dengan resepsionisnya dan juga kebetulan ada teman saya yang orang Vietnam sedang S3 juga di GZ, maka sampailah kepada keputusan, pergi ke Halong Bay keesokan harinya dan menikmati keliling Hanoi di hari berikutnya sebelum pulang.Kenapa Hanoi belakangan? Sebenarnya di Hanoi tidak banyak tempat wisata layaknya Bangkok. Hanya ada 2 tempat bersejarah yang selalu dipromosikan oleh teman-teman saya dari Vietnam. Yang pertama yaitu: taman kura-kura, dan yang kedua adalah universitas pertama di Vietnam yang kini telah jadi museum. Karena alasan itu lah akhirnya saya putuskan untuk pergi ke Halong telebih dahulu, mengingat jaraknya yang agak jauh dan kualitas wisatanya yang diakui dunia sebagai salah satu warisan dunia versi UNESCO (UNESCO World Heritage Site).Untuk ke Halong dan menikmati One-Day-Tour, saya dibantu resepsionis hotel dan ditawarkan 2 tarif, yaitu: 800 VTD (+makan) dan 600 VTD (tanpa makan). Keesokan harinya sekira pukul 07.00 waktu setempat, mobil jemputan sudah datang. 1 mobil bisa menampung 10 orang lebih, dan mayoritasnya adalah orang asing.Perjalanannya sendiri memakan waktu sekitar 4 jam ke arah timur. Agak jauh memang, karena Halong City sendiri ada di provinsi yang berbeda, yaitu Quang Ninh Province. Di tengah perjalanan disempatkan singgah dahulu ke rest area sekaligus merupakan toko oleh-oleh yang sangat besar. Harganya cukup wajar, walau agak mahal. Jika ingin barang yang agak murah, beli saja di Halong (tentu saja dengan tawar-menawar) atau Hanoi, sayangnya pilihan di sana tidak sebanyak di rest area ini.Sesampainya di Halong, rombongan diperkenalkan dengan tour guide yang bertanggung jawab atas 48 orang yang dikumpulkan dalam 1 kapal. Bahasa inggrisnya cukup lancar, dan hebatnya dia sendiri lah yang mengemudikan kapal.Jika diceritakan secara detail akan terlalu panjang, maka ringkasnya adalah: Kesan pertama ketika melihat air laut di sana yaitu warnanya yang hijau, tidak bening dan tidak tampak karang dan ikan di bawahnya. Pasti ada, tapi saya tidak melihatnya.Menurut legenda, Halong merupakan suatu tempat dimana naga turun ke Bumi. Memang demikianlah arti dari kata Halong di bahasa Vietnam, Vinh Ha Long = Descending Dragon Bay. Kabarnya, di kawasan Halong Bay ini terdiri dari 1969 gugusan pulau kecil dan bebatuan kapur yang (entah kebetulan atau tidak) angka itu merupakan tahun meninggalnya tokoh revolusi terkenal di Vietnam, sekaligus mantan Presiden dan Perdana Menteri legendaris Vietnam, Ho Chi Min. Mengenai kebenaran angka jumlah pulau dan karst tersebut saya tidak memastikan karena tidak sempat menghitungnya sendiri, kata abang tour guide sih begitu.Sepanjang perjalanan menuju pulau utama di Halong Bay kita akan melewati tebing-tebing batu besar yang membentuk pola seperti pulau-pulau sendiri. Ketika melintasinya, saya teringat dengan petualangan seorang diri di tahun 2011, ke pulau Langkawi Malaysia. Nostalgia sebentar ke masa lalu. Jika Langkawi berada di laut Andaman, maka Halong Bay menghadap langsung ke Laut China Selatan.Paket One-Day-Tour meliputi wisata ke Gua dan bermain kayak. Masing-masing wisata tersebut berlangsung sekitar 1 jam. Setelah kapal bersandar di dermaga, para wisatawan diajak naik tangga setapak yang sudah dikemas cantik untuk masuk ke dalam gua. Guanya cukup panjang, tidak terlalu sempit dan di tengah-tengahnya sangat luas. Kita berjalan menyusurinya selama 30 menit.Masih banyak ditemui stalagmit dan stalagtit yang aktif di sana. Konon kabarnya, gua ini ditemukan oleh orang Eropa pertama kali secara tidak sengaja. Yaitu, ada seekor kera yang berlari dan bergelantungan dan dikejar oleh orang bule tersebut, hingga akhirnya masuklah kera itu ke dalam lubang yang baru di sadari bahwa ternyata itu gua yang sangat besar. Hebohlah orang-orang seketika itu.Apa kabar dengan si kera? Lagi-lagi konon kabarnya, ada satu bebatuan di bagian atas gua yang jika dilihat dari sudut tertentu akan tampak seperti seekor kera lengkap dengan ekornya. Itulah kera-nya, berubah menjadi batu. Ada apa saja di dalam gua? Ya, namanya saja wisata gua, paling mentok ada hiasan lampu warna-warni yang membuat suasana jadi tidak monoton.Menurut Tour Guide, waktu yang paling indah menikmati Halong Bay adalah ketika musim panas tiba, yaitu antara bulan Juli – September. Di waktu itu cuaca akan sangat cerah, jarak pandang luas dengan warna langit kebiruan yang sempurna untuk berfoto ria. Waktu itu saya datang di akhir bulan Februari. Di sana sudah mulai hangat, tapi kabut dimana-mana.Jika kita melihat gambar mata uang 20.000 VTD, nah.. itulah Halong Bay. Di lepas pantai sekitar Halong, ada satu karst yang unik, yang dijuluki sebagai β€œThe Kissing Frog”, yang dari kejauhan memang terlihat seperti 2 kodok yang sedang berciuman. Ini merupakan salah satu lokasi favorit wisatawan untuk berselfie ria dari atas kapal.Waktu banyak di habiskan di perjalanan antara pulau satu ke pulau lain, yang bisa mencapai 30 menit lebih. Sekitar jam 6 kembali sampai ke daratan Vietnam, dan pulang ke Hanoi.Setelah berhasil membunuh rasa penasaran tentang Halong, barulah keesokan harinya saya bergerak mengitari ibu kota Vietnam, yaitu Hanoi. Ringkasannya adalah sebagai berikut:Seperti halnya kota Guilin di Provinsi Guangxi – China, Hanoi tampak biasa saja ketika siang hari, namun bergelimang lampu di malam hari. Ya, khususnya di danau tengah kota yang sangat terkenal itu.Di danau tengah kota ini, konon kabarnya ada 2 hewan keramat, yaitu sejenis kura-kura besar. Yang 1 telah mati, diawetkan dan di simpan di kuil yang terletak di area danau. Setiap hari, ratusan orang berkunjung di danau dan di kuil ini. Sangat ramai. Dengan tepinya yang dibuat lebar dan rapi, banyak sekali orang-orang tua-muda menghabiskan waktu dengan duduk-duduk atau bahkan jogging di sini.Mencari makanan halal bukan perkara gampang di Hanoi, atau mungkin di seluruh Vietnam. Saya tanya ke beberapa orang, mereka tahu agama Islam, tapi tidak yakin apakah ada orang Islam dan halal food di Hanoi. Ketika di Halong pun, pada akhirnya makanan yang saya pesan adalah makanan vegetarian.Makan khas dan populer di Hanoi sendiri adalah Pho, yaitu sejenis mi yang lembut dan biasanya digabung dengan daging sapi yang super lembut, diiris tipis-tipis. Kalau di Indo, secara penyajian mungkin bisa saya samakan dengan bakso dan mi. Hanya saja beda bentuk mi dan bentuk daging sapinya saja. Kuahnya sama-sama bening, dan kaldunya sangat terasa.Jalanan di Hanoi sangat semrawut. Banyak perempatan yang tidak ada traffic lightnya. Mayoritas kendaraan didominasi oleh sepeda motor Jepang maupun China. Harga motor di Vietnam ternyata sama saja seperti di Indonesia.Penduduk Hanoi mayoritas memilik rumah dengan 3 lantai. Jangan kaget dulu, rumah 3 lantai ini bukanlah rumah besar, melainkan rumah kecil yang disusun ke atas. Ya, harga tanah di sini sangat lah mahal bagi penduduk setempat. Pada akhirnya mereka memilih menaikkan bangunan rumah daripada memperluas lahan.Cukup singkat petualangan di Vietnam. Bolehlah untuk menambah wawasan dan pengalaman. Tapi barangkali perlu juga ke Ho Chi Min City yang sangat populer dengan kota berarsitektur kunonya. Cocok sebagai destinasi liburan saat libur imlek nanti.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads