Jembatan Akar Berumur 100 Tahun di Sumbar
Rabu, 03 Feb 2016 15:30 WIB
Robert Adolf Izak
Jakarta - Bukit Langkisau di Sumbar memang kurang populer di kalangan traveler. Namun di sana terdapat jembatan akar yang konon dirajut dan berumur seratus tahun."coba mampir ke jembatan akar. Unik bangetβ, saran rekjan ku setelah tahu kalau saya akan ke Bukit Langkisau, Sumatra Barat. Uniknya seperti apa? βlihat sendiri saja. Pasti seru jugaβ, lanjutnya.Penasaran juga. Kenapa tidak sekalian saja mampir. Bukankah satu arah menuju Langkisau yang menjadi tujuan utama. Beruntung supir mobil rental tahu dan pernah ke sana sekali. Ada juga angkutan umum untuk tiba di lokasi. Sayangnya agak jarang dan tidak sebanyak di kota Padang.Sekitar 10 kilo menjelang Bukit Langkisau, mobil belok ke kiri menuju Desa Kecamatan Bayang yang berada di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan. Melewati jalan beraspal mulus. Ada juga ruas jalan yang masih di perbaiki sehingga kendaraan perlu berhati-hati terutama jika berpapasan dengan kendaraan lain. Sepanjang jalan mendapat suguhan pemandangan indah, bukit dengan pepohonan cukup lebat. Tidak membosankan setelah kami tiba di lokasi. Berarti kami sudah menempuh kurang lebih 90 kilo selama 2,5 jam dari Kota Padang. Normalnya 2 jam-an. Itu karena kami jalan santai diselingi makan siangSebelum masuk lokasi kami di pungut retribusi 15 ribu per orang, kecuali bagi warga setempat. Bagi pelancong dari luar Sumatra Barat harga segitu sebanding dengan rasa puas melihat keunikan jembatan akar.Memang sangat unik jembatan ini. Kalau umumnya jembatan terbuat dari kayu atau beton atau besi, yang satu ini benar-benar dari akar. Akar dari pohon Kubang (ficus sp) yang banyak tumbuh di sekitar sungai. Kemudian di antara 2 pohon yang berjarak sekitar 25 meter, akar tersebut dirajut atau disambung-kan. Jadi bukan secara alami. Siapa yang melakukan? Info-nya, ide dan desain dari seorang ulama setempat yang melakukan bersama warga setempat. Cukup lama juga, sekitar 26 tahun untuk bisa selesai. Mulai dari tahun 1890 yang kemudian bisa digunakan sejak tahun 1916. Jadilah jembatan yang unik melintas setinggi 10 meter di atas Sungai Bayang. Tidak mudah mendapatkan informasi dengan cara apa jembatan ini dibangun. Yang pasti yang membangun bukan orang sembarangan. Paling tidak memiliki kepintaran entah berkaitan konstruksi atau pemahaman tentang fungsi alam.Ada beberapa keunikan jembatan ini. Pertama karena tidak menggunakan konstruksi modern, semua murni dari tumbuhan, memberikan kesan alami. Kalau di foto jelas sekali corak natural sesuai kondisi desa setempat yang jauh dari hiruk pikuk kota besar. Kedua, sudah seabad usia-nya dan masih tetap berfungsi. Ini karena karakter akar tersebut yang semakin tua semakin kuat. Keunikannnya pasti di minati rekan-rekan fotografer. Meski jauh lumayan jauh dari kota Padang, keunikan jembatan akar menjadi daya tarik turis lokal maupun asing. Pemda setempat ikut aktif mempromosikan melalui brosur wisata atau di event pameran wisata. Peran aktif sangat di perlukan dari pelancong yang pernah ke sini dan merasa puas. Harapan semoga ke depan semakin mendapat kunjuungan pelancong dan kunikan tetap terjaga.












































Komentar Terbanyak
Bupati Aceh Selatan Umrah Saat Darurat Bencana-Tanpa Izin Gubernur & Mendagri
Temuan Kemenhut Soal Kerusakan Hutan Sumatera, Bukan Cuma Faktor Cuaca
Alih Fungsi Lahan Jadi Kebun di Hutan Gunung Sanggabuana Bisa Berpotensi Buruk