Berhadapan dengan Naga Purba di Pulau Rinca, Mendebarkan!
Sabtu, 26 Mar 2016 11:50 WIB

Robert Adolf Izak
Jakarta - Komodo tak hanya bisa ditemui di Pulau Komodo saja, tapi juga di Pulau Rinca. Ternyata bertemu langsung dengan mereka bikin deg-degan. Seru, menegangkan, dan menarik. Barangkali itulah kesan umum pelancong di Pulau Rinca. Apalagi kalau bukan bertemu dengan Komodo (Komodo Variensis). Warga setempat menyebut kadal raksasa ini "Ora". Hewan purba yang masih bertahan sampai sekarang seakan menghipnosis pelancong baik asing maupun lokal untuk datang melihat langsung di habitatnya. Pulau Rinca dan Pulau Komodo, yang masuk dalam Taman Nasional Komodo, menjadi pilihan. Karena di kedua pulau itulah menjadi tempat tinggal nyaman para Ora. Di antara dua pulau ini, Pulau Rinca sering menjadi pilihan. Salah satu pertimbangannya lebih dekat dari Labuan Bajo, yang sering menjadi "gerbang" masuk pelancong untuk melihat Ora. Kira-kira 2 jam naik kapal. Sedangkan Pulau Komodo butuh waktu lebih lama yaitu sekitar 4 jam. Cocok untuk mereka yang memiliki waktu singkat.Berbeda jika melihat di kebun binatang baik di Pulau Rinca maupun Komodo, Ora bebas bergerak. Bebas berburu mencari makan untuk menunjang hidupnya. Sama sekali tidak ada dinding pembatas bagi pelancong untuk melihat langsung. Namun untuk keamanan pelancong akan di dampingi guide atau ranger saat melihat Ora. Pelancong yang datang di Pulau Rinca maupun komodo, dipersilahkan memilih 3 macam rute petualang, yaitu pendek, medium dan lama. Rute pendek lamanya sekitar 1-2 jam, medium sekitar 2-3 jam, dan panjang di atas 4 jam. Pelancong baik perorangan maupun kelompok di persilahkan berjalan di jalur yang sudah disediakan langsung menembus hutan untuk melihat Ora. Saya yang tinggal jauh di Jakarta merasa bersyukur bisa menginjakkan kaki di Pulau Rinca yang kedua kalinya. Pertama kali tahun 2012. Berbeda yang pertama kali juga ke Pulau Komodo, kali ini memilih cukup di Pulau Rinca. Dan kali ini mendapat pengalaman yang lebih mendebarkan.Mengambil rute pendek, ditemani ranger, setelah menyelesaikan administrasi pembayaran kami berdua menembus hutan. Tidak berbeda saat pertama kali ke sini dan jalur trekking tidak banyak berubah. Hanya saja di salah satu spot, naluri ranger mengatakan ada Ora yang mengendus dan mendekat. Kami diminta diam dan tenang. Kuperhatikan mata ranger serius dan penuh waspada memperhatikan ke arah pergerakan semak-semak. Seekor Ora yang panjangnya kira-kira 3 meter dan diperkirakan berkelamin jantan, mengendus dan melangkah kaki pelan ke arah kami berdiri. Sambil berkata pelan dengan senjata tongkat yang ujungnya seperti huruf V, "tenang, jangan bergerak". Benar saja, hewan itu melangkah pelan dengan jarak sekitar 10 meter ke arah kami. Spontan kami tegang. Sadar betul hewan ini termasuk ganas dan liar. Air liur, melalui gigitan yang tajam,Β penuh bakteri menjadi salah satu senjata untuk mematikan mangsanya. Hewan ini pun mampu berlari mengejar mangsa dengan kecepatan 20 km/jam. Sangat cepat. Ranger berkata lagi agar kami tenang, jangan bergerak, menunggu aba-aba menghindar jika Ora semakin mendekat. Ya, kami harus percaya sama ranger. Mencoba tenang walau tegang aku sempatkan mengambil foto Ora yang sedang mengendus dan melangkah ke arah kami.Sang Ranger yang sudah dilatih menghadapi berbagai kemungkinan barangkali ikut tegang juga. Dalam hati aku berdoa semoga tidak ada apa-apa. Seperti sang Ranger, mata kami mengawasi terus pergerakan Ora. Akhirnya kami lega, sang Ora berbelok ke kanan dan tidak jadi mengarah kepada kami. Dan langkahnya menjauh. Kata Ranger setelah Ora berlalu, dia akan lebih mendekat kalau kami melakukan pergerakan apalagi panik.Kami kembali melanjutkan petualangan. Tunggu dulu. Lepas dari "pengawasan" Ora yang satu tadi sang Ranger meminta kami untuk berhenti. Tenang, jangan bergerak, ada satu lagi. Ternyata ada satu lagi Ora yang sedang mengendus dari balik pohon. Kali ini jaraknya lebih dekat sekitar 5 meter dari posisi kami berdiri. Lebih kecil dari yang tadi. Lagi-lagi kami tegang. Namun kusempatkan untuk kembali mengambil foto. Setelah dianggap tidak membahayakan, Ranger mengajak kami untuk melanjutkan perjalanan. Kebetulan trekking pendek hampir selesai kami pun beranjak kembali ke pos awal. Wuaaa, lega. Lepas dari ketegangan. Benar-benar petualangan mendebarkan!
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Pembangunan Masif Vila di Pulau Padar, Pengamat: Menpar Kok Diam?