Menelusuri Sisa Aliran Lahar Gunung Kelud Di Kediri
Kamis, 31 Mar 2016 10:51 WIB

Van Alvin
Jakarta - Pada tahun 2014 lalu Gunung Kelud sempat aktif dan membuat heboh. Setelah dinyatakan aman dan dibuka kembali, traveler bisa melihat sisa aliran laharnya yang teleh mengering.Dahyatnya letusan Gunung Kelud dua tahun silam membuat beberapa bandara di wilayah Jawa harus ditutup. Parahnya lagi, daerah yang jauh dari pusat letusan seperti Yogyaa dan Solo justru mengalami efek yang lebih parah akibat semburan abu vulkaniknya.Secara geografis, Gunung Kelud berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang di Jawa Timur. Jaraknya sekitar 27 km sebelah timur pusat Kota Kediri. Dengan ketinggian sekitar 1.731m gunung ini tidak termasuk dalam kategori gunung yang tinggi.Cerita yang menarik seputar letusannya membuat saya ingin mengunjungi gunung ini. Hasrat itu pun tercapai saat berlibur ke Kediri. Menggunakan mobil, saya dan istri diantar oleh karyawan yang bekerja di kantor saudara kami menuju ke lokasi. Mas Tangguh namanya.Disepanjang perjalanan dia banyak bercerita kisahnya ketika harus mengungsi saat gunung meletus. Termasuk mitos mengenai kondisi cuaca di Gunung Kelud. Konon meskipun cuaca di Kota Kediri cerah, kondisinya akan 180 derajat di sekitar gunung. Dan benar saja, beberapa kilometer dari titik pemberhentian di gunung, awan gelap dan gerimis sudah menyambut kedatangan kami. Akhirnya tibalah kami dilokasi untuk mendaki ke Puncak Kelud. Kendaraan pribadi dan umum harus memarkirkan kendaraan di tempat parkir yang telah disediakan. Disekitarnya terdapat kios-kios yang menjual makanan dan minuman. Ada juga yang menjual foto-foto Gunung Kelud sebagai cinderamata.Langit yang tidak kunjung cerah membuat istri saya urung untuk ikut mendaki. Padahal kalau takut capek, pengunjung bisa menyewa jasa ojek yang akan mengantar ke puncak untuk melihat Kawah Kelud. Cukup bayar Rp 15.000, ojek pun siap melaju melibas jalan beraspal mulus dengan tanjakan yang lumayan terjal. Tawaran tukang ojek sebenarnya cukup menggoda. Tapi saya memilih untuk berjalan kaki menuju puncak. Selain bisa menikmati suasana dan mengambil gambar disepanjang perjalanan, ya hitung-hitung sebagai uji kekuatan fisik.Dari tepi jalan terlihat jurang curam yang bikin kaki gemetaran. Ingat, jangan terlalu dekat ke jurang karena berbahaya dan sudah ada papan larangannya juga. Bagian dasar jurang itulah yang menjadi jalur aliran lahar yang dimuntahkan saat Gunung Kelud meletus. Bekas aliran lahar terlihat jelas. Bentuknya seperti sungai kering yang tertutup pasir. Tidak terbayangkan berapa banyaknya lahar yang dimuntahkan ketika gunung ini meletus.Sedikit kecewa, kondisi hujan membuat kabut turun hingga menutupi puncak-puncak gunung dan lembahnya. Hujan yang semakin deras dan alas kaki yang kurang memadai pun membuat saya tidak bisa melanjutkan hingga ke puncak tempat melhat kawah. Ah, padahal jaraknya sedikit lagi.Sambil menuruni jalan, saya menjumpai beberapa wisatawan yang juga sedang berkunjung ke gunung ini. Beberapa spot disekitar jembatan dan pondok persinggahan menjadi lokasi pilihan untuk berfoto-foto. Selesai ber-selfie sebentar, akhirnya saya melanjutkan turun dan tiba di tempat parkir untuk kembali ke Kota Kediri.Bagi traveler yang berlibur ke Kediri, sempatin deh untuk berkunjung ke Gunung Kelud dan melihat lembah yang menjadi saksi bisu dahsyatnya aliran lahar gunung ini. Tapi ingat, dijalur pendakian tidak tersedia tong sampah. Jadi kalau mau membuang bungkus makanan atau minuman, tunggu sampai kalian menemukan tong sampah ketika turun kembali ya.
Komentar Terbanyak
Bisa-bisanya Anggota DPR Usulkan Gerbong Rokok di Kereta
Turis China Serang Petugas Imigrasi, Jilbab Ditarik Sampai Lepas
Kagetnya Hotel Syariah di Mataram, Putar Murotal Ditagih Royalti Rp 4,4 Juta