Puncak Suroloyo, Tempat Wisata Alam & Pertapaan Raja Mataram
Jumat, 06 Nov 2015 11:50 WIB

Maya Riet Mindanty
Jakarta - Puncak Suroloyo yang terletak di Kulonprogo, DI Yogyakarta, adalah puncak tertinggi Perbukitan Menoreh. Selain jadi wisata alam, Puncak Suroloyo juga jadi destinasi wisata sejarah karena punya beberapa pertapaan.Kami mulai perjalanan menuju Puncak Suroloyo dari kawasan Janti, Yogyakarta. Berbekal GPS dan mengendarai motor, kami berangkat pukul 04.30 WIB dan tiba di Puncak Suroloyo pukul 05.15 WIB. Perjalanan ke puncak tidaklah mulus, karena kami memang belum mengenal medan.Awalnya kami melewati jalanan berlubang dengan tanjakan cukup ekstrem. Penerangan kami hanya berupa lampu sorot motor. Sejenak kami berhenti di tengah jalan untuk beristirahat, dan bertanya kepada warga. Maklum, petunjuk arah ke tempat ini masih minim.Disambut wangi khas bunga kopi yang tertanam di sepanjang jalan, senyum kami melebar setelah menemukan patung Punakawan, pertanda kami telah berada di pelataran parkirnya. Teh hangat pun kami pesan kepada Ibu Kepala Desa yang juga memiliki warung di samping parkiran.Sang ibu pun berkata, untuk mencapai puncak gardu pandang, kami harus melewati deretan anak tangga yang curam. Itulah tempat pertapaan Raja Mataram ketiga, Sultan Agung Hanyokrokusumo. Tekad kami pun bulat, ingin melihat keindahan alam dari atas Puncak Suroloyo.Sampai di atas puncak, sunrise memang tidak kami dapatkan, tapi lelah di perjalanan tuntas dengan melihat perbukitan sekitar dan gunung Merapi-Merbabu diselimuti kabut yang tertiup angin. Udara di sini luar biasa segar, bercampur wewangian tanaman yang berembun.Patung Dewa Siwa beserta bunga sisa sembahyang pun kami temukan. Keindahan alam bercampur dengan keragaman kepercayaan dan budaya membuat Indonesia begitu indah dan kaya. Jangan lupakan untuk tetap menjaga keindahan dan kebersihannya agar tetap dapat dinikmati penerus kita nanti ya.Setelah puas menikmati dan mengabadikan momen ini, kami beranjak turun. Di sekitaran anak tangga, terlihat penginapan dari bambu beratap ijuk yang tersusun apik dan asri. Sampai di parkiran kami menikmati sarapan dan segelas teh hangat sambil kembali mengobrol dengan Bu Kades. Suasana pedesaan dan warga yang bekerja sedari pagi yang juga menebarkan senyum membuat kami kagum sekaligus menentramkan hati, mengingatkan pada keikhlasan hidup dan rasa syukur.
Komentar Terbanyak
Hilangnya Si Penjaga Keselamatan, Ketika Museum Dirusak dan Dijarah
Mengenal Kereta Lambat yang Dinaiki Kim Jong Un ke China
10 Negara yang Mengeluarkan Travel Warning ke Indonesia karena Demo