Pesona Labuan Bajo di Tengah Modernisasi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pesona Labuan Bajo di Tengah Modernisasi

Lee_anthony - detikTravel
Jumat, 11 Des 2015 17:35 WIB
loading...
Lee_anthony
Labuan Bajo yang semakin ramai
Setiap sudut Labuan Bajo memiliki pemandangan yang indah
Lalu lalang kapal di perairan Labuan Bajo
Kala senja menyapa
Bukit Waecicu
Pesona Labuan Bajo di Tengah Modernisasi
Pesona Labuan Bajo di Tengah Modernisasi
Pesona Labuan Bajo di Tengah Modernisasi
Pesona Labuan Bajo di Tengah Modernisasi
Pesona Labuan Bajo di Tengah Modernisasi
Jakarta - Labuan Bajo yang menjadi pintu masuk ke Taman Nasional Komodo, terus berkembang seiring dengan pariwisata yang makin menggeliat. Modernisasi kota pun terus berjalan tanpa menghilangkan pesona alam kota ini.Sepuluh tahun lalu, acara bertema traveling mungkin masih bisa dihitung dengan jumlah jari di 1 telapak tangan. Satu yang menarik hati saya saat itu adalah Jejak Petualang dengan host Riyanni Djangkaru. Dan yang sangat sering terngiang di telinga saya saat itu adalah satu daerah bernama Labuan Bajo.Sepuluh tahun lalu, saya berangan-angan suatu saat menginjakkan kaki di Labuan Bajo. Kelak saya akan menyaksikan indahnya matahari terbenam sambil menyaksikan kapal berlalu lalang, serta bertegur sapa dengan penduduk murah senyum di kota pelabuhan kecil di timur Indonesia.Tampak luar saya mungkin tidak terlihat letupan kegembiraan, berusaha melenggang santai di karpet biru sepanjang selasar menuju bandara di Labuan Bajo. Tapi dalam hati saya bersuka cita, angan-angan 10 tahun lalu kini ada di depan mata.Entah masihkah sama keadaan Labuan Bajo 10 tahun lalu saat saya menyaksikan keindahannya melalui layar kaca dengan saat ini. Dari apa yang saya dengar dan baca, Labuan Bajo kini tak ubahnya kota yang menggeliat meninggalkan rasa tradisionalnya. Belum lagi semakin padatnya penginapan dan restoran yang tentunya berimbas pada banyaknya sampah berserakan.Tanpa pernah tahu bagaimana keadaan 10 tahun lalu di Labuan Bajo, saya tetap menikmati terik matahari yang hangat di badan walaupun harus berbagi dengan kokohnya banguan-bangunan penginapan, restoran dan toko souvenir. Saya tetap menghirup harum pantai walaupun baunya sedikit amis dan seringkali malah aroma asap knalpot kendaraan bermotor yang tercium.Saya tetap menatap indahnya pelabuhan berlatar pulau-pulau kecil yang disinari matahari senja walaupun kadang melintas kapal kargo yang terlihat kontras dengan kapal-kapal phinisi. Atau kadang debu yang menghambur membuat pedih mata saat kendaraan-kendaraan besar melintas. Saya tetap tersenyum bertegur sapa dengan penduduk setempat walaupun kini banyak pendatang dan modernitas yang melekat di warga lokal.Apapun situasi yang terjadi di Labuan Bajo, sedikit pun tidak mengurangi sukacita saya. Bukan perjalanan terjauh saya, sulit pun tidak. Tapi rasa senang yang membuncah terus menggelayut mengesampingkan segala macam 'walaupun'.Terus dibuat kagum dengan indahnya paras Labuan Bajo, saya melangkah menjauh dari keramaian. Adalah Bukit Waecicu, saya membayangkan mungkin 10 tahun lalu inilah wajah Labuan Bajo. Kota di pinggir pantai dengan kontur berbukit.Dari atas Bukit Waecicu, saya bisa menatap bibir pantai yang berlekuk indah. Barisan bukit hijau menguning beradu kontras dengan biru laut dan langit. Tak terasa sang surya bergulir perlahan, entah berapa kali saya berhenti untuk mengabadikan indahnya senja di Labuan Bajo dalam perjalanan menuju penginapan.Wajah Labuan Bajo memang kini berbenah mengikuti perkembangan zaman. Satu hal yang saya yakin, sapaan sang senja di Labuan Bajo tidak akan pernah berubah, tetap dengan keindahannya.Geliat modernitas baik saja berpadu dengan keindahan alam, asalkan dalam porsi yang pas pastinya akan membuat Labuan Bajo semakin menarik. Semoga dalam 10 tahun mendatang alam Labuan Bajo tetap selaras dengan alam.
Hide Ads