Petualangan Seru 3 Hari 2 Malam Taklukan Ujung Kulon

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Petualangan Seru 3 Hari 2 Malam Taklukan Ujung Kulon

Mario Handrikovaro - detikTravel
Senin, 28 Des 2015 15:23 WIB
Jakarta - Bertualang ke Ujung Kulon pastinya menghadirkan pengalaman yang tak terlupakan. Dari mulai Tanjung Layar, Pulau Peucang, Karang Pocong, hingga Cidaon semuanya menggoda untuk ditaklukan.Ujung Kulon merupakan tempat habitat asli Badak Bercula Satu yang dilindungi di dalam kawasan Taman Nasional. Berwisata di sana pastinya akan lebih berbau alam dan berpetualang. Ujung Kulon yang terpencil dan susah aksesnya menjadi pilihan trip kami kali ini. Waktu yang dibutuhkan cukup dengan 3 hari 2 malam, berangkat hari Jumat malam dan pulang hari Minggu. Anggota Trip Ujung Kulon pada tanggal 5-7 September 2014, yaitu saya sendiri, Zehan, mbak Dewe, Milza, Rengga, mbak Emma, Arif Penyok, dan Chandra. Peralatan yang paling utama bagi saya untuk trip adalah Kamera, karena tujuan utama saya pastinya hunting foto lanskap, begitu juga dengan mbak Dewe dan Milza.Kamera yang saya gunakan adalah Nikon D-90, sebelumnya Nikon D-80. Selain itu, saya membawa 2 lensa (18-55mm dan fix 50mm f1.8), tripod, dan tas kecil kamera lowepro. Perlu diketahui kalo kamera D-90 ini dibeli dari teman kantor saya, dan waktu itu Milza juga tertarik untuk membeli kameranya. Namun dengan sigap dan gerak 1000 langkah, saya langsung COD-an untuk deal barang. Akhirnya, saya diledekin terus sama Milza yang kecewa berat tidak jadi punya kamera.Kami menggunakan jasa tour paket dari Lina Ceria Traveling. Harga paket per orang untuk 3 hari 2 malam Rp 900.000. Paket ini termasuk transportasi PP, homestay sekamar berempat, makan 6x, tour keliling pulau 2 hari, ijin masuk taman nasional, dan guide.Meeting point jam 20.00 di Rest Area Kedua Jakarta-Tangerang, saya, Zehan, mbak Dewe, dan Milza naik taksi dari kantor di Bandara Soekarno-Hatta ke sana sekitar jam 18.00. Teman kampusnya mbak Dewe juga langsung meet up di sana. Sedangkan, si Rengga berkumpul di penjemputan pertama di Hokben Kartika Chandra, Gatot Subroto.Sambil menunggu saya, Zehan, Milza, mbak Dewe makan malam dulu, mengingat perjalanan darat menuju pelabuhan pemberangkatan ke Pulau Peucang cukup jauh dan terpencil. Perut harus terisi penuh untuk menjaga kesehatan selama Trip. Beberapa menit kemudian, mba Emma, Arif Penyok, Chandra datang dan kami saling berkenalan satu sama lain.Setelah itu, peserta tour lainnya juga sudah datang. Paket tour ini adalah open trip, jadi pesertanya terdiri dari beberapa kelompok. Akhirnya, Rengga dateng juga bersama 2 mobil elf dan tidak lama setelahnya langsung kami masuk ke mobil untuk berangkat. Untungnya kami semua bergabung menjadi 1 mobil, kapasitas mobilnya dapat menampung 12 orang.PBerat memang jarak tempuh dari Jakarta ke Pulau Peucang, kami harus naik mobil elf selama 9 jam dan kapal kayu selama 3 jam. Well, kami perlu waktu total sekitar 24 jam total perjalanan pulang-pergi. Saya, Zehan, dan Rengga duduk di baris paling belakang, baris depannya Milza, mbak Dewe, dan mbak Emma, sedangkan, bang Arif dan Chandra didepan samping pak Supir. Di perjalanan awalnya kami mengobrol, setelah beberapa jam kemudian, kami mulai terdiam dan terlelap. Trip ini merupakan yang pertama bagi saya dan Zehan untuk berpergian jauh bersama, ini akan menjadi memori yang tidak terlupakan.Beberapa jam kemudian setelah kami terlelap tidur, kami dibangunkan dengan goncangan mobil ke kanan-kiri seperti naik perahu yang lagi badai. Jalanannya pun berubah yang sebelumnya aspal menjadi jalan batu dan tanah. Parah sekali.Tapi itu terbayar dengan pemandangan langit sangat hitam gelap membuat bintang-bintang bersinar sangat terang, indah sekali. Keadaan seperti ini sudah jarang kami temui di Jakarta dimana banyak sekali polusi udara dan polusi cahaya sehingga langit tidak sebersih aslinya. Sungguh disayangkan!Goncangan mobil semakin parah, sempat kami terbangun dan disuruh turun sama pak sopir. Ternyata supaya mobil tidak mentok karena jalanan berbatu dan perbedaan levelnya cukup tinggi. Tidak lama kemudian mobil yang 1 lagi ternyata nyangkut, dan mereka akhirnya menunggu mobil yang saya tumpangi untuk menjemput ke situ lagi. Setelah rombongan sudah komplit, kami semua naik mobil ke pelabuhan kecil, Dermaga Sumur di Desa Tamanjaya, Cuma 5 menit.Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan naik kapal kayu. Bismillah, saya baca doa supaya tidak mabuk laut seperi dulu lagi. Perjalanan laut ke Ujung Kulon tidak tahu kenapa lebih tenang arusnya, tidak terlalu goyang-goyang. Alhamdulillah, mungkin karena letaknya di selat antara Pulau Jawa dan Sumatera. Kami memilih duduk di deck depan kapal agar dapat melihat pemandangan selama perjalanan.Bertolak dari Dermaga Sumur untuk naik kapal kayu ke Pulau Peucang, perjalanan cukup panjang, sekitar 3 jam. Karena terjadi keterlambatan jadwal akibat mobil elf, maka jadwal trip diubah lebih dulu, ke Tanjung Layar terletak di Selat Sunda. Kawasan ini masih masuk Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Tanjung Layar merupakan bagian paling ujung barat Pulau Jawa. Perjalanan menuju sana sangat indah, air lautnya bersih biru muda, di sekitarnya terdapat kepulauan dengan hutan yang masih hijau, dan untungnya langit cerah. Nah, momen terbaik untuk captured di sini, jadi harus siap2 pegang kamera dan peka terhadap lingkungan.Kapal kayu yang kami naik tidak bisa bersandar di Dermaga Cibom, Tanjung Layar, karena pantainya yang terlalu rendah, banyak terdapat terumbu karang. Sebenarnya dermaga ini merupakan Pulau di Tanjung Layar sebagai titik awal turun dari kapal. Di Dermaga Cibom kita dapat melihat sejarah tentang Cibom dan Letusan Krakatau yang jejak letusannya sampai ke Tanjung Layar.Akhirnya, kami ditransfer dengan perahu kecil kapasitas 7 orang. Pantainya banyak berbatu, pasirnya putih dan bertekstur halus. Rombongan Trip kami kali ini tidak ada yang mau snorkeling. Kalau saya sih memang tujuan utamanya untuk hunting foto saja, buat portfolio stock photo.Pulau ini tidak berpenghuni, hanya terdapat 2-3 orang penjaga mercusuar yang bertugas. Lalu, kami trekking di hutan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang sudah ada jalurnya. Pertama-tama, kami berjalan sekitar 30 menit ke tempat bekas mercusuar. Konon pada zaman Belanda, mercusuar itu dibangun tahun 1808 dengan tinggi 40 meter. Ditemani oleh suara-suara binatang dan kicauan burung-burung, kami naik ke atas mercusuar.Tangganya cukup terjal dan tinggi. Sesampainya di atas kami mempunyai pandangan yang lebih luas. Saya pun mencari spot yang bagus untuk menangkap foto lanskap. Sungguh sangat disayangkan bangunan bekas mercusuar dan sekitarnya dibiarkan liar begitu saja.Setelah puas ambil gambar di atas, kami turun dan menuju ke bukit-bukit hamparan rumput, dimana sekelilingnya terdapat tebing-tebing tinggi dan sering disebut Taman Dinasaurus. Mungkin bentukan batuan tebing-tebing itu seperti Dinosaurus. Saya dan Zehan sempat duduk-duduk di rumput berteduh dari teriknya matahari sambil menikmati suasana. Setelah itu, saya dan zehan jalan ke tebing-tebing batu melihat pemandangan di balik tebing yang indah dan tenang.Perut sudah mulai keroncongan, terasa laper. Ternyata sudah jam 12, pantas! Kami pun langsung jalan balik ke Dermaga, setibanya di sana, kami mampir dulu ke museum kecil berbentuk saung untuk membaca sejarah tentang Dermaga Cibom dan Letusan Krakatau. Kapal kayu sudah siap untuk mengantar ke Homestay.Pulau Peucang merupakan tempat hidupnya rusa-rusa. Oleh karena itu banyak sekali rusa berkeliaran di sini seperti di Kebun Raya Bogor. Selain itu, banyak pula babi hutan yang jalan-jalan seperti kucing di rumah. Cuma bunyinya saja yang beda.Setelah mengeksplorasi Tanjung Lesung, akhirnya kami sampai di Pulau Peucang. Selanjutnya langsung pembagian kamar dan drop backpack. Saya bersama bang Arif dan Chandra 1 kamar, Milza dan Rengga 1 kamar, serta yang cewek-cewek 1 kamar. Setelah menaruh tas, mba Lina langsung memanggil untuk makan siang prasmanan. Ada ayam, ikan, tahu, tempe, sayur-sayuran, dan buah. Banyak jalan, maka kita harus banyak makan, itu bunyi hukum keseimbangan.Rintangan dan tantangan ketika makan di sini adalah adanya monyet liar yang badung dan selalu berusaha mengambil jatah makanan kami. Bahkan dia berani mendekati manusia, saking badungnya ada yang dateng dari atap homestay dan mengintip ke bawah. Lalu ada babi hutan yang menunggu sisa makanan tersebut. Tetapi babi tersebut kalah dan takut, jika ada monyet mereka akan menjauh. Kurang lebih suasananya seperti ini, luar biasa!Setelah makan siang, kami rehat sejenak dikamar masing-masing. Mbak Lina pesan sekitar jam 16.00 sudah siap untuk jalan ke Cidaon, yang merupakan padang penggembalaan tempat satwa liar. Satwa itu seperti sekawanan banteng, babi hutan, burung, dll. Suasananya hening, dari semula mengobrol, terus saya, bang Arif, dan Chandra tertidur karena kecapekan jalan. Sekejap kemudian, saya terbangun dan mereka juga. Saya ketok kamar sebelah untuk bangunin Rengga dan Milza.Dengan pasrah dan muka masih malas beranjak pergi, kami berlima keluar Homestay. Ternyata kapal sudah berangkat dan tidak terlihat lagi wujudnya. Sayang sekali kami tidak ikut ke Cidaon. Akhirnya kami ngopi, sambil ngobrol di pantai, terus jalan-jalan menyusuri tepi pantai, sampai menjelang magrib dan kapal kayu rombongan kembali.Sungguh disayangkan, saya tidak bisa dapet captured satwa liar di sini. Berikut juga dengan Badak Bercula Satu, untuk bisa mendekatinya perlu beberapa berikut adaptasi dengan kondisi alam dan cukup sabar menunggu momennya. Badak di sini sangat takut dengan manusia, mereka dapat mendeteksi adanya keberadaan manusia dari jarak jauh dengan indra penciuman.Oleh karena itu, salah satu cara untuk mendekati badak adalah dengan melumuri tubuh kita dengan lumpur dan kadang perlu berkemah di hutan. Begitu lah yang sering dilakukan bagi pengamat satwa badak bercula satu di sana. Jika kamu ingin mengambil gambar Badak Bercula Satu, maka sebaiknya mengajak guide local/ranger untuk berkemah di Tanjung Layar agar mendapatkan momen terbaik pergerakannya. Ekstrimnya, melumuri badan dengan lumpur agar dapat captured dari dekat.Setelah makan malam tidak ada agenda dari tour guide, sehingga kami mengisi kegiatan dengan ngobrol2 diberanda depan homestay dan main kartu Uno yang saya bawa. Ketawa-ketawa sampai lelah, tidak terasa jam sudah jam 23.00 kami pun bubar. Kami pun kembali kekamar masing-masing.Keesokan paginya, sesuai jadwal kami seharusnya treking ke Karang Pocong. Jalan kaki menuju sana melewati hutan dengan pohon tinggi dan besar, dimana terdapat akar gantung yang menjuntai. Serta dapat ditemui satwa liar seperti rusa, kera, dll. Namun, kami lebih memilih jalan santai di pantai. Kami ingin berenang dan main air di tepi pantai. Jalan kaki menyusuri pantai Pulau Peucang, sampai pantai yang tadinya pasir sampai karang kecil di lantai pantainya.Siangnya setelah makan kami bertolak dari Pulau Peucang untuk pulang, benar-benar tak terlupakan! (travel/travel)

Hide Ads