Jelajah Sisi Lain Kawasan Kota Tua Jakarta, Seru & Beda!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Jelajah Sisi Lain Kawasan Kota Tua Jakarta, Seru & Beda!

Bonni Perdhana Chaniago - detikTravel
Senin, 20 Apr 2015 15:10 WIB
loading...
Bonni Perdhana Chaniago
Gedung VOC Galangan
Tembok Benteng Batavia Lama
Memancing di air keruh
Bangunan bekas gudang VOC
Bangunan bekas gudang senjata dan rempah VOC
Jelajah Sisi Lain Kawasan Kota Tua Jakarta, Seru & Beda!
Jelajah Sisi Lain Kawasan Kota Tua Jakarta, Seru & Beda!
Jelajah Sisi Lain Kawasan Kota Tua Jakarta, Seru & Beda!
Jelajah Sisi Lain Kawasan Kota Tua Jakarta, Seru & Beda!
Jelajah Sisi Lain Kawasan Kota Tua Jakarta, Seru & Beda!
Jakarta - Kawasan Kota Tua Jakarta memang seru untuk dijelajahi. Namun apa jadinya, jika Anda dibawa ikut tur untuk melihat sisi lain Kota Tua yang jarang orang tahu. Pastinya dijamin seru dan berbeda!Saya bersama teman-teman Komunitas Historia berkesempatan mengeksplorasi sisi lain kawasan Kota Tua jakarta. Kebetulan kami mendapat undangan dari mimin @WisataKotaTua yang berkenan memandu perjalanan kami hari ini.Ketika diajak, saya tidak tahu akan dibawa ke mana. Saat bertanya pun hanya dijawab "Ikuti saja kata hati dan kemana kaki melangkah."Perjalanan pun dimulai dari depan Museum Fatahillah atau yang lebih dikenal dengan Museum Sejarah Jakarta. Pemandu perjalanan kami sempat menjelaskan sedikit tentang Meriam Si Jagur yang ada di Taman Fatahillah.Meriam ini dulunya berada persis di depan pelataran museum, kemudian dipindahkan ke bagian taman dalam museum. Yang kemudian dipindahkan lagi keluar ke Taman Fatahillah.Kami pun melanjutkan perjalanan ke arah Jalan Kunir, masih di kawasan Kota Tua Jakarta. Jalan ini masih menyimpan banyak bangunan lama peninggalan Belanda. Kebanyakan dijadikan gudang, dari awal hingga sekarang. Masuk lebih dalam ke Jalan Kunir, kami diajak menjelajah perkampungan penduduk di sekitar kawasan Kota Tua. Melihat jalan yang becek berair, dan truk kontainer yang sedang parkir, membuat saya bertanya dalam hati "Mau dibawa ke manakah kami hari ini?"Lebih kurang 15 menit kami berjalan, melewati perkampungan padat penduduk, gang sempit yang hanya bisa di lewati 2 orang berdampingan. Anak-anak yang bermain, ibu-ibu sibuk menyiapkan makanan buat keluarga, bapak-bapak yang sibuk nongkrong menunggu jam makan siang tiba.Tiba-tiba sang tur guide menghentikan langkah kami, di depan kami, terpampang struktur bangunan bata. Peninggalan Belanda yang hanya tinggal sebagian, ada semacam lengkungan di tengah-tengahnya.Rupanya ini adalah sisa-sisa tembok benteng yang mengelilingi Batavia jaman dahulu kala. Masih berdidiri kokoh, di antara perkampungan warga. Batuan tembok benteng ini diselimuti oleh lumut dan tanaman lain yang tumbuh di sekitarnya.Beberapa bata dari tembok benteng ini hilang entah kemana, barangkali rusak dan rapuh akibat faktor cuaca, atau malah bisa jadi diambil tangan-tangan jahil untuk dijadikan koleksi.Kami pun terus melangkah, mengikuti arahan pemandu kami. Masih lewati lorong sempit perkampungan padat penduduk, yang di kanannya terbentang sebuah sungai yang terkenal saat banjir datang, apalagi kalau bukan Ciliwung. Kami sempat beristirahat sejenak melepas penat di pinggir sungai, menikmati pemandangan sungai yang keruh, sambil bercanda dengan anak-anak penduduk yang lewat.Perjalanan dilanjutkan, masih di area yang sama, diiringi tatapan dan senyuman penduduk yang mungkin heran, kok ada ya turis lokal yang nyasar di tengah hari, blusukan ke kampung mereka. Di perjalanan, kami sempat harus melewati tangga kecil untuk berpindah ke sisi lain tembok, dan taraa.. Ternyata dibaliknya ada area yang di penuhi dengan genangan air.Rombongan kami dipandu oleh 2 anak warga melewati bilah-bilah papan yang disusun sedemikian rupa menjadi jalan di atas genangan air tersebut. Saya sempat merasa was-was, karena beberapa bagian papan terasa seperti hendak patah saat kami lewat.Di tengah-tengah bagian berbaris rapi bapak-bapak yang sedang memancing, rupanya di air yang terlihat keruh ini terdapat ikan mujair yang biasa dipancing setiap harinya.Di tengah-tengah kolam, ada bangunan gedung lama peninggalan Belanda. Salah seorang warga bercerita, kalau gedung itu dulunya adalah bekas gudang senjata dan juga sempat dijadikan gudang rempah-rempahnya VOC.Genangan air yang mengelilingi gedung tersebut adalah banjir, yang tak kunjung kering, karena mesin pompa yang menyedot air banjir tersebut telah lama rusak. Di bawah air sebenarnya adalah jalan aspal bukan lumpur tanah, ujar warga kepada kami.Perjalan di tengah terik matahari dilanjutkan ke lokasi terakhir, yaitu Museum Bahari. Kami hanya bersilaturahmi dengan penjaga museum, kemudian mampir sebentar ke Galangan VOC yang berada persis di seberang Museum Bahari.Gedung VOC Galangan saat ini lebih banyak di gunakan untuk aktifitas pariwisata dan tempat kongkow warga negara asing yang ingin bernostalgia dan melihat-liat gedung lama peninggalan jaman Belanda.Halaman belakangnya yang luas dan suasana cafe yang cozy membuat wisatawan mancanegara betah berlama-lama menghabiskan waktunya di tempat ini. Ditambah dengan menu makanan dan minuman yang ditawarkan pun ditawarkan dengan harga normal, bukan harga bule seperti yang sering ditemukan ditempat-tempat wisata lainnya.Perjalanan ini mungkin buat sebagian orang terasa biasa, namun buat kami (saya dan teman-teman), semacam perjalanan menemukan hidden paradise. Kami tidak diberitahu kemana kami akan pergi, dan bagaimana kondisi rute yang dilalui. Namun setelah melaluinya, kami merasa bersyukur dapat melihat sisi lain dari kawasan Kota Tua Jakarta.Anda sesekali harus mencobanya. Selamat Traveling!
Hide Ads