Bisa! Mendaki Gunung Sambil Wisata Candi di Mojokerto

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bisa! Mendaki Gunung Sambil Wisata Candi di Mojokerto

Inggit_erlianto - detikTravel
Rabu, 13 Mei 2015 17:00 WIB
loading...
Inggit_erlianto
sunrise puncak penanggungan
View Gunung Arjuno Welirang
Jalur turun
Suasananya romantis
Salah satu candi di jalur pendakian
Bisa! Mendaki Gunung Sambil Wisata Candi di Mojokerto
Bisa! Mendaki Gunung Sambil Wisata Candi di Mojokerto
Bisa! Mendaki Gunung Sambil Wisata Candi di Mojokerto
Bisa! Mendaki Gunung Sambil Wisata Candi di Mojokerto
Bisa! Mendaki Gunung Sambil Wisata Candi di Mojokerto
Jakarta - Ingin mendaki gunung dan bertemu situs-situs kuno? Datanglah ke Gunung Penanggungan di Mojokerto via Jalur Jolotundo. Dengan melalui jalur tersebut, Anda bisa menjumpai sejumlah candi peninggalan bersejarah.Saya pernah mendengar di media, bahwa banyak para arkeolog meneliti peninggalan situs ini. Kabarnya Gunung Penanggungan akan diusulkan menjadi situs warisan dunia. Di jalur Jolotundo terdapat beberapa percabangan, maka perlu dengan cermat mengamati setapak kalau tidak ingin nyasar seperti saya dan kedua teman saya.Dari pos Jolutundo kita harus membayar tiket masuk wisata, kemudian bisa langsung memulai pendakian yang diawali dengan menaiki beberapa anak tangga. Letak tangga tersebut berada di samping kiri pintu masuk wisata pemandian.Saya berangkat bertiga bersama kedua teman saya, Kanzul dan Astry. Setapak kami lewati dengan santai sambil mengantar matahari ke balik bumi yang lain. Suasana semakin meredup, tak ada satu pun rombongan yang kami jumpai ketika perjalanan. Sekitar 40 menit berjalan, tibalah kami di sebuah persimpangan, lurus dan ke kiri. Karena tak ada petunjuk arah, kami pun mengambil arah lurus dengan pertimbangan jalan lebih lebar dan jelas. Bulan sedang terang-terangnya saat itu, pengganti cahaya bumi walau tak seterang matahari. Semakin jauh semakin ragu, karena jalan sedikit menurun. Kami terlihat hanya berjalan mengitari punggungan gunung. Akhirnya kami putuskan untuk berhenti dan kembali ke titik semula persimpangan. Berbekal headlamp saya melihat jalur ke kiri, Karena di pintu persimpangan, jalur sedikit tertutup semak-semak.Kanzul pun menyusul saya untuk membantu mengecek jalur. Keraguan masih tak mau pergi, saya pikir mungkin jalan lurus tadi kurang jauh untuk dilewati. Sepakat kami kembali ke jalur yang sudah kami lewati tadi dan berharap tidak salah jalan. Lama berjalan tanpa menghiraukan lelah dan perut lapar, keraguan datang lagi. Bagaimana tidak frustasi, sudah jalan jauh mengitari puunggungan, kemudian kami melihat beberapa cahaya rumah warga yang semakin mendekat dari pandangan mata. Sempat terpikir untuk tidak melanjutkan perjalanan ini. Kami bertiga memang sudah sering ke Penanggungan, namun belum ada yang pernah lewat Jalur Jolotundo. Alhasil nyasar-nyasar seperti ini. Berhenti, berdiam, makan sebungkus roti, lalu membakar nikotin. Setelah itu, semangat kembali datang merayu langkah kami bertiga untuk melanjutkan perjalanan.Baiklah, mari kita jalan. Kembali ke persimpangan dan ambil jalur yang agak tertutup semak-semak tadi. Kami terus bergerak dan sesekali membelah ilalang yang menghalangi langkah. Puji syukur, ketika sudah berjalan 30 menit menyusuri setapak, kami menemukan ceceran batu bata khas bangunan candi. Semakin yakin dan sangat yakin jika jalur yang kami lewati benar. Betul sekali apa yang dikatakan Astry 3 jam yang lalu, ini jalur yang benar. Mungkin insting wanita calon-calon ibu lebih tajam kali ya.Sekitar 20 menit berjalan lagi, akhirnya kami tiba di suatu bangunan tumpukan bata dan bertemu rombongan bapak-bapak yang bermalam di sini. Beliau berkata sudah hampir satu minggu berada di halaman candi ini. Berteduh dengan membentangkan terpal di desain layaknya tenda pleton dan beralaskan tikar. Saya tidak bertanya kenapa mereka datang ke sini, yang pasti mereka punya misi tersendiri. Mungkin juga mencari kesaktian. Mungkin.Lanjut perjalanan, lagi-lagi kami bertemu candi di batas vegetasi. Sepanjang perjalanan menuju puncak Penanggungan kami bertemu 5 bangunan candi, yakni Candi Bayi, Candi Puri, Candi Pura, Candi Gentong, dan Candi Sinta. Mungkin masih banyak lagi yang masih tersembunyi.Jarak antara candi yang satu dengan yang lain saling berdekatan. Jalur semakin menanjak dan terjal, tidak ada pepohonan, hanya berupa ilalang dan bebatuan. Dehidrasi pun tak mengenal malam hari. Rasa haus tidak pernah puas terobati dengan seteguk air. Dengan sisa-sisa tenaga, akhirnya tiba juga di puncak pukul 23.00. Walaupun gunung ini tingginya 1.653 meter dari permukaan laut, namun tracknya cukup melelahkan dan menyakitkan dengkul. Sesampainya, seketika saya dan kawan-kawan mendirikan tenda tepat di hadapan siluet Gunung Arjuno Welirang yang gagah menjulang tinggi. Berharap besok pagi dapat view secantik mungkin dan bisa menemeni mentari menampakkan wujudnya perlahan ketika fajar.
Hide Ads