Menyusuri Jejak Soe Hok Gie di Gunung Pangrango
Senin, 29 Jun 2015 10:50 WIB

Yogi Gustaman
Jakarta - Aktivis terkenal Soe Hok Gie begitu mencintai pendakian di Gunung Pangrango, Jawa Barat. Ia pun membuat puisi mengenai Lembah Mandalawangi di gunung ini. Mandalawangi memang begitu indah dan siap menyapa pendaki yang datang.Sudah lama saya mengagumi sosok idealis yang satu ini. Tegas, bersahaja dan tidak mau berkompromi untuk hal yang merugikan masyarakat. Soe Hok Gie, sastrawan yang meninggal muda di Semeru.Perjalanan ini sebenarnya sudah saya rencanakan jauh-jauh hari. Mengingat Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yang mewajibkan pendaki untuk daftar melalui situs resmi (online). Beruntung ada libur beberapa waktu lalu, sehingga waktu tersebut bisa saya pergunakan. Minggu malam saya dan teman-teman satu kampus berangkat bersama dari Cibinong naik motor. Karena jalan sepi, kami hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam dan telah tiba di cibodas, salah satu jalur pendakian TNGGP.Mengisi perut dan bercengkrama sebentar di warung, tak terasa dinginnya malam semakin menusuk. Kami memutuskan untuk tidur dan mengisi tenaga untuk esok hari menapaki tujuan kami.Subuh menjelang, melaksanakan salat, mengatur ulang beban bawaan dan jam setengah tujuh mulai berjalan. Kami tiba di pos registrasi, menyerahkan surat-surat yang menjadi ketentuan. Saat itu ada pendaki yang berangkat dengan cara ilegal.Sangat disayangkan, demi keamanan diri sendiri, mereka rela mempertaruhkannya dengan cara yang salah. Singkatnya, pukul tujuh pagi kami sudah mulai trekking. Berjalan santai sambil mengobrol jadi teman perjalanan saat itu.Sesekali kami istirahat di pos yang baru dibangun oleh pihak taman nasional. Bangunan ini kiranya untuk istirahat pendaki, masih terawat, karena tergolong baru, hendaknya jgn dirusak. Hingga akhirnya lima jam perjalanan, kami sudah tiba di Kandang Badak.Itulah salah satu spot untuk mendirikan tenda. Selain luas, di sini juga terdapat sumber air, sehingga sangat favorit untuk dijadikan tempat kemping. Karena sudah memasuki jam 12, kami istirahat sekaligus makan dan salat.Awalnya kami ingin bermalam di Mandalawangi, karena ingin merasakan indahnya sentuhan magis yang Soe Hok Gie katakan. Tapi lelah terasa begitu menyergap. Kami akhirnya memutuskan untuk bermalam di Kandang Badak.Saya benar-benar merasakan kondisi gunung yang saya idamkan, sepi, sunyi, dingin. Lalu masak, untuk mengisi perut yang telah berteriak. Tak terasa sudah jam 20.00 lebih, saya memutuskan untuk tidur lebih awal dibanding dengan teman yang lain.Alarm berdering cukup keras di dalam tenda, Menyeng bangun paling cepat, sedangkan saya dan Baba sedikit bermalas-malasan. Pukul 2 pagi, kami akan summit attack agar bisa tiba d puncak saat matahari terbit. Karena gerak yang lama, kami baru jalan pukul 3 pagi.Berjalan di gelapnya jalan setapak, menggunakan senter maupun headlamp. Pukul 05.00 lebih kondisinya sudah menampakan sinar sang surya. Perjalanan masih panjang nampaknya, saya hampir kehilangan asa karena tak sanggup tiba di puncak. saya memutuskan untuk berhenti dan teman yang lain meneruskan hingga puncak.Tak disangka, Menyeng turun kembali dan mengatakan bahwa puncak kurang lebih hanya 10 menit. Seketika tenaga kembali terisi dan akhirnya kami bisa tiba di puncak pukul 06.30 pagi.Alhamdulillah, sungguh luar biasa keringat yang kami keluarkan dan digantikan dengan lukisan indah. Istirahat sejenak dengan air pegunungan dan makanan kecil yang kami bawa, langsung hunting foto, kemudian turun ke Mandalawangi.Saya merasakan sebuah keunikan tersendiri melihat lembah yang cukup sohor namanya. Entah karena telah mendambakan ini sejak lama, atau memang Mandalawangi memang tempat yang luar biasa. Rasanya malas untuk beranjak, walau untuk foto sekalipun.Puas, hingga pukul 10.00 pagi, kami lalu turun kembali ke Kandang Badak. Sesampainya di sana, kami makan, istirahat sejenak, kemudian packing karena sudah cukup siang waktu untuk turun. Akhirnya tepat pukul enam petang kami telah sampai di pintu registrasi awal. Lapor terlebih dahulu, kemudian membuang sampah bawaan dan turun ke warung.Jam 19.30 kami selesai bersih-bersih dan pukul 22.00 telah sampai di rumah. Menyenangkan sekali pendakian kali ini.
Komentar Terbanyak
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Tanduk Raksasa Ditemukan Warga Blora, Usianya Diperkirakan 200 Ribu Tahun