Jalan-jalan di Bali, Jangan Lupa ke GWK
Senin, 16 Feb 2015 11:10 WIB

Darwance Law
Jakarta - Ada banyak objek wisata menarik yang dapat dikunjungi di Bali. Selain Pantai Kuta dan Sanur yang sudah mainstream, ada juga Taman Garuda Wisnu Kencana atau biasa disingkat GWK. Tidak sedikit traveler yang berfoto di sini.Pulau Dewata memang luar biasa. Selain alamnya yang indah, pulau kecil dengan jumlah penduduk lumayan padat ini juga menyajikan objek wisata menarik lainnya.Β Pernah mendengat nama Garuda Wisnu Kencana atau GWK? Ya, GWK merupakan salah satu ikon pariwisata Pulau Bali yang selalu ramai dikunjungi wisatawan. Memang sangat beralasan mengapa berduyun-duyun orang mendatangi tempat ini.Β Selain dua patung raksasa yang menjadi identitas kawasan ini, pemandangan di sekitar taman juga tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Bagi saya, itulah daya tarik Taman GWK.Penasaran? Berikut cerita saat saya dan beberapa orang teman menunaikan program 'Petualangan Satu Minggu Bali-Lombok' kami. Hari itu adalah hari keenam petualangan kami. Agenda hari itu adalah menelusuri sejumlah objek wisata yang ada di Pulau Bali bagian selatan.Β Destinasi pertama yang kami datangi adalah Pura Uluwatu, lalu ke pusat para peselancar di Pantai Suluban. Singgah di Pantai Dreamland, lalu ke Taman Garuda Wisnu Kencana (GWK), dan terakhir singgah di Pantai Jimbaran.Β Saat hendak menuju Pura Uluwatu, destinasi pertama kami hari itu, di sebelah kiri jalan sudah terlihat papan nama GWK berukuran raksasa. "Nantilah, pas kita pulang, baru kita singgah," kata kami sepakat.Β Perjalanan kami kala itu tetap dibantu oleh sepeda motor yang kami sewa seharga Rp 50.000/hari untuk 1 unit sepeda motor dari pemilik penginapan yang kami tempati.Β Setelah selesai menikmati Pura Uluwatu, menonton atraksi para surfer di Sulaban, mandi sekaligus mengukir tato temporer di Pantai Dreamland, singgahlah kami di GWK. Hari mulai berpendar oranye, pertanda senja mulai datang.Β Seraya membawa motor dengan pelan, kami memasuki area taman yang tampak sedang dibangun kembali setelah sempat terhenti beberapa tahun. Semakin ke dalam, semakin membuat kami penasaran.Β Di dalam ternyata sudah banyak bus, mobil, dan sepeda motor para pengunjung yang terparkir di tempat yang sudah disediakan oleh pengelola. Tak sedikit pula bus-bus ukuran raksasa yang membawa anak sekolah dari Pulau Jawa.Β Biar tak lagi penasaran, kami pun langsung menuju loket pembelian tiket untuk segera masuk ke area taman. Harga tiket masuk GWK bervariasi ternyata, tergantung asal dan umur wisatawan.Β Untuk wisatawan dalam negeri, tiket masuk pelajar/anak-anak adalah Rp 40.000/orang. Sedangkan untuk dewasa Rp 50.000/orang. Sementara itu untuk turis mancanegara, baik anak-anak maupun dewasa, semuanya dikenakan Rp 100.000/orang.Β Selain biaya masuk, barangsiapa yang membawa kendaraan pun dikenakan tarif parkir dengan rincian bus sebesar Rp 20.000, mobil Rp 10.000, dan kendaraan roda dua atau sepeda motor Rp 5.000.Β Menurut beberapa orang teman, harga tiket ini sebetulnya tergolong mahal, tidak sebanding dengan apa yang bisa kita saksikan di dalam. Bagi saya tak apalah. Saya dengar, di Thailand, harga masuk ke objek wisata jauh lebih mahal dari harga tiket masuk objek wisata di Indonesia.Β Kapan lagi coba bisa menambah devisa negara? Jadi ahli ekonomi sebentar tak apalah. Pemandangan di dalam sangat menarik. Diawali dengan semacam denah GWK, proses pembangunan, pertunjukan di sana, sampai akhirnya kami tiba di bagian yang paling keren menurut saya.Β Bongkahan tanah tapi keras yang menulang tinggi, berbentuk persegi, berdiri seolah berbaris rapi, lalu ada lapangan serupa lapangan sepakbola yang luas di tengahnya. Nun jauh disana, terlihat patung raksasa kepala burung garuda.Β Terlampau besarnya, orang yang ada di bawahnya terlihat sangat keci. Sebelum kami menuju patung itu, kami beristirahat terlebih dahulu di lapangan luas tadi. Ah, pokoknya bagian ini paling keren. Tak percaya? datang saja ke GWK.Β Letak GWK yang agak tinggi, ditambah angin yang bertiup sepoi-sepoi, membuat kami enggan berpindah. Sedap!Beberapa menit kemudian, barulah kami beranjak dari hijaunya rerumputan di bagian depan patung kepala burung garuda.Β Hati akan beranjak senja, tak mungkin kami terus duduk-duduk di sini. Pengunjung masih memadati setiap sudut GWK dengan aneka tingkah polanya. Ada yang duduk-duduk seperti kami, berfoto ria dengan berbagai latar belakang, dan berjalan-jalan kecil.Β Sepeti biasa, kami pun mencuri-curi kesempatan untuk bisa berfoto dengan latar belakang patung kepala burung garuda. sangat sulit ternyata, mengingat begitu banyak pengunjung kala itu.Β Saat kami sibuk mencari sdut terbaik untuk berfoto, dari arah patung Wisnu tiba-tiba muncul sebarisan orang berpakaian adat Bali yang sedang membawa sesuatu di atas kepala. Wah, mungkin ini sesuatu yang langka, ada upacara di GWK.Setelah puas mengabadikan diri di patung kepala burung garuda, selanjutnya kami menuju Patung dewa Wisnu. Sekalipun sudah menjelang senja, cuaca Pulau Bali tetap panas kala itu.Β Untungnya, berbeda dengan patung kepala burung garuda, di area patung Wisnu, suasana agak teduh oleh pepohonan yang tumbuh di sekitar patung yang gagah itu. Hanya saja, pengunjung jauh lebih ramai dari patung kepala burung garuda.Β Untuk mengambil foto dengan latar patung itu pun susah minta ampun, harus mengantre! Saat ada kesempatan pun harus sigap, biar tak ada orang lain yang masuk dalam kamera. Ah, see you next time, Bali.
Komentar Terbanyak
Viral WNI Curi Tas Mewah di Shibuya, Seharga Total Rp 1 M
Daftar Negara Walk Out Saat Netanyahu Pidato di Sidang Umum PBB
Perjuangan Palestina Merdeka: 157 Negara Mendukung, 10 Menolak, 12 Abstain