Melihat Eksotisme Gunung Prau di Pagi Hari

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Melihat Eksotisme Gunung Prau di Pagi Hari

Erwin Hidayat - detikTravel
Rabu, 25 Feb 2015 10:40 WIB
loading...
Erwin Hidayat
Puncak Gunung Prau
Menuju puncak Gunung Prau
Melihat Eksotisme Gunung Prau di Pagi Hari
Melihat Eksotisme Gunung Prau di Pagi Hari
Jakarta - Gunung Prau di Wonosobo merupakan salah satu gunung di Jawa yang terkenal indah. Hamparan rumput hijau dan alam indah khas Dieng menjadi daya tariknya. Pada pagi hari, Gunung Prau terlihat sangat cantik dan eksotis.Kami awali perjalanan ke Gunung Prau di Wonosobo di Jawa Tengah, menggunakan moda transportasi Kereta Api Bima dari Stasiun Gambir Jakarta dan turun di Stasiun Purwokerto. Di tiket, jadwal tertera berangkat pukul 16.20 dan sampai di Purwokerto pukul 20.58 WIB.Β Untuk keberangkatannya, alhamdulillah tepat waktu alias on time, sementara kami tiba di Stasiun Purwokerto pukul 21.30 WIB. Kami lanjutkan perjalanan dari Stasiun Purwokerto menggunakan mobil menuju Desa Patak Banteng di Wonosobo yang membutuhkan waktu kira-kira 2,5 jam.Sebetulnya untuk mendaki ke Gunung Prau bisa melalui beberapa titik, baik dari sisi selatan maupun utara. Dari sisi selatan, bisa didaki melalui Desa Patak Banteng maupun Banjarnegara.Sementara jika dari sisi utara bisa didaki dari Kabupaten Kendal. Kami memilih mendaki dari Patak Banteng. Menurut informasi, dari sinilah jarak terdekat menuju puncak Gunung Prau dan lebih banyak dipilih oleh para pendaki.Kami tiba di Patak Banteng saat tengah malam. Di Patak Banteng ini ada basecamp untuk melakukan persiapan, melapor, sekaligus membayar retribusi pendakian ke Gunung Prau.Sejak awal, kami berencana untuk langsung melakukan pendakian pada dini hari saat itu juga. Setelah kami menyiapkan segala sesuatunya, pendakian pun mulai pada pukul 02.00 dini hari.Β Perjalanan total dari Patak Banteng menuju puncak Gunung Prau membutuhkan waktu sekitar 3-3,5 jam. Pendakian dimulai dengan menyeberang jalan dari basecamp Patak Banteng. Jalanan berbatu agak menanjak, kemudian belok kanan ada pertigaan, kita ambil belokan ke kanan.Jalanan masih berbatu sampai pada titik tertentu, namun akhirnya jalanan berubah menjadi jalan tanah dan terus menanjak sampai tiba di pos II yang bernama Canggal Walangan.Β Dari pos II, kita dihadapkan pada persimpangan yang dua-duanya bisa digunakan untuk menuju puncak Gunung Prau. Jalur yang lurus lebih jauh dan memutar, namun lebih landai. Sementara yang belok ke kiri jalanannya lebih menanjak, namun lebih dekat.Β Perjalanan menuju pos II jika dilakukan di siang hari yang tentunya lebih panas. Di sekeliling kami sebetulnya adalah ladang pertanian warga sekitar, yang tentu saja pemandangannya sangat memanjakan mata.Β Namun karena kami melakukan perjalanan di malam hari, maka hanya gelap yang terlihat. Setelah diskusi, kami memilih jalur yang lebih pendek namun lebih menanjak, yaitu belok ke kiri.Β Langkah pertama sudah langsung disuguhi dengan tanjakan yang cukup terjal tanpa bonus sampai di pos III yang bernama Cacingan. Entah kenapa tempat tersebut dinamai Cacingan. Di Pos III ini sudah memasuki hutan pinus dengan tanjakan yang masih terjal.Β Menjelang puncak, kami harus melalui tanjakan super terjal, perlu ekstra hati-hati serta harus berjalan secara bergantian sambil berpegang pada tali yang memang sudah disediakan di pinggir tanjakan tersebut untuk membantu kita menanjak.Β Tidak berapa lama setelah ujung tanjakan bertali, kami perlu berjalan lagi untuk sampai di puncak Gunung Prau (2.565 mdpl). Secara keseluruhan, dari Patak Banteng sampai ke puncak Gunung Prau, semua jalur yang kami lalui adalah tanjakan.Β Sebetulnya ada beberapa titik puncak yang bisa dikunjungi. Semuanya memiliki pemandangan yang ciamik. Jika bisa sampai puncak sebelum matahari terbit, akan terlihat golden sunrise yang sangat indah.Β Sayang, saat itu kami sampai puncak kira-kira jam 6 pagi, di mana Matahari sudah agak tinggi. Selain itu, dari puncak Gunung Prau terlihat pemandangan 7 puncak sekaligus dari satu arah pandangan saja.Ada puncak Bukit Telomoyo, puncak Ungaran, Gunung Lawu, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Sumbing, dan Gunung Sindoro. Jika mengalihkan pandangan ke arah barat, maka puncak Gunung Slamet akan terlihat begitu gagahnya di kejauhan.Β Dari puncak kami juga bisa melihat indahnya Telaga Warna Dieng yang dikelilingi sawah dan desa-desa di kawasan Dieng. Sungguh pemandangan yang luar biasa indah.Β Setelah puas menikmati puncak Gunung Prau, kami memutuskan untuk turun melalui jalur yang lain, yaitu bukit Teletubbies. Apabila datang ke tempat ini di bulan April-Juli, maka bukit tersebut akan dipenuhi dengan jutaan bunga di samping padang rumput yang menghijau.Β Di bulan Agustus-Desember hamparan bunga masih bisa kita temui, namun tidak sebanyak bulan sebelumnya. Setelah perjalanan turun yang memakan waktu sedikitnya 3-4 jam, tampak pemandangan yang sangat indah.Β Melewati lebatnya hutan pinus, tingginya semak-semak, pohon Carica liar di kiri kanan jalan yang kita lalui, dan sawah ladang pertanian warga setempat menjadi penghibur dan relaksasi mata serta pikiran.Β Akhirnya, kami sampai di sisi lain dari kaki Gunung Prau, yaitu di Desa Dieng, bukan di Patak Banteng seperti tempat kami memulai pendakian. Selain Gunung Prau, tentu masih banyak objek wisata yang bisa kita kunjungi di kawasan Dieng.Mulai dari Bukit Sidengkeng, Bukit Sikunir, Kawah Sikidang, Telaga Warna, Telaga Cebong, Telaga Merdada, Telaga Pengilon, dan masih ada beberapa telaga lagi di daerah ini.Jika kita mau menginap di daerah ini tidak perlu khawatir, karena ada beberapa hotel dan banyak sekali homestay yang siap menjamu kita. Pada peak season tentu ada baiknya kita perlu melakukan reservasi jauh-jauh hari sebelumnya.Selamat berpetualang. Selamat mengeksplorasi alam Indonesia. Salam lestari!
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads