Rabu, 25 Mar 2015 14:55 WIB
D'TRAVELERS STORIES
Tiongkok? Bukan, Ini di Vihara Tanjungpinang, Kepri
ana ummu fitry
d'Traveler
detikTravel Community - Tanjungpinang di Riau memang terkenal dengan keberagaman etnis termasuk Tionghoa. Nah, di salah satu viharanya, terasa kental sekali seperti sedang di Tiongkok. Keren!Di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, ternyata ada vihara yang menjadi objek wisata karena keunikannya, yakni Vihara Ksitigarbha Bodhisattva yang terdapat di Km 14 arah Kijang. Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, mempunyai ragam etnis dan salah satu etnis terbesar di kota ini adalah Tionghoa. Sehingga keberadaan vihara di kota ini tidak asing lagi. Namun di antara vihara tersebut ada yang menjadi objek wisata karena keunikannya, yakni Vihara Ksitigarbha Bodhisattva yang terdapat di Km 14 arah Kijang. Vihara yang dibangun sekitar tahun 2010 ini disebut unik karena mempunyai patung 1.000 wajah murid Buddha dengan berbagai ekspresi. Kemudian letaknya yang di atas bukit, makin menambah rasa penasaran dan memberikan sensasi saat berwisata sejarah ke sana. Namun keberadaan Vihara ini ternyata masih sedikit diketahui oleh masyarakat setempat.Hari Minggu kemarin, 23 Februari 2015, masih dalam suasana Imlek, saya dan teman serta membawa anak menyempatkan berwisata ke vihara tersebut. Sebelumnya Vihara ini sempat ditutup karena direnovasi dan dibuka saat Imlek untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang merayakan untuk beribadah, berziarah dan berwisata ke sana.Vihara ini berjarak 14 Km dari pusat Kota Tanjungpinang. Bisa dicapai dengan kendaraan roda dua dan kendaraan pribadi roda empat sekitar 20 menit. Kalau menggunakan angkutan umum seperti angkot tidak bisa mencapai ke lokasi vihara, karena jalur angkutan umum tidak ada ke sana meski jalannya sudah beraspal.Jadi penduduk lokal biasanya menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Jika wisatawan sebaiknya menggunakan mobil rental atau ojek dengan sistem pembayaran yang sudah disepakati sebelumnya.Untuk masuk ke lokasi Vihara, kita harus masuk ke Simpang Jl. Asia Afrika Km 14. Perjalanan dari simpang ke lokasi vihara sekitar 5 menit dan terlihat bukit dengan bangunan khas Vihara di atasnya.Bagi yang menggunakan kendaraan roda empat harus memarkir di bawah dan pengunjung berjalan kaki menaiki jalan yang sudah disemen setinggi lebih kurang 100 meter. Namun bagi yang menggunakan kendaraan roda dua bisa langsung naik hingga ke parkiran Vihara. Ternyata kebijakan mobil tidak bisa naik mengingat lokasi parkir yang sangat terbatas.Kebetulan saya menggunakan kendaraan roda empat dan harus menaiki jalan tersebut. Ada keraguan di cuaca yang cukup panas apakah bisa mencapai vihara tersebut, namun ternyata bisa. Apalagi anak saya yang berumur 3,5 tahun sangat senang menaiki jalan selebar lebih kurang 3 meter itu.Rasa capek menaiki jalan itu terbayar ketika sampai di pelataran parkir. Gerbang Vihara yang tinggi dengan bangunan ala Tiongkok membuat kita serasa berada di negeri Tirai Bambu. Kebetulan karena masih suasana Imlek, hari itu pengunjung yang datang sangat banyak khususnya dari etnis Tionghoa. Tapi bagi kami dari etnis lain tidak masalah karena Vihara tersebut memang konon biasa dikunjungi oleh masyarakat umum juga untuk melihat keindahan patung-patungnya.Di pintu gerbang dekat pelataran parkir kita disambut oleh dua patung yang berwajah seperti algojo. Kemudian di belakangnya terhampar pelataran sepanjang lebih kurang 30 meter menju sebuah lorong kuil, dengan bangunan tinggi khas Tiongkok.Dari depan atau pelataran ini, naluri narsis sudah muncul untuk berfoto ria dan itu pun memang dilakukan oleh pengunjung lainnya. Setelah melewati lorong sepanjang 10 sekitar 10 meter itu kita akan melihat jejeran patung seribu wajah dengan berbagai ekspresi, seperti tersenyum, sedih, tertawa, melotot, marah dan lainnya.Sebenarnya arti dari tiap patung itu dijelaskan melalui informasi yang tertera di tiap prasasti di bagian bawah patung. Namun ditulis dalam bahasa Mandarin. Sementara tidak ada pemandu yang bisa menjelaskannya.Patung-patung yang konon didatangkan langsung dari negeri Tiongkok itu, menurut cerita dikerjakan oleh para gadis yang masih perawan. Mengenai jumlah pasti patung di situ memang tidak ada informasi resmi yang tertera di sana. Namun jumlahnya yang banyak berjejer rapi disebut 1.000 patung oleh pengunjung dan beredar dari mulut ke mulut. Untuk menghitung sendiri patung-patung yang berjejer rapi itu rasanya melelahkan juga. Di dalam lokasi Vihara ini ada taman-taman kecil yang mana di dalamnya ada minatur kuil. Kemudian patung Buddha namun diberi pagar dan di depannya ditaruh semacam tempat sembahyang.Vihara lumayan cocok jika membawa anak kecil. Karena pelataran yang luas bisa menjadi anak-anak bermain dan berlarian. Terbukti anak saya dan teman betah di sana. Meskipun ada pepohonan namun mengingat lokasi yang terbuka, apalagi di musim panas seperti saat ini sebaiknya membawa kacamata hitam, topi dan minuman. Lokasi lain yang ingin saya kunjungi adalah bangunan vihara di tempat paling tinggi yang konon ada patung budha terbuat dari emas.Tapi sepertinya lokasi itu tidak bisa diakses untuk masyarakat umum sehingga hanya bisa melihat dari bawah. Meskipun begitu, berfoto ria sambil melihat keunikan setiap patung tetap menyenangkan.Lokasi lain yang tidak boleh dilewatkan adalah bagian kiri gerbang yang mana terdapat pahatan yang menceritakan kisah Buddha. Setiap pahatan ada keterangannya dan lagi-lagi dalam bahasa Mandarin dan Inggris.Sekitar 1 jam berada di komplek vihara ini, Kamipun turun dengan kembali menyusuri jalan semen. Mengingat saat naik lebih santai daripada saat naik, saya menyempatkan melihat pemandangan sekitarnya yang ternyata cukup indah dengan bebukitan dan hamparan perkebunan warga.Oh ya setelah berfoto ria, langsung posting di akun social media karena pasti tema-teman Anda yang belum pernah berkunjung ke sana bakal menyangka Anda berada di negara Tiongkok.