Mengenang Meriahnya Lampion Waisak di Candi Borobudur

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenang Meriahnya Lampion Waisak di Candi Borobudur

Afif Musthafa - detikTravel
Minggu, 12 Okt 2014 10:34 WIB
loading...
Afif Musthafa
Lampion di Borobudur
Gagahnya Borobudur di malam hari
Pelepasan lampion
Bhiksu
Kesenian teater Brahmavihara
Mengenang Meriahnya Lampion Waisak di Candi Borobudur
Mengenang Meriahnya Lampion Waisak di Candi Borobudur
Mengenang Meriahnya Lampion Waisak di Candi Borobudur
Mengenang Meriahnya Lampion Waisak di Candi Borobudur
Mengenang Meriahnya Lampion Waisak di Candi Borobudur
Jakarta - Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, paling seru dikunjungi saat perayaan Waisak. Saat hari raya umat Buddha tersebut, Borobudur bertaburan lampu dan cahaya lampion yang berterbangan. Sungguh pengalaman tak terlupa.Malam itu benar-benar menjadi malam yang indah dan membahagiakan untuk umat Buddha. Malam pergantian tahun untuk umat Buddha dengan diperingati dengan acara yang sangat meriah, dimulai dari upacara di Candi Mendut, kemudian kirab menuju Candi Borobudur.Upacara seremonial dan pagelaran budaya dengan tema Brahmavihara yang dihadiri oleh bapak Wakil Presiden beserta Menteri Agama dan bapak Gubernur Jawa Tengah juga dilakukan. Upacara yang dimulai malam hari hingga dini hari di Candi Borobudur ini pun diakhiri dengan pelepasan seribu lampion ke udara yang dipimpin oleh bhiksu.Acara dimulai dengan upacara keagamaan di Candi Mendut. Namun sayang, saya dan teman saya datang terlambat dan sampai ketika keberangakatan umat menuju Candi Borobudur. Kirab berlangsung cukup meriah yang diawali dengan parade drum band kemudian disusul rombongan pembawa sesajian dan dilanjutkan rombongan bhiksu dan selanjutnya umat umat Buddha dari berbagai daerah.Jarak dari Mendut menuju Borobudur cukup jauh. Perjalanan kurang lebih sekitar 2-3 km yang harus ditempuh dengan berjalan kaki. Tiba di Borobudur, semua bhiksu langsung menuju altar untuk berdoa. Setelah itu, mereka kembali ke tenda masing-masing. Dalam kesempatan rehat ini, saya main–main ke Candi Borobudur, ada beberapa bhiksu yang juga ritual di candi.Menuju maghrib, area Candi Borobudur harus disterillkan terlebih dahulu, hanya panita dan keamanan yang boleh masuk. Kebetulan waktu itu hujan deras hingga pukul delapan malam. Kami berteduh di sebuah pos jaga yang dilindungi payung besar bersama beberapa dari pihak keamanan. Beruntunglah saya diberi makan sore oleh salah satu bapak polisi.Mengingat hujan yang semakin deras dan untuk melindungi kamera nanti malam, saya dan teman saya meminjam payung milik petugas dan berjalan sekitar satu kilometer menuju pintu tujuh untuk mengambil mantel. Perjalanan cukup melelahkan, mengingat beban tas kamera yang saya bawa sekitar lima kg.Di tengah perjalanan, saya dihadang sebentar oleh petuga kepolisian karena bapak wakil presiden akan melewati jalan tersebut. Setelah lewat, kami diberi izin untuk keluar sebentar dari area komplek Candi Borobudur untuk mengambil mantel.Sekitar pukul tujuh malam, para hadirin dan tamu undangan sudah berada di tempat acara dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari ketua panitia waisak bapak Arief Harsono dan disusul pesan waisak oleh bhiksu Tradisa Paramita Mahasthavira.Setelah itu, sambutan dari bapak Gubernur Jawa Tengah dan amanat dari Wakil Presiden Republik Indonesia, kemudian seremonial diakhiri dengan kesenian dan foto bersama tamu undangan. Acara seremonial selesai, ritual dilanjutkan di tenda masing-masing.Menuju tengah malam, para peserta dan pengunjung diperbolehkan masuk menuju zona 1 Candi Borobudur. Sempat berdesak–desakan dengan banyak orang karena memang banyak yang ingin masuk menuju candi, untung yang punya kartu peserta di prioritaskan masuk terlebih dahulu.Borobudur di malam hari benar–benar indah. Lampu yang menyorot puncak candi semakin memperlihatkan kecantikan arsitektur candi tersebut dan membuat semakin gagah. Tak lupa kami mengabadikan momen yang hanya setahun sekalai tersebut. Malam pun semakin larut, kabut pun mulai turun mengingat tadi habis hujan deras.Sekitar pukul tiga dini hari, acara masih berlangsung secara khidmat, dan barulah sekitar pukul 03.30 WIB para bhiksu melakukan ritual pradaksina memutari Candi Borobudur sebanyak tiga kali. Setelah acara pradaksina, acara yang ditunggu–tunggupun datang, pelepasan seribu lampion.Benar-benar terbayar usaha seharian yang cukup melelahkan dan semua orang benar–benar dalam euphoria kebahagiaan yang mendalam. Semua orang bersuka cita dengan pelepasan lampion tersebut dan dengan itu pula acara pun selesai. Sungguh suatu pengalaman luar biasa mengkuti prosesi perayaan Waisak di Candi Borobudur!
Hide Ads