Dibuat Membisu Oleh Pemandangan di Gunung Lawu
Kamis, 04 Des 2014 15:11 WIB

Ietha Arni Septiana
Jakarta - Cantik, sempurna, dan menakjubkan, mungkin itulah kata-kata yang menggambarkan panorama dari atas Gunung Lawu. Rasa lelah mendaki gunung yang setinggi 3.625 mdpl di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur ini terbayar impas.Pendakian menuju Gunung Lawu ini diwarnai dengan cerita dan pengalaman yang luar biasa. Rasa lelah seakan terbayar lunas dengan sajian pemandangan indah dari puncak Gunung Lawu.Kebersamaan yang akhirnya membawa kami naik ke Gunung Lawu. Gunung yang sudah menjadi legenda ini, berada di dua wilayah perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan ketinggian 3.265 mdpl.Kami mencoba pendakian melalui jalur cemoro sewu di Magetan, Jatim jalur yang berupa bebatuan yang sudah tersusun rapi. Kami yang berasal dari berbagai daerah bersepakat, pukul 21.00 berangkat dari basecamp. Setelah semua berkumpul tak lupa kami berdoa meminta kepada Tuhan YME agar perjalanan kami dilindungi dengan selamat dan lancar.Perjalanan pun di mulai, kurang lebih sudah berjalan selama 1 jam kami sampai di pos 1. Selama perjalanan menuju pos 1, kita bisa melihat pemandangan yang banyak ditumbuhi dengan pohon pinus dan cemara.Setelah istirahat sejenak di pos 1, lalu kami lanjutkan perjalan menuju pos 2. Tanjakan demi tanjakan kami lalui, walau tanjakan menuju pos 2 ini mulai terjal tapi kebersamaan bersama teman-teman membuat rasa capek bisa terobati. Kami bercerita bersama, bercanda tawa bersama. Sampai kita menjumpai bebatuan yang besar, batuan itu dikenal dengan nama watu jago.Hampir 2 jam perjalan akhirnya sampai juga di pos 2, di pos 2 ini terdapat sebuah bagunan yang bisa kita gunakan untuk beristirahat. Di pos 2 ini juga terdapat warung. Beberapa dari teman kami yang sudah kelelahan memutuskan untuk tidur di pos 2. Sebagian dari kami melanjutkan perjalanan dan sepakat bertemu di hargo dalem.Saat perjalanan dari pos 2 menuju pos 3, kami sedikit mencium bau belerang. Informasi dari salah satu teman kami yang sebelumnya sudah pernah ke Gunung Lawu, bau belerang ini berasal dari Kawah Condro Dimuko. Kawah tersebut berada diantara pos 2 dan pos 3, sehingga disarankan untuk tidak terlalu lama beristirahat di sepanjang pos 2 menuju pos 3.Pukul 02.30 kami tiba di pos 3, rasa capek, lapar, kantuk dan dingin mulai kami rasakan. Akhirnya kami putuskan untuk beristirahat lebih lama, agar kondisi badan kami bisa seperti semula. Di pos 3 ini udara semakin dingin, beberapa teman ada yang membuat api untuk menghangatkan tubuh.Tak terasa hampir 2 jam kami terlelap tidur di pos 3. Pukul 04.30 kami bangun dan memutuskan untuk melanjutkan perjalan menuju pos 4. Di ujung timur matahari pun sudah mulai samar-samar menampakkan keindahan siluetnya.Dari pos 3 menuju pos 4 ini jalan semakin terjal, teman kami sudah ada yang mulai putus asa karena jalan ini sangat menguras tenaga dan medan paling berat yang kami lalui. Bahkan ada teman kami yang memakai sandal hingga putus."Sedang apa ya kawan kami yang beristirahat semalam di pos 2?", terlintas dalam benak kami. Tawa canda kembali mengisi perjalanan kami dengan jawaban teman-teman yang konyol dan tidak masuk akal. Ya, tertawa sedikit melepas perasaan lelah yang saat itu kami rasakan.2 jam perjalanan akhirnya kami sampai di pos 4, dari pos 4 ini kita bisa melihat telaga sarangan dari ketinggian. Dari pos 4 menuju pos 5 kami hanya memakan waktu 20 menit. Lalu perjalanan kami lanjutkan menuju salah satu puncak Lawu hargo dalem.Di hargo dalem ini ada warung yang sangat populer di kalangan pendaki 'Warung Mbok Yem' warung tertinggi di Gunung Lawu. Perjalanan menuju hargo dalem akan melewati mata air yang bernama sendang drajat. Bagi yang percaya, konon air di sendang ini dipercaya bisa memberikan kebaikan.Singkat cerita setelah bertemu dengan teman kami yang semalam camp di pos 2. Sesampai di hargo dalem, perjalanan kami lanjutkan ke Puncak Lawu tertinggi Hargo Dumilah. Akhirnya dengan memegang teguh idealisme kebersamaan, bersama-sama kami bisa sampai ke puncak Lawu. Setelah puas menikmati Puncak, kami pun turun.Gunung adalah suatu bagian dari alam semesta yang ada di bumi ini, dari alam kita akan lebih bisa peduli terhadap sesama. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan persaudaraan yang kuat, saling tolong menolong antar sesama dan memahami keterbatasan orang lain. Menghargai dan mensyukuri kebesaran tuhan YME karena jarak hidup dan mati kita hanya selangkah.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!