Banyak yang Unik di Pulau Kojadoi, Maumere

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Banyak yang Unik di Pulau Kojadoi, Maumere

Pande Putu Hadi W - detikTravel
Senin, 21 Jul 2014 10:50 WIB
loading...
Pande Putu Hadi W
Pulau Kojadoi dari kejauhan
Dermaga La Malino yang artinya tenang dan bersih
Kapal-kapal penduduk bersandar di dermaga
Sunrise dari Jembatan Batu Kojadoi
Gunung Batu yang mendominasi pulau
Banyak yang Unik di Pulau Kojadoi, Maumere
Banyak yang Unik di Pulau Kojadoi, Maumere
Banyak yang Unik di Pulau Kojadoi, Maumere
Banyak yang Unik di Pulau Kojadoi, Maumere
Banyak yang Unik di Pulau Kojadoi, Maumere
Jakarta - Suatu pulau tak hanya dikenang dengan keindahan alam dan keanekaragaman budaya saja. Suatu pulau juga dikenang karena banyak keunikan yang bisa ditemui wisatawan, seperti Pulau Kojadoi, Maumere. Apa saja ya?Indonesia sebagai negara kepulauan menyimpan potensi pariwisata yang luar biasa kaya. Ada yang sudah tergali, ada yang belum. Salah satunya adalah Pulau Kojadoi yang ada di Maumere, Flores dengan banyak cerita unik di sana.Akhirnya tiba juga ajakan pesiar ke Pulau Kojadoi. Saya penasaran dengan pulau ini, karena di awal kedatangan saya di Maumere sekitar 3 tahun yang lalu, teman saya mengajak saya ke pulau ini. Tapi sayangnya, ketika itu saya sedikit sakit dan akhirnya memilih mendekam di rumah.Menurut penuturan warga asli sini, nama Kojadoi dahulu diberikan oleh Raja Maumere. Kojadoi berasal dari kata Koja yang artinya kenari dan Doi yang artinya kecil. Tapi entah kenapa saya tidak menemukan satupun pohon kenari di sini.Secara geografis, Desa Kojadoi terletak di kawasan pulau-pulau kecil di sebelah utara Laut Flores, terpisah dari sebagian besar wilayah Kabupaten Sikka yang terletak di daratan Pulau Flores. Pulau Kojadoi yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Alor Timur yang berjarak 28 KM dari Pulau Kojadoi serta harus ditempuh dengan jalur laut dan darat.Sebenarnya ada banyak jalur penyebrangan menuju Pulau ini. Kebetulan saya menyebrang dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) di Maumere. Menggunakan kapal kayu dengan mesin engkol, Saya beserta kira-kira 20 penumpang lainnya mengarungi laut Flores selama kurang lebih 2 jam.Akhirnya setelah 2 jam di Laut, saya memasuki pelabuhan Pulau ini, namanya pelabuhan La Malino yang kurang lebih artinya bersih, tenang, sama seperti keadaan laut sekitar dermaga ini yang tenang nyaris tanpa ombak.Pulau ini dihuni sekitar 150 rumah tangga yang sebagian besar merupakan suku Bajo. Menurut cerita teman saya yang penduduk asli Pulau ini, nenek moyang Pulau Kojadoi ini berasal dari Buton. Mata pencaharian penduduk disini adalah nelayan dan berladang.Dahulu pulau ini sempat jaya karena hasil pertanian rumput lautnya. Tapi karena suatu sebab, tiba-tiba saja rumput laut tidak bisa lagi tumbuh di pulau ini.Di Pulau ini terdapat sebuah jembatan unik yang menghubungkan antara Pulau Kojadoi dengan Pulau Kojagete. Jembatan ini unik karena tersusun di atas tumpukan batu karang. Jembatan yang mempunyai panjang sekitar 500 meter ini hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki, itupun harus berhati-hati agar kaki tidak terluka terkena karang. Menurut teman saya jembatan ini akan tenggelam apabila air laut pasang.Saya berkesempatan bermalam di Pulau ini. Sumber listriknya berasal dari panel matahari yang terpasang di hampir setiap rumah penduduk. Sebagian ada yang masih menggunakan genset diesel untuk sumber listrik. Perlu di ketahui, ketika siang hari, listrik tidak menyala di pulau ini. Listrik hanya bisa dinikmati ketika malam hari.Kebetulan berwisata bahari jadi kurang afdol rasanya kalau saya tidak mengabadikan sunrise. Sambil menikmati udara pagi di Pulau ini saya bangun pagi dan segera menyiapkan kamera. Langit sedang baik, matahari muncul dari balik pegunungan.Saya mencoba untuk menaiki bukit batu yang ada di pulau ini untuk mengabadikan pemukiman warga. Memang tidak terlalu tinggi, tapi cukup melelahkan, apalagi matahari yang makin meninggi dan membakar kulit, keringat bercucuran membasahi kamera saya. Tapi terpuaskan setelah menikmati pemandangan pulau ini dari atas bukit.Setelah bersantap siang dengan warga sekitar, akhirnya saya harus kembali ke pulau seberang. Kembali dengan perahu kayu bermesin engkol kali ini tanpa penutup, saya harus merasakan terpanggang matahari selama kurang lebih satu jam.Demikianlah perjalanan saya ke Pulau Kojadoi, sebuah pengalaman yang berharga dan unik. Satu hal yang masih jadi pertanyaan saya, siapa yang menyusun batu-batu vulkanik itu hingga menjadi dua buah bukit yang tadi saya daki?Kenapa batu vulkanik? kenapa bukan karang seperti pulau-pulau pada umumnya? Saya tanya ke teman saya yang asli warga di sana, dia jawab tidak tahu. Pertanyaan yang menjadi sebuah misteri yang tidak pernah terungkap di Pulau Kojadoi.
Hide Ads