Yang Unik dari Magelang, Gereja Berbentuk Ayam!
Sabtu, 16 Agu 2014 13:29 WIB

M.Iqbal Dawami
Jakarta - Terletak tidak jauh dari Candi Borobudur, tepatnya di Desa Gombong, terdapat sebuah gereja yang berbentuk ayam. Penduduk biasa menyebut gereja yang belum selesai ini sebagai Gereja Ayam. Penasaran?Gereja Ayam, begitu banyak orang menyebutnya. Sebelum melihatnya kupikir seperti ayam, tapi rupanya mirip merpati. Memang benar, sebenarnya itu dimaksudkan menyerupai merpati, bukan ayam.Tapi, sepintas mirip ayam juga sih, membingungkan. Ya, kali ini kami trekking ke Gombong, sebuah daerah yang ada di Borobudur. Di sana ada sebuah bukit yang di atasnya ada sebuah gereja.Menuju ke sana kami beberapa kali harus bertanya, karena baru pertama kali kami ke sana. Kami hanya diberi ancer-ancer saja sama orang yang sudah pernah ke sana.Pukul 5 pagi kami berangkat. Pak Sumardianta menjemput saya di depan kampus UIN Yogyakarta. Perjalanan relatif lancar karena masih pagi. Dalam perjalanan kami sempat berhenti di sebuah pasar (setelah daerah Ngluwar) untuk membeli perbekalan, semacam jajanan pasar.Saat sampai Borobudur, kami bertanya arah menuju bukit yang ada Gereja Ayam itu. Mestinya kami bisa melewati rute yang lebih dekat, tapi karena waktu itu ada kampanye pilkada, jalan tersebut ditutup. Kami pun harus memutar.Okey, kami pun memutar. Kami ikuti petunjuknya. Namun, tetap saja kami kebingungan. Akhirnya kami harus bertanya lagi. Alamak, kami harus beberapa kali bertanya dan sempat nyasar juga, tapi usaha pun tak sia-sia. Kami temukan jalan menuju bukit tersebut.Setelah jalan yang beraspal mentok, kami pun berhenti dan memarkir mobil di situ, tepatnya di salah satu rumah penduduk. Dari situ kami jalan kaki. Jalannya penuh bebatuan. Lumayan curam juga.Tanpa tedeng aling-aling, kami langsung ngetrek. Saya langsung megap-megap, karena biasanya jalan trekking kami itu landai, setelah itu baru menanjak. Kontan, otot kaki pun langsung shock.Tapi untunglah, jarak menuju Gereja Ayam itu tidak terlalu jauh. Hanya butuh setengah jam saja, kami pun sampai. Saya merasa tanggung juga sih dengan jarak seperti itu. Baru saja menikmati perjalanan, eh tiba-tiba sudah sampai di tujuan.Wah, keren juga Gereja Ayam itu. Bangunannya sungguh unik. Benar-benar unik. Kami memutari gereja itu, untuk mencari jalan masuk ke dalam. Oh, rupanya ada di sebelah sisi kiri pintu masuknya.Kami mendengar suara orang di dalamnya. Ketika memasuki pintunya, terlihat banyak ruangan-ruangan kecil. Ada juga beberapa toilet. Semuanya serba kotor. Sepertinya sudah lama bangunan ini tidak terurus.Kami pun menemukan jalan untuk masuk ke dalam ruangan utama. Wow, luas juga ternyata. Di dalamnya ada sekelompok orang yang sedang main ke situ juga. Rupanya kelompok pecinta alam mahasiswa, di mana di situ ada anak Pak Sumardianta juga. Seketika kami saling menyapa.Saya perhatikan setiap sudut gereja itu. Saya melihat keindahan di depan ruangan itu, yakni beberapa sinar cahaya matahari yang tembus lewat celah-celah atas gereja.Sorot sinarnya betul-betul mirip lampu sorot di club tempat-tempat diskotik. Sungguh eksotis. Saya juga menengok ke luar lewat jendela. Terlihat pemandangan indah di sana, yakni hamparan sawah dan perbukitan.Gereja itu memang berada di tengah hutan di atas bukit, sehingga sawah-sawah di bawahnya terlihat jelas. Sedang di seberang sawah adalah Bukit Suroloyo yang pernah kami singgahi juga beberapa waktu lalu.Gereja itu sebetulnya belum jadi. Itu sungguh terlihat dari bangunan yang belum sempurna. Masih banyak bagian yang belum diteruskan. Konon, gereja itu dibuat oleh seorang pengusaha yang bermimpi disuruh membuat gereja di bukit itu, dengan konstruksi mirip merpati.Dia melaksanakan titah yang ada dalam mimpinya itu. Namun sewaktu hampir jadi, warga di sekitar protes. Mereka tidak berkenan dengan adanya gereja itu, karena takut terjadi kristenisasi. Maka dihentikanlah pembangunan itu.Seorang kawan nyeletuk, "Mestinya warga situ jangan langsung memprotes menghentikan pembangunan gereja itu. Tunggu dulu sampai selesai dan jadi, baru kemudian protes. Nanti kan bisa dijadikan tempat wisata." Hmm, menarik sekali ide kawan saya itu.
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom