Perjalanan Seru ke Ujung Negeri: Kepulauan Talaud!
Rabu, 03 Sep 2014 10:20 WIB

Frenky Dwi
Jakarta - Indonesia terdiri dari ribuan pulau, masing-masing punya kekayaan sendiri. Ada satu kepulauan di ujung utara Indonesia yang alamnya sangat indah, yakni Porodisa atau yang lebih dikenal dengan Kepulauan Talaud.Traveling di Indonesia memang lebih asyik, lebih indah, bisa dibilang lebih nasionalis ketimbang jauh jauh ke luar negeri. Negeri ini sungguh luas, berbagai budaya dan alamnya memikat buat dikunjungi. Sudut negeri ini yang jarang terdengar padahal memiliki alamnya begitu indah, budayanya pun beragam.Salah satu buktinya adalah Porodisa Islands atau biasa disebut Kepulauan Talaud. Ini adalah gugusan pulau di Provinsi Sulawesi Utara, paling ujung utara di Indonesia.Perjalanan saya mulai dari rumah kakak di Tenggarong, seberang Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Kebetulan saya sudah disini 2 minggu, niat awal sih silaturahmi, namun kesempatan buat lebih jauh pergi ke tanah air tidak ada salahnya. Awalnya belum ada rencana buat ke Kepulauan Talaud setelah saya sampai disini. Namun, ada rencana ketika pacar memberi aba-aba buat berkunjung ke sana.Temu kangen sekalian traveling itu nikmatnya tiada ampun. Dia sudah 6 bulan tinggal di sana, dia ikut progam SM3T (sarjana mendidik daerah tertinggal, terluar, terdepan). Dan akhirnya fix, saya akan ke sana! Persiapan yang mepet, seadanya, dompet tipis, namun tetap harus berangkat.Selasa, 15 April 2014 hari itu juga langsung pesen tiket pesawat untuk perjalanan dari Bandara Sepinggan Balikpapan, ke Bandara Sam Ratulangi Manado. Sekalian saya pesan buat perjalanan dari Bandara Sam Ratulangi Manado ke Bandara Melanguane Kabupaten Kepulauan Talaud. Berangkat dari Balikpapan hari itu juga.Singkat cerita, saya sampai di Manado pukul 23.30 WITA. Ternyata jadwal pesawat dari Manado ke Kab. Kepulauan Talaud hanya ada dua hari sekali, pesawat saya take off esok harinya jam 16.00 WITA. Saya pun menunggu seharian di Bandara Sam Ratulangi. Saya heran kenapa di Bandar Udara sekelas Manado ini tidak ada tempat duduk sekadar untuk bersandar.Akhirnya saya memutuskan tidur di depan ATM, dengan modal tas ransel dan jaket sebagai alas. Saya tidak bawa carrier serta sleeping bag, soalnya ketinggalan di Jawa. Kebetulan, saya bertemu teman sesama traveler, dia dari UNNES dan tujuannya ke Manado. Karena dia juga kemalaman, akhirnya dia ikut tidur di depan ATM bareng saya.Rabu, 16 April 2014 pagi masih buta, teman dari UNNES melanjutkan perjalanannya di Kota Manado. Dan saya putuskan buat tetap di Bandara ini , alhamdulilah masih terdengar suara Azdan shubuh di sini. Mayoritas Penduduk Manado memang memeluk agama Kristen Protestan. Selesai salat, saya jalan-jalan di sekitar bandara sambil nunggu jadwal pesawat yang berangkat nanti sore.Awalnya ada niatan buat keliling melihat Kota Manado kesempatan mumpung sudah sampai disini. Namun, hujan melanda dan akhirnya saya putuskan untuk menunggu di depan Bandara saja seharian. Lagi lagi saya duduk kelesotan karena tak adanya tempat duduk. Waktu sudah menunjukan pukul 14.00 WITA saya bergegas buat cek in agar mendapatkan kursi, kangen duduk sejak semalam.Jam 16.00 WIT tepat, pesawat pun take off menuju Kota Melanguane, ibukota Kabupaten Kepulauan Talaud. Talaud berjarak 271 mil laut dari Manado, perjalanan ini akan ditempuh selama 1 jam 30 menit. Tak meninggalkan pemandangan luar dari pesawat. Pertama-tama pasti terlihat lanskap Kota Manado dengan pantai, pelabuhan, gunung, serta kepadatan pemukimannya.Keindahan semakin bertambah saat pesawat melaju lebih menuju utara, Pemandangan kampung Manado Tua di Pulau Manado Tua sebagai masyarakat asli Manado sungguh mempesona, dengan Kepulauan Bunaken yang sudah tersohor seluruh dunia. Terlihat dari atas juga Pulau Siladen dan laut yang biru sekali. Oh ya, saya heran kenapa air laut di lautan Sulawesi Utara ini lebih biru daripada di daerah Jawa atau Kalimantan.Kembali ke atas pesawat, perjalanan sampai di gugusan Kepulauan Siau-Taguladang-Biaro (Sitaro). Semakin kagum dengan Indonesia! Subhanallah! pulau kecil dengan Gunung Karangketang di tengahnya. Gunung berapi paling aktif di Kab. Kepulauan Sitaro. Konon jika malam pijaran larvanya kelihatan dari kapal yang melintasinya, ujar salah satu penumpang di dekat saya.Sungguh komposisi yang sangat elok. Terlihat pemukiman tidak terlalu padat di beberapa pesisir pantainya. Laguna indah yang melengkung ke dalam daratan Pulau Biaro. Namun apa daya, saya hanya melewati di atasnya tanpa singgah semenit pun. Karena tujuan awal memang ke Kab. Kepulauan Talaud. Sebuah Kabupaten terluar di Indonesia. Berbatasan langsung dengan Negara Filipina.Sore hari Pkl 17.30 WIT, masih pada hari itu, pesawat landing di Bandara Melanguane. Indah nian Bandara satu ini. Namun kalau di Jawa, bangunan bandara ini seperti halnya Puskesmas. Bandara dengan landasan pacu selebar 18 meter dengan panjang 850 meter, menjadi pemandangan awal. Belum lagi pengambilan bagasi yang dilakukan secara manual, kesan kesederhanaan untuk sebuah ibukota kabupaten.Namun, inilah sebuah kemajuan, strategi pemerintah untuk memajukan daerah terluar dengan membangun berbagai sarana transportasi. Bandara Melanguane terletak di pinggir pantai, di sebelah barat daya Kota kecil Melanguane, Ibukota Kab. Kepulauan Talaud. Sore di Bandara Melanguane dengan pemandangan pantainya, sunset sore itu sungguh indah dengan cahaya sorot di balik pesawat Wings Air jenis ATR 700 yang saya tumpangi itu.Masyarakat pada umumnya berpergian dari Talaud ke Manado dengan naik pesawat hanya untuk belanja keperluan. Hebat juga ya orang Talaud, belanja saja pakai pesawat. Alhasil ini pertama kali saya menginjakan kaki saya di Porodisa Islands, sebuah Gugusan Kepulauan yang membentuk daerah secara administratif disebut Kabupaten Kepulauan Talaud.Saya berada di bagian Pulau Karangkelong. Pulau terbesar yang ada di Kab. Kepulauan Talaud. Selain itu ada Pulau Lirung, Pulau Miangas serta Pulau Sara Kecil. Petualangan belum berakhir, ini hanya awal saya datang di pulau ini, 7 hari kedepan saya akan mengekslorasi keindahan Pulau Karangetang ini. Nantikan cerita selanjutnya mengagumi Porodisa Islands ini.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol