Sendirian ke Tana Toraja, Siapa Takut?
Senin, 15 Sep 2014 17:35 WIB

Gama Wardhani
Jakarta - Selain alamnya, keluhuran budaya suku Toraja sungguh sangat mempesona. Anda akan dibuat takjub ketika melihat rumah adat Tongkonan, hingga kuburan yang ada di bukit batu. Liburan sendiri ke sana, siapa takut?Jadi single traveler ke Tana Toraja? Mungkin bagi sebagian orang saya dibilang gila atau sebagian orang lainnya merasa aneh karena apa yang mau dicari? Sebetulnya, rencana ini masih dalam rangkaian single traveler saya dari Jakarta-Makassar-Tanjung Bira-Tana Toraja-Manado-Jakarta pada akhir Januari 2014 lalu.Hasrat backpackeran ke destinasi yang jarang dikunjungi dan destinasi sedikit sekali di kupas di internet membuat adrenalin saya terpacu untuk pergi ke Tanahnya para raja, Tana Toraja.Tana toraja yang beribukota Makale ini berjarak kurang lebih 130 Km dari Makassar. Saya memutuskan untuk melakukan perjalanan malam dengan menggunakan bus Scania dari PO. Bintang Prima dengan tarif Rp 160.000, (tarif per januari 2014). Bus nyaman dengan air suspension ini menemani perjalanan sekitar 7-8 jam.Seat paling belakang dan duduk sendirian membuat saya excited. Tetapi setelah bus melaju meninggalkan kota makassar dan meskipun titel super nyaman saya berikan pada bus ini, mungkin kondisi tubuh yang lelah akibat perjalanan super fast trip Makassar-Tanjung Bira dalam 1 hari saja menyebabkan saya tidak pulas untuk tidur.Sekitar pukul 04.30 WITA, kondektur berteriak menyebutkan nama-nama tempat yang sudah pasti saya awam. Dalam kebingungan, saya diam, berbekal modal nekat, bismillah, dan pengetahuan sedikit mengenai Tana Toraja, saya mengamati penumpang yang hilir mudik turun hingga sampai di pemberhentian terakhir di mana banyak sekali orang berkerumun, baik para penjemput tetapi kebanyakan tukang bentor berjajar menawarkan jasanya. Mungkin kesendirian saya, tampang saya yang kebingungan bercampur dengan rasa takut yang saya tutupi, membuat banyak orang menawarkan jasanya."Ayo saya antar keliling, mbak mau ke mana? Saya antar dengan bentor saya" ucap kerumunan orang tersebut. Saya masih diam memandangi kerumunan orang tersebut, sambil melihat mana yang baik dan tidak memiliki tampang jahat. Keahlian yang ini murni pakai feeling loh."Mari lihat semua naik motor sama saya, saya tahu semua seluk beluk Toraja, saya ajak keliling semua tempat, saya asli sini mbak". Ucap bapak dengan logat Toraja yang sebetulnya tampangnya sangat preman sekali.Akhirnya saya menoleh ke arah suara bapak tersebut dan bangun dari diam lalu berkata "Hmm.. Bapak bisa antar saya? Bapak tahu tempat-tempat wisata? Saya nanti malam harus kembali ke Makassar lagi". Sontak hal utama lain yang saya tanya adalah tarif. Tanpa panjang lebar dengan banyak argumen dan tanpa tawar menawar karena offering bapak ini yang sangat rasional dan murah menggiurkan.Saya putuskan oke, keliling Toraja naik motor. "Laah kalau hujan bagaimana? Kalau panas terik bagaimana? Ketar-ketir bermunculan di dada. Ambek Tian, Bapak yang nantinya akan menjadi teman saya berkeliling 1 hari di Toraja berkata "Tenang saja di sini tidak akan hujan dan disini sejuk dingin". Wow!Sekitar 1 jam, saya menunggu di suatu warung kecil 24 jam rekomendasi bapak tersebut. Lapar dan dahaga melanda. Saya memesan teh manis panas dan pop mie sebagai pengganjal. Waktu menunjukkan pukul 05.30 WITA dan Ambek Tian mengajak saya untuk segera memulai petualangan di Toraja.Destinasi pertama adalah Keteketsu. Belum ada turis dan jejak kaki pengunjung. Masih pagi sekali, saya takjub dengan tongkonan-tongkonan yang berjajar rapi disana. Hawa sejuk pedesaan membuat saya jatuh cinta. Saya diajak berkeliling ke areal pekuburan batu dan sungguh luar biasa, betapa penduduk toraja sangat menghargai leluhur mereka dengan membuat tempat peristirahatan yang istimewa tentunya dengan ceremonial dan adat istiadat lainnya yang digelar apabila ada sanak famili mereka yang meninggal.Destinasi selanjutnya adalah Kambira, yaitu kuburan bayi yang diletakkan di pohon. Sama seperti kuburan batu, Ambek Tian menjelaskan sedikit tentang historikal asal mula Kambira ini. Lalu saya diajak ke suatu rumah adat Toraja yang sudah pasti kenal dengan Ambek Tian. Saya berfoto mengabadikan dan berkata dalam hati "Oh,Β jadi seperti ini rumah orang Toraja toh, keren!" Berbagai ornamen dan ukiran serta ada kepala kambing didepan rumah serta bentuk tongkonan menghiasi tempat tinggal mereka.Motor kembali dilaju, berurutan saya diajak ke Suaya, Lemo, Londa hingga tak sadar waktu sudah hampir menunjukkan pukul 12 siang dengan cuaca yang masih sejuk. Kami memutuskan untuk mencari makanan muslim dan singgahlah kami di suatu warung kecil. Setidaknya menikmati teh manis dan nasi dengan sayur sebagai bekal untuk tenaga melanjutkan perjalanan lagi.Bertemu dengan Ambek Tian ini sungguh membuat saya terheran. Ambek begitulah sebutan bapak di toraja. Bapak ini seperti guide pribadi sekaligus kompas dan bodyguard serta planner yang tahu detik demi detik dan menyusun itinerary gratis perjalanan selama saya di toraja.Alhamdulillah sekali bertemu dengan bapak ini. Hal ini juga membuktikan bahwa tampang preman bukan masalah selama feeling kita mengatakan bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi tetap harus waspada ya dimanapun dan kapanpun kita berada.Batu Tumonga, Lo'ko Mata, Batu Kalimbuang, Batu Parinding, merupakan destinasi lanjutan saya. Tanpa disadari, seluruh objek wisata yang mayoritas kuburan itu sudah kami datangi semua. Dari toraja bagian utara sampai selatan semua dapat dikunjungi. Bahkan asumsi saya bahwa objek wisata toraja memiliki lokasi yang berjauhan dan tulisan tempat wisata yang saya persiapkan sejumlah kurang lebih 5 obyek wisata.Semua dapat saya kunjungi tak lebih dari pukul 14.00 WITA. Rasa lelah melanda saya, disela-sela kunjungan obyek wisata, ambek tiyan menawarkan menaiki puncak-puncak obyek dan saya sudah tidak kuat lagi dan menyerah. Susah juga punya guide lebih excited, lebih kuat dan punya moto "pokoknya mbak harus lihat semua toraja".Akhirnya saya akhiri dengan mencari suvenir di pasar tradisional dan kopi toraja. Saya sedikit kurang recommended tentang belanja souvenir di pasar tradisional karena mahal dan tidak bisa ditawar, kualitas barang yang dijual pun tidak mumpuni. Sedikit yang saya sesalkan adalah belanja oleh-oleh asli Toraja ini. Kain asli toraja yang saya incar pun tidak saya dapatkan atau Ambek Tiyan tidak tahu tempat recommended untuk beli oleh-oleh. Entahlah.Tiket pulang ke Makassar sudah ditangan, tetapi waktu menunjukkan pukul 15.00 WITA. Bus yang akan membawa saya baru akan berangkat pukul 21.00 WITA. Saya putuskan untuk menunggu di perwakilan bus saja karena energi yang terkuras untuk berkeliling dari subuh. Sekitar 6 jam saya menunggu di ruangan kecil, tanpa ada niat untuk berkeliling atau makan lagi hingga bus datang dan akan membawa saya kembali ke Makassar.Hamparan sawah yang luas, udara nan sejuk, pemandangan dataran tinggi di batu tumonga yang menakjubkan, adat istiadat dan ritual yang indah serta toleransi antar umat beragama yang ada, membuat saya memiliki kenangan khusus yang takkan terlupakan bahwa saya pernah menginjakkan kaki di Toraja.Untuk masing-masing tempat wisata dan tips dan trik selama perjalanan di toraja akan saya lanjutkan di tulisanΒ berikutnya. Ayo teman-teman yang ingin mendapatkan experiences yang berbeda, jangan takut untuk ke Toraja.
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda