Touring Motor dari Solo ke Bromo dan Pantai Klayar, Berani Coba?
Kamis, 18 Sep 2014 15:50 WIB

Afif Musthafa
Jakarta - Apa jadinya jika waktu liburan Anda dihabiskan untuk motor touring menjelajah berbagai kota dari Solo hingga ke Bromo dan Pantai Klayar? Selain seru, ada pengalaman berkesan yang sulit untuk dilupakan. Begini keseruannya...Perjalanan dimulai dari Solo pada hari Minggu pukul 14.00 WIB dan sampai di Probolinggo sekitar pukul 01.00 WIB, dengan masa istirahat ketika waktu sholat dan makan. Rute yang kami lalui yaitu jalur utara, yakni Karanganyar-Magetan-Madiun-Caruban-Nganjuk-Jombang-Pasuruan dan Probolinggo. Sedangkan, rute pulangnya melalui jalur selatan, yakni Malang-Blitar-Tulungagung-Trenggalek-Pacitan-Wonogiri dan berakhir di kota Solo.Perjalanan seluruhnya menempuh jarak kurang lebih 840 km dengan tujuan wisata Bromo dan Pantai Klayar di Pacitan. Perjalanan juga memakan waktu kurang lebih tiga hari dan menghabiskan dana tidak terlalu banyak, hanya Rp 150-250 ribu dengan menggunakan motor.Perjalanan kami mulai dari Karanganyar, selain lebih dekat juga udara yang cukup dingin di siang hari karena melewati gunung, dibandingkan melewati kota Ngawi yang jaraknya lebih jauh dan panas.Setiba di Madiun, yakni sekitar pukul 16.00 WIB, kami mampir sebentar ke pom bensin dan istriahat sebentar. Setelah itu, perjalanan kami lanjutkan lagi menuju kota Nganjuk.Pada pukul tujuh malam, sampailah kami di kabupaten Nganjuk dan mampir sebentar ke rumah saudara dari teman kami untuk beristirahat dan sholat. Setelah istirahat kurang lebih sekitar satu jam, kami melanjutkan perjalanan langsung menuju Bromo.Untuk menuju Bromo ada tiga jalur yakni melalui Ngopak, Probolinggo, dan Lumajang. Namun, jalur yang di daerah Lumajang tidak terlalu bagus. Ketika sampai di daerah Pasuruan akan memasuki Probolinggo, kami diberitahu oleh polisi setempat bahwa jalan menuju Bromo melalui Ngopak yang langsung tembus ke dusun Tosari yakni dusun terakhir sebelum penanjakan cukup berbahaya jika dilalui rombongan yang sedikit, karena ditakutkan ada tindakan kriminal, dari situ saya sarankan kalau mau kesana minimal enam orang.Tanpa pikir panjang kami mengikuti saran polisi tersebut, melalui Probolinggo. Di sana nanti ada dua plakat menuju Bromo, daerah Ngopak (Bromo 50 km) dan daerah Probolinggo (Bromo 30 km). Kami rombongan berempat langsung menuju Bromo pada jalur Probolinggo. Menuju lokasi kami mampir sebentar ke pom bensin untuk beristirahat dan melapisi jaket double agar lebih hangat.Sampailah di pintu masuk pada pukul satu dini hari, di sana ada juga portal yang mengharuskan Anda membayar Rp 27.000 untuk dua orang dan satu motor. Lanjut kami naik ke atas, namun, agak terkejut ketika mencari jalur penanjakan yang tidak ada.Saya diberitahu oleh seorang warga, "Kalau mau ke Penanjakan itu lain jalur, harusnya tadi lewat Ngopak yang tembus dusun Tosari dan kalau mau kesana harus balik lagi atau melewati lautan pasir." ujar salah seorang warga.Setelah berembug dengan teman-teman, langsung saja pada dini hari itu, Kami melewati lautan pasir, yang konon katanya, kalau melewati ketika matahari belum terbit, banyak yang hilang. Benar saja, ketika sudah masuk ke lautan pasir, jalanan benarβbenar gelap dan harus offroad, yang mengharuskan kami berkaliβkali hampir terpeleset.Waktu menunjukan pukul dua kurang seperempat, namun kami masih terjebak di lautan pasir, beruntung ada dua orang dari Jombang ikut menemani kami menuju penanjakan.Akhirnya usaha pun mulai membuahkan hasil, kami mulai mobil-mobil hardtop melewati daerah gunung Bathok, dari situ kami mulai mengikuti arah cahaya tersebut. Jalanan tidak semulus seperti aspal, mulai dari lipatan pasir kecil hingga besar kami lewati bahkan bagian bawah motor sampai tergores dengan pasir karena lipatan yang cukup tinggi, rasanya seperti naik perahu di ombak yang besar.Beruntunglah dari cahaya mobil tersebut, walaupun sempat beberapa kali menghilang, akhirnya kami menemukan kobaran api yang dibuat oleh warga sekitar untuk menunjukan jalan ke arah penanjakan.Sesampai di penanjakan, waktu menunjukan sekitar pukul dua lebih dini hari dan udara terasa dingin dengan suhu nyaris nol derajat. Walaupun sudah dengan jaket dobel namun udara dingin masih saja terasa.Sambil menunggu waktu matahari terbit, kami menghangatkan diri di warung sekitar, harga yang ditawarkan memang tidak murah, harga untuk sebuah pisang kecil dihargai Rp 2 ribu dan Rp 4ribu untuk segelas energen. Menuju waktu matahari muai terbit, kami bergegas menuju atas untuk melihat matahari terbit dan sholat shubuh di musholla. Untuk sholat saja, kami enggan menyentuh air.Β Udara memang cukup dingin hingga membuat kami kedinginan ketika salat. Namun, udara yang dingin dan rasa lelah telah terbayarkan dengan pemandangan yang sangat indah. Saat matahari mulai menampakan dirinya kabutpun mulai menipis dan pemandangan di bawah benar-benar terlihat. Subhanalah, indahnya..Setelah puas melihat sunrise, kemudian kami menuju ke Gunung Bromo. Menggunakan sepeda motor di lautan pasir tak kalah asyik juga, justru memberikan kenangan tersendiri dengan jalan yang berkali-kali membuat terpeleset. Di bawah, kami tidak berlama-lama karena beberapa teman sudah merasa kantuk, bergegas kami segera turun untuk mencari tempat istirahat.Tak lama perjalanan, kami beritirahat di sebuah masjid. Cukup beristirhat kami melanjutkan perjalanan menuju kabupaten Trenggalek menuju rumah teman saya, perjalanan melalui lintas selatan juga tak kalah seru dengan lintas utara. Kami lalu menuju Blitar, Anda akan disuguhkan hutan hutan hijau dan udara yang segar.Tiba di Trenggalek sekitar pukul delapan malam waktu setempat. Kami diajak makan malam oleh teman saya di restoran terdekat. Setelah makan kami beristirahat agar esok badan lebih segar. Esoknya, perjalanan kami mulai sekitar pukul setengah tujuh pagi, jalan yang kami lalui melewati daerah Nglorok dan langsung ke Pacitan. Jalan pegunungan selatan juga seru, daerah pegunungan dan pantai, memang asyik untuk touring ditambah pemandangan pantai deket PLTU Pacitan.Di Pacitan, kami menuju Pantai Klayar yang terkenal dengan semburan airnya layaknya Geyser. Sampai di sana sekitar pukul sepuluh waktu setempat. Sekitar pukul dua belas kami bergegas pulang mengingat cuaca mulai mendung. Full dari perjalanan kami menghabiskan waktu tiga hari dengan perjalanan santai, biaya sekitar RP 150 ribu sudah termasuk semuanya. Seru dan tak terlupakan!
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang