Jakarta - Pesona Pulau Lombok memang menawan, keindahannya mengundang semua kalangan dari dalam dan luar negeri untuk datang. Mulai dari anak-anak, hingga ibu yang sedang hamil enam bulan. Ngidam Pulau Lombok? Bisa.Dua bulan sebelum 24 Januari 2013, kantor tempat saya bekerja merencanakan kegiatan refreshing bersama. Saat itu saya sedang hamil anak kedua dengan usia kandungan empat bulan.Mendengar rencana tersebut, saya berkeinginan ke sana dan meminta izin kepada suami. Alhamdulillah, suamiku mengizinkan. Mungkin tidak tega melihat ekspresi wajahku yang sangat ingin pergi ke sana.Tahun lalu saya tidak kesampaian pergi ke Lombok karena berhalangan dengan tugas pendidikan pelatihan (diklat). Maka tahun ini saya tidak mau melewatkan juga.Entah kenapa saya jadi teramat ingin melihat pantai. Apakah bawaan bayi? Hmm, sepertinya iya. Suamiku hanya berpesan untuk menjaga kondisi badan, jika tidak kuat tidak boleh dipaksa. Pada kehamilan ke dua ini saya merasa yakin kuat.Dua bulan kemudian, jadilah kami sekantor berangkat. Saat itu usia kehamilan sudah enam bulan. Padahal seminggu sebelumnya muncul berita, seorang ibu dengan kandungan tujuh bulan melakukan perjalanan pesawat dari Makassar ke Surabaya. Di tengah penerbangan tiba-tiba ingin melahirkan, dan lahirlah anak tersebut. Namun sayang tidak bertahan lama hidupnya karena kedinginan.Saat itu teman-teman di kantor memastikan lagi apakah saya yakin untuk tetap berangkat, dan saya menjawab Insya Allah yakin dan berdoa semoga selama perjalanan baik-baik saja.Dengan berbekal surat dokter kandungan dan surat dokter di bandara, berangkatlah kami menjelang sore hari. Saya elus-elus perutku sambil berbicara, sebentar lagi Bunda akan mengajakmu melihat keindahan Pulau Lombok.Selama di atas saya melihat hamparan negeriku di bawah. Ketika ingin landing, terlihat Gunung Rinjani. Sementara sunset mengintip di balik punggungnya. Indah sekali.Satu setengah jam sejak di Jakarta, kami sampai di Bandara Internasional Lombok, Praya. Di luar bandara kami telah ditunggu oleh bis travel beserta guidenya yang memakai pakaian adat Lombok. Dari Bandara, kami diantar menuju restoran tujuan untuk menikmati makan malam.Selama di perjalanan terlihat banyak masjid di kanan kiri jalan. Tidak heran jika Lombok disebut Pulau dengan 1.001 masjid. Tidak persis berjumlah 1.001 memang, karena itu hanya kiasan bagi letak masjid yang tidak terlalu jauh antara satu dengan lainnya.Tibalah kami di restoran, kami disambut dengan musik dan tarian adat Lombok yang dibawakan oleh dua gadis muda yang menawan. Di sana kami disajikan menu makanan khas Lombok, yakni ayam taliwang dan plecing kangkung, beserta sambal dengan terasinya yang khas. Lezat, saya sampai tambah.Pukul 22.00 WIB kami sudah tiba di Hotel Jayakarta dan langsung istirahat. Akhirnya sekarang Bunda bisa istirahat. Besok siap-siap untuk perjalanan.Setelah sarapan yang lezat di Hotel Jayakarta, kami akan pergi ke Gili Trawangan. Untuk menuju Gili Terawangan kami harus pergi ke Pelabuhan Bangsal dahulu untuk naik perahu penyeberangan. Menuju Pelabuhan Bangsal memakan waktu sekitar 40 menit.Sementara dari Pelabuhan Bangsal ke Gili Trawangan memakan waktu kurang lebih 20 menit. Dalam perjalanan laut, saya dan bayiku amat menikmati setiap ayunan perahu. Saya resapi angin dan cipratan ombaknya. Kapan lagi bisa menikmati keindahan dari Tuhan yang sulit diperoleh di tengah-tengah hiruk pikuk kota. Saya bersyukur.Di bibir pantai Gili Trawangan, sudah ada beberapa bule sedang menikmati sinar matahari yang tampaknya sulit mereka peroleh di negaranya. Di belakangnya terdapat beberapa bangunan bambu yang merupakan kios makanan minuman dan kebutuhan snorkeling maupun diving.Dengan kondisiku saat itu, saya cukup puas hanya dengan melihat-lihat pantai dan menikmati sebutir kelapa muda. Cuaca saat itu cukup panas, beberapa dari kami hanya duduk-duduk dan bersantai sambil menunggu makan siang disajikan.Sementara teman-teman lain ada yang bermain banana boat dan snorkeling. Menjelang sore kami kembali dari Gili ke Senggigi dan kembali ke hotel.Keesokan paginya kami pergi ke desa di mana Suku Sasak tinggal. Setibanya di sana, kami berfoto sebentar dan menyaksikan seni tari perang para pemuda desa. Refreshing kali ini bagiku merupakan wisata budaya juga.Terpikir olehku, bahwa secara kesenian, Lombok mempunyai kemiripan dengan Bali. Itu terdengar dari seni musiknya dan terlihat dari seni tarinya. Memang benar, berdasar informasi yang saya peroleh, sebenarnya penduduk asli Lombok berasal dari Bali.Beberapa dari mereka pergi dan menetap ke Lombok lalu bertemu dengan penyebar agama Islam. Sehingga banyakΒ yang memeluk agama Islam. Ada satu keluarga di Suku Sasak, dari nenek hingga cucu tinggal satu atap dengan ukuran rumah yang cukup kecil, hanya dua ruangan, dalam dan luar.Seorang guide yang adalah penduduk asli di desa itu mengatakan, hanya para perempuan saja yang tinggal di dalam. Sementara para lelaki tidur di bagian luar. Ini terkait dengan tradisi Suku Sasak itu sendiri.Sepulangnya dari menemui Suku Sasak, kami mampir sebentar ke Pantai Senggigi yang terkenal dengan pasir merica-nya. Sekali lagi saya nikmati tekstur pasir merica yang melingkupi kakiku. Rasa itu saya bawa sampai ke bayi dalam perutku. Begitu juga dengan deburan ombak dan angin pantai.Sayang hanya sebentar, karena kami akan ke tempat oleh-oleh khas Lombok. Dipastikan oleh guide, setibanya di sana kami akan diberi waktu yang lama. Benar saja, mungkin naluri seorang guide. Mengingat waktu bagi para wisatawan tidak akan pernah cukup.Di tempat oleh-oleh makanan, teman-teman langsung berburu. Ada yang membeli susu kuda liar, manisan rumput laut khas Lombok, dan beberapa cemilan lainnya.Sementara saya hanya membeli minyak urut Lombok dari akar rempah, satu dua cemilan, dan dua mangkok terasi Lombok. Terasi Lombok ini dikemas dengan anyaman yang dibentuk mangkok. Terasi ini menjadi kegemaran suami, karena sambal menjadi terasa lebih sedap.Setelah membeli oleh-oleh makanan, kami dibawa ke tempat oleh-oleh baju dan kaus-kaus Lombok. Tempat oleh-oleh ini mempunyai bangunan sendiri, dan barangnya tertata dengan rapi.Harga oleh-oleh di sana pun cukup terjangkau. Alhasil, saya membeli baju untuk ayah, ibu, kakak, suami, anak-anak di rumah, serta pengasuh anak.Setelah puas berbelanja, kami menyantap makan siang terakhir hari itu. Karena kami harus segera check out dari hotel untuk penerbangan pulang ke Jakarta.Selamat tinggal Lombok, akhirnya saya telah melihatmu bersama bayiku. Mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi di lain waktu bersama keluargaku lengkap.
Komentar Terbanyak
Potret Sri Mulyani Healing di Kota Lama Usai Tak Jadi Menkeu
Keunikan Kontol Kejepit, Jajanan Unik di Pasar Kangen Jogja
Daftar Negara yang Menolak Israel, Tidak Mengakui Keberadaan dan Paspornya