4 Hari Petualangan Paling Menakjubkan di Pulau Moyo
Jumat, 25 Apr 2014 11:40 WIB

Priyo Handoko
Jakarta - Menjelajahi Pulau Moyo adalah tantangan saat datang ke Sumbawa. Wisatawan akan membelah jalur hutan, bercengkrama dengan penduduk, menikmati laut, sampai menjumpai air terjun segar di tengah pulau. Menakjubkan!Perjalanan selama 4 hari 3 malam yang memberi saya pengalaman yang luar biasa tentang wisata dan kehidupan sosial di lingkungannya. Setiap perjalanan pasti merupakan pengalaman buat kita baik pengalaman yang menyenangkan mengasyikkan ataupun pengalaman yang kadang mengharukan. Sama halnya ketika saya melakukan perjalanan ke Pulau Moyo, pulau yang merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Kabupaten Sumbawa Besar.Pulau Moyo adalah salah satu tujuan wisata yang sangat sangat terkenal. Banyak wisatawan mancanegara yang datang di ke pulau ini. Banyak hal yang ditawarkan baik dari wisata alam ataupun penginapan yang menawarkan fasilitas terbaik.Perjalanan saya ke Pulau Moyo bukanlah perjalanan wisata yang seperti biasa. Saya masuk ke Pulau Moyo melalui Tanjung Pasir atau dataran terdekat dengan pulau Sumbawa. Berbeda dengan pengunjung lain yang biasanya melalui dermaga di Labuh Aji.Penyeberangan ke Pulau Moyo yang saya lakukan menggunakan perahu nelayan yang tidak terlalu besar. Tentunya bisa merasakan gelombang yang membuat badan saya basah kuyup karena ombak saat penyeberangan cukup tinggi. Penyeberangan ke Tanjung Pasir dapat menggunakan perahu nelayan dengan waktu tempuh 45 menit.Tanjung pasir adalah tempat di mana perjalanan saya dimulai. Dari tempat tersebut tidak ada perkampungan sama sekali. Untuk mencapai kampung pertama saya harus menyusuri pantai selama 2 hari dan menginap di perjalanan menggunakan tenda.Perjalanan menuju perkampungan pertama melewati pantai yang mempunyai variasi medan yang beragam. Mulai dari pasir, hutan bakau dan hamparan terumbu karang yang sangat indah. Terumbu karang itu terlihat dengan jelas. Tanpa berenang ataupun menyelam, kita dapat berjalan di atasnya. Tetapi ketika hari sudah siang terumbu karang itu akan tertutup kembali oleh air pasang.Selama perjalanan 2 hari saya menemukan 2 sumber mata air. Yang pertama dengan menggali pasir di pinggir pantai, yang kedua saya menemukan aliran air kecil di dalam hutan. Di tempat tersebut terdapat banyak sekali jejak hewan hutan yang kemungkinan juga memanfaatkan sumber mata air itu untuk minum. Selain itu keindahan Pulau Moyo sangat luar biasa. Apalagi di saat matahari terbit dengan pemandangan Gunung Tambora yang terlihat samar-samar.Setiba di perkampungan, saya melihat kampung yang sunyi. Sedikit sekali orang yang melakukan aktivitas. Saya mencoba menemui salah satu penduduk di sana setidaknya meminta izin untuk beristirahat. Tetapi setelah bertemu dengan salah satu penduduk di sana, satu-persatu penduduk yang lain datang dan bergabung dalam percakapan. Percakapan yang menarik, tentu saja diawali dengan perkenalan. Saya memperkenalkan diri dan memperkenalkan kawan-kawan yang mengantar saya.Perkampungan tersebut belum ada aliran listrik dari pemerintah. Mereka menggunakan mesin pembangkit listrik untuk kebutuhan penerangan dan komunikasi. Untuk menonton televisi dan mengisi baterai alat komunikasi ada tarif tertentu. Itu sebagai bentuk iuran bersama untuk membeli bahan bakar. Hanya 1 atau 2 rumah saja yang mempunyai mesin ini.Saya lupa awalnya, kenapa percakapan saat itu bertema pendidikan. Di perkampungan itu terdapat satu sekolahan yang menurut saya cukup bagus tetapi sungguh disayangkan karena sudah lama tidak ada aktivitas belajar mengajar di sekolah itu. Menurut penduduk, di sana sebenarnya ada guru tetapi sudah 2 bulan tidak ada kegiatan belajar mengajar.Mereka berharap agar aktivitas pendidikan di kampung mereka terus berjalan. Tentunya dengan harapan agar anak-anak mereka menjadi generasi penerus yang mempunyai pendidikan yang baik. Saya harap ketika tulisan ini kita baca di sekolah tersebut sudah berjalan seperti sekolah yang lain. Kegiatan belajar mengajar yang mengasyikkan untuk anak-anak di sana.Percakapan kami di sana sungguh menyenangkan dan mengharukan tentunya. Percakapan yang memberikan banyak pengetahuan bagi saya. Sekali lagi saya mengerti banyak hal yang belum kita ketahui di negeri ini. Negeri yang kaya akan tempat berwisata dan kaya akan sumber daya alam.Setelah istirahat dan mengambil air untuk bekal, perjalanan kami lanjutkan. Perkampungan selanjutnya berjarak 5 km dan dapat ditempuh dengan waktu 2 jam. Menuju perkampungan kedua saya dan teman-teman melewati jalan setapak yang biasa digunakan untuk menghubungan desa satu dengan yang lain. Di sepanjang jalan terdapat pagar hidup yang cukup rapat yang digunakan untuk pembatas agar hewan hutan dan hewan budidaya yang dilepas tidak berkeliaran di jalan.Tiba perkampungan kedua, hari sudah mulai gelap dan langsung menuju pimpinan di sana yaitu kepala dusun. Setelah memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud melewati perkampungan tersebut, kami meminta izin untuk mendirikan tenda di sekitar perkampungan. Akan tetapi kepala dusun meminta agar saya menginap di rumahnya.Malam itu kami gunakan untuk benar-benar beristirahat karena sangat lelah setelah seharian berjalan. Perkampungan kedua hampir sama dengan perkampungan pertama. Belum ada jaringan listrik pemerintah masih menggunakan mesin pembangkit sendiri. Tetapi di perkampungan ini lebih banyak yang mempunyai mesin pembangkit dan penduduknya pun lebih banyak.Perjalanan selanjutnya adalah perjalanan menuju Air Terjun Mata Jitu yang berada di sisi lain dari perkampungan, dan itu artinya kami harus berjalan membelah pulau. Dari informasi yang ada perjalanan menuju air terjun tersebut dapat ditempuh dengan waktu 4 jam perjalanan.Perjalanan menuju air terjun melewati jalan setapak yang kadang digunakan perkampungan untuk menuju Pelabuhan Labuh Aji, Pulau Moyo. Berbeda dengan perjalanan di hari sebelumnya, perjalanan kali ini tidak melewati pantai sama sekali. Kami melewati hutan yang kering, walaupun sesekali melewati hutan yang cukup hijau tetapi tidak terlalu luas. Selama perjalanan banyak hal yang dapat ditemui. Mulai dari hewan-hewan ternak yang berkeliaran di sekitar jalur perjalanan ataupn gerombolan babi hutan yang kadang dapat dilihat dari jalur.Selama perjalanan sering kali melihat hutan yang sengaja dibakar untuk membuka lahan pertanian ataupun tempat untuk pemeliharaan hewan ternak. Selama perjalanan tidak ditemukan sama sekali sumber air karena sebagian besar jalan yang dilalui adalah jalan yang berada di punggung perbukitan. Kicauan burung yang beraneka ragam masih dapat didengar selama perjalanan, baik suara kicauan yang sering saya dengar ataupun sama sekali belum pernah didengar.Setelah 5 perjalanan percabangan terdapat percabangan perjalanan ke arah air terjun dan ke arah Desa Labuh Aji. Tentunya jalan yang diambil adalah jalan yang menuju air terjun. Tidak lama setelah persimpangan samar-samar suara air terjun mulai terdengar dan tentu saja itu menambah semangat langkah untuk menuju tempat tersebut. Sempat di tengah perjalanan bertemu dengan pengunjung lain yang kebetulan baru saja melakukan kunjungan berwisata di air terjun.Lega rasanya di saat melihat air terjun karena sebelumnya merasakan kegerahan karena perjalanan yang melewati medan dengan kondisi yang panas dan kering,Β Sungguh pemandangan yang sangat mempesona dan mungkin ini adalah hal terbaik yang dilihat di Pulau Moyo. Sebuah air terjun yang berada di tengah pulau yang tentunya kondisi saat itu kering.Melihat penampakan dari warna air yang sangat jernih dan tentunya menyegarkan. Tidak lama pun saya terjun untuk berenang di sana. Kesegaran yang sangat terasa, dengan air yang jernih dan pemandangan yang luar biasa. Ingin rasanya berlama-lama di tempat itu, akan tetapi perjalanan harus dilanjutkan menuju desa terakhir sebelum melakukan penyeberangan menuju Pulau Sumbawa.Perjalanan menuju Desa Labuh Aji tidak terlalu panjang hanya membutuhkan waktu 2 jam. Tentunya dengan medan yang hampir sama seperti sebelumnya. Akan tetapi di sini banyak ditemui kebun kebun yang berisi jambu mete atau jambu monyet. Tanaman itu adalah salah satu hasil perkebunan yang ada di Pulau Moyo dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain perkebunan banyak pula kandang-kandang terbuka untuk hewan ternak sapi yang tentunya cukup luas.Setiba di Desa Labuh Aji kami bergegas untuk mengurus perizinan ke kepala desa, setidaknya untuk memberitahukan kepada beliau bahwa kami akan menginap di sekitar perkampungan. Dari beberapa malam yang telah dilewati di Pulau Moyo, malam inilah malam yang terbaik, mendirikan tenda di pinggir pantai dengan pemandangan yang indah, tentunya juga suasana yang lebih menenangkan karena kita dekat dengan perkampungan.Perkampungan ini berbeda dengan 2 perkampungan sebelumnya. Di sini sudah ada jaringan listrik dari pemerintah dan sudah banyak terdapat penginapan untuk pengunjung. Malam terakhir di Pulau Moyo saya gunakan untuk beristirahat, melepaskan lelah dan tentunya mencatat kegiatan saya selama di Pulau Moyo.
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour