Mengenal Pahlawan Teungku Cik di Tiro di Aceh Besar
Kamis, 01 Mei 2014 13:40 WIB
Aulia Fitri
Jakarta - Kegigihan Teungku Cik di Tiro melawan penjajahan Belanda di Aceh telah mengantarkannya sebagai tokoh, sekaligus pahlawan yang sangat dikenang oleh masyarakat Aceh. Ayo mengenal kisahnya di Gampong Meureue, Aceh Besar.Teriknya matahari siang sudah mulai redup. Ramainya orang di jalan lintas Banda Aceh-Medan, tepatnya di Indrapuri tidak pernah sepi. Menyusuri perkampungan, sekejap suasana akan langsung terasa beda. Jauh dari keramaian, pohon dan suasana gampong terasa begitu lekat dengan kehidupan masyarakat Aceh.Gampong Meureue, sebuah kampung yang ada di Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar, adalah tujuan saya waktu diawal tahun 2013. Sudah sering kita dengar dan baca, di pelosok gampong ini beristirahat pahlawan nasional Indonesia sekaligus guree (guru) rakyat Aceh saat menghadapi Belanda. Siapa lagi kalau bukan Teungku Muhammad Saman bin Teungku Syekh Ubaidillah atau yang lebih dikenal Teungku Cik di Tiro.Cukup banyak literatur dan biografi beliau yang termuat di dunia maya, namun kisah perjuangannya memang sering terluput begitu saja.Yang tidak kalah menarik, dari sejarah perjalanan hidup Teungku Cik di Tiro ini, adalah saat Belanda mengutuskan Kapten H.J. Schmidt, yakni seorang opsir yang waktu itu telah mahir menggunakan bahasa Aceh untuk mencari jejak sang pejuang ini.Sejumlah perang dari pihak Belanda dan pejuang Aceh terjadi. Teungku Cik di Tiro tidak pernah merasa gentar untuk melawan penjajah hingga sampai pada akhirnya hayatnya, Januari 1891. Perjuangannya terus berlanjut hingga pada anaknya tertuanya Teungku Mat Amin.Di buku Atjeh karya H.C. Zantgraaff telah menyebutkan, bahwa secara jujur harus dicatat mereka tewas sebagai pahlawan. Serang menyerang antar Belanda dan pejuang Aceh terus berkecamuk sepeninggal Teungku Cik di Tiro. Benar-benar suatu masa yang gila. Setelah masa kesimpang siuaran yang besar itu, di mana kita kadang-kadang harus bertempur mati-matian, untuk merebut kembali apa yang kita lepaskan dengan suka rela, kata Zentgraaff.Kepala Staf dari korps marechaussee (tentara pilihan Belanda) Kapten Van Daalen juga pernah ikut dalam perang melawan pejuang-pejuang Aceh. Zentgraff dalam bukunya mengatakan, orang Aceh bertarung bagai singa, mereka memilih roboh dalam nyala api yang membakar benteng dari pada menyerah.Teungku Cik di Tiro beserta istrinya, Teungku Mat Amin, dan sejumlah pejuang Aceh serta teman dekat dengan keluarga Tiro ini dimakamkan di Meureue, termasuk juga cucunya Hasan Tiro.Saat saya bertanya pada salah seorang di komplek makam, tidak banyak yang tahu siapa nama orang-orang yang berada di samping makam utama Teungku Cik di Tiro yang yang berukuran 8x8 meter tersebut.Komplek makam seluas 3.000 meter2 tersebut berjarak sekitar 30 km lebih dari arah timur Banda Aceh. Di sana juga terdapat balee rajeuk (balai raya) dan mushalla dengan pemandangan hamparan sawah di depannya.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!