Tempe Kemul, Camilan dari Dieng yang Bikin Nagih
Minggu, 25 Mei 2014 14:45 WIB

Darwance Law
Jakarta - Ternyata, selain Mie Ongklok dan buah Carica, Dieng punya panganan nikmat lain bernama Tempe Kemul. Sekilas, camilan berbahan dasar tempe ini tidak berbeda dengan gorengan pada umumnya. Tapi soal rasa, bikin nagih!Tempe kemul, itulah makanan yang ingin saya santap saat ada waktu kembali berpetualang di dataran tinggi Dieng. Cita rasanya yang beda dari gorengan dengan bahan dasar tempe pada umumnya, membuat saya menganggap tempe kemul bagai candu.Pokoknya, satu kata untuk penganan asli Pulau Jawa yang satu ini, enak. Alhamdulillah, saat saya dan beberapa orang teman kembali berwisata menelusuri keindahan dataran tinggi Dieng, saya kembali berjumpa dengan makanan yang saya rindukan ini. Kriuk, enak sekali.Saya termasuk orang yang susah sekali jatuh cinta dengan masakan Jawa. Sudah lama betul rasanya saya tinggal di Pulau Jawa. Namun hanya ada beberapa masakan khas Jawa yang berhasil membauat lidah saya bergoyang. Salah satunya adalah tempe kemul. Mulanya, saya menganggap tempe kemul tak beda dengan gorengann tempe lain, semacam mendoan misalnya.Saat itu, sebelum berangkat menelusuri keindahan dataran tinggi Dieng yang dilukiskan oleh Adam, teman saya orang Wonsosobo, kami disajikan oleh Adam sepiring gorengan. Saya melihatnya sekilas, dan langsung mengetahui bahwa itu adalah tempe.Namun, bentuknnya agak beda dan unik. Tempe yang bundar lalu dilapisi tepung agak kekuningan, membuat saya menghampiri meja di mana gorengan itu disajikan.Saya pun langsung bertanya pada Adam,"apa ini?" Adam langsung menjawab dengan menyebut nama makanan itu. Saya masih penasaran, lantas bertanya perihal rasanya. Lagi-lagi Adam menjawab singkat, "makan saja, enak."Saya pun langsung menggigitnya sedikit demi sedikit, berusaha mencari kata "enak" yang diutarakan oleh Adam. Semula saya tak berharap banyak akan keistimewaan gorengan yang satu ini, pasti tak jauh-jauh rasanya dari gorengan tempe jenis lain .Ah, rupanya dugaan saya salah. Sebagaimana yang dikatakan Adam, tempe kemul memang enak, bahkan lebih enak dari jenis gorengan tempe yang lain. Setidaknya itu yang saya rasakan.Akhirnya, saat saya, Anisa Rahardini, dan Putu Dian Pratiwi kembali diajak Adam ke Wonosobo, tempe kemul adalah makanan pertama yang ada dalam kepala saya. Sepanjang perjalanan Yogyakarta-Wonosobo, diantara gagahnya Gunung Sindoro dan Sumbing, diantara lalu lalang Temanggung, tak habis saya memikirkan makanan itu.Pada sebuah pagi yang masih gelap, sebelum kami berempat menanjak menuju puncak Bukit Sikunir di Dieng, sesekali saya melirik para pedagang yang menggoreng tempe kemul. Bau tempe kemul yang khas sempat menundang saya untu melahapnya pagi itu.Namun waktu terus berjalan, kami harus segera sampai di Puncak Sikunir sebelum matahari benar-benar meninggi. Ah, nantilah, kataku dalam hati.Saat kami turun dari Puncak Sikunir, setelah sesaat menikmati kabut melayang-layang diatas Telaga Cebong, kami pun segera mencari warung yang sepi.Maklum, hari itu hari Minggu. Banyak wisatawan yang datang kesitu. Kami pun harus menunggu beberapa saat untuk menunggu giliran menikmati tempe kemul di warung yang di kaki Bukit Sikunir, di tepi Danau Cebong yang masih dingin. Orang-orang berdesakan. Alhamdulillah, kami pun mendapat kesempatan pada sebuah warung.Seraya memesan beberapa gelas kopi dan beberapa minuman hangat lainnnya, saya langsung meraih sepotong tempe kemul dan melahapnya panas-panas. Yummy, sungguh nikmat rasanya melahap tenmpe kemul yang masih panas diantara dinginnya pagi di dataran tinggi Dieng.Apalagi pagi itu, pemilik warung menyajikan semacam cuka pempek sebagai cocol tempe kemul selain lombok hijau yang pedas. Sebagaimana namanya, kemul dalam bahasa Jawa berarti selimut. Tempe kemul memang berupa tempe yang diselimuti tepung yang telah dibumbui. Luar biasa!Dataran tinggi Dieng tak hanya alamnya yang indah, makanannya pun enak sekali. Salam traveler!
Komentar Terbanyak
Ogah Bayar Royalti Musik, PO Bus Larang Kru Putar Lagu di Jalan
Bisa-bisanya Anggota DPR Usulkan Gerbong Rokok di Kereta
Takut Bayar Royalti, PO Haryanto Ikut Larang Kru Putar Lagu di Bus