Danau Weekuri di Sumba, Ini Danau atau Kaca?
Rabu, 18 Jun 2014 10:50 WIB
Abeng Sagara
Jakarta - Ini danau atau kaca? Mungkin kalimat itu yang akan terucap apabila Anda berkunjung ke Danau Weekuri di Kab Sumba Barat Daya. Airnya sebening kaca dan sangat mempesona. Tidak perlu pikir panjang untuk langsung nyemplung.Waktu penelitian di Kodi si kota konflik, Sumba, hari itu adalah hari Minggu, sekaligus merupakan hari yang sempurna untuk jalan-jalan di antara rutinnya tugas penelitian kami. Saat itu kami menginap di tempat pak camat.Searching di Google, ternyata ada tempat wisata keren di Kodi, namanya Danau Weekuri. Tidak jauh dari tempat kami, kira-kira sekitar 30 menit perjalanan naik motor.Kami mengandalkan anak pak Camat untuk menjadi guide dan pelindung kami. Pelindung? ya, Kodi merupakan daerah rawan konflik dan rawan kejahatan, terutama perampokan di jalan. Apalagi jalanan yang akan kami lewati merupakan daerah sepi dan masuk ke dalam.Dengan adanya anak pak Camat ini, diharapkan para calon perampok enggan untuk merampok sang putra mahkota dari Raja Kodi. Tujuan lain supaya kita tidak tersesat arah dan tujuan.Tidak tanggung-tanggung, anak pak Camat enggan jika tidak bersama ajudannya si Bono. Maka okelah kami angkut Bono juga. Mereka berdua ini masih SMA lho.Tiga motor kami panaskan, delapan orang bersiap-siap. Saya berboncengan tiga dengan anak pak Camat dan satu teman saya, sebut saja Koko. Sementara Bono juga berboncengan tiga bersama Mat dan Om Har. Sementara satu motor lagi digawangi oleh Ipoel dan Atik.Saya menginjak motor GL tua sewaanku, brummmm, siap tempur! Dari tempat pak Camat kami mengarah ke utara melewati padang rumput yang luas dengan banyak kubur batu.Anak pak Camat menjelaskan bahwa tempat itu merupakan tempat upacara Pasola, upacara adat orang Sumba, yaitu perang-perangan menggunakan kuda dan tombak (walau terkadang perang-perangan ini berakhir menjadi perang sungguhan).Melewati Pasola, kami menjumpai perkampungan adat yang kuno dengan altar penyembahan dan beberapa totem hewan. Kampung ini kata anak pak Camat merupakan kampung leluhurnya, alias kampung kakek buyutnya. Oooo, berarti pak Camat berasal dari kampung keren ini.Hanya terdapat beberapa rumah saja, tidak banyak. Di depan masing-masing rumah, ibu-ibu dan anak-anak yang sedang menenun kain melambaikan tangan kepada kami, salam sapa khas Sumba yang begitu hangat.Lepas dari perkampungan adat ini, kami mulai memasuki hutan. Jalanan masih beraspal, walau banyak lubangnya. Kanan kiri hanyalah pohon-pohon yang didominasi pohon kelapa dan beberapa tanaman rambat yang tinggi besar.Jarang terlihat rumah, hanya ada beberapa gubuk saja. Di sinilah biasanya para perompak itu melancarkan aksinya. Dengan berbekal parang dari kakek pejuang suku Wewewa, serta parang dari pak Camat Kodi, kami siap menaklukan segalanya!Sebenarnya suku Wewewa dan Suku Kodi ini merupakan suku yang sedang berkonflik. Mereka adalah musuh bebuyutan, orang Wewewa benci Kodi, begitu juga sebaliknya, orang Kodi benci Wewewa.Sebenarnya, tidak perlulah bermusuhan seperti itu. Lihatlah parang kami, parang Wewewa dan parang Kodi juga bisa bersatu. Persatuan ini bisa mengalahkan segalanya! Perpecahan hanya akan membuat kalian terlihat semakin bodoh, kawan.Hutan sudah habis, kembali lagi ke padang-padang rumput yang luas dan rumah-rumah panggung beratapkan rumbia membius pandangan. Sesekali babi-babi kecil berlari menyeberang tanpa babibu, seakan minta ditabrak.Sayang sekali, padang rumput seluas ini tidak terlihat sapi atau hewan ternak perumput satupun. Padahal, daerah ini sangat cocok untuk berternak sapi. Coba ada yang berinisiatif beternak sapi perah, susunya bisa untuk mencerdaskan masyarakat.Akhirnya jalan aspal berakhir, berganti menjadi jalan tanah berkerikil yang sempit. Untuk masuk Danau Weekuri, kami harus melalui jalur ini. Semak belukar yang lebat di kanan kiri jalan membuat kami harus berhati-hati supaya tidak terbeset ranting-rantingnya yang cukup tajam.Di jalur ini savananya lebih indah, lebih hijau, dan lebih subur. Mungkin karena tidak ada pemukiman di daerah ini. Saya membayangkan, ada jerapah dan rusa di padang ini, soalnya kondisinya sungguh Afrika banget.Sesekali burung-burung besar berwarna merah terlihat terbang sangat rendah, juga burung-burung berwarna kuning dan hijau. Kicau burung yang merdu juga sayup-sayup terdengar. Inilah surga bro!Menjelang Danau Weekuri, di kiri jalan ada rumah panggung milik warga negara Perancis yang mengelola salah satu pantai di sini, yakni Pantai Mandorak. Warga negara Perancis yang kini berdomisili di Bali ini selain mengelola Pantai Mandorak juga turut menyejahterakan rakyat sekitar dengan membangun sekolah dan yayasan.Diharapkan pengelolaan ini bisa mengangkat derajat ekonomi dan pendidikan warga sekitar. Namun sangat tidak diharapkan bila ujungnya warga negara Perancis ini membangun resort mahal di sini.Portal berwarna biru yang tak berfungsi menjadi pintu gerbang Danau Weekuri. Kami parkir kendaraan kami, dan air berwarna biru kehijauan yang dikelilingi oleh karang-karang yang tinggi menjulang menjadi sambutan selamat datang kami.Menakjubkan! Baru pertama saya melihat danau seperti ini. Tidak begitu besar, namun begitu indah. Pasir putih yang digenangi oleh birunya air laut dan gradasi hijau dari rumput laut begitu menakjubkan.Di ujung karang yang berbatasan dengan laut, ombak-ombak keluar dari celah batu karang dan mengisi air danau ini. Tebing-tebing karang di sekeliling danau ditumbuhi tumbuhan sulur yang lebat dan hijau.Langsung kami ceburkan diri, begitu segar! Kamera mulai dikeluarkan dan kami mulai berpose dengan berbagai gaya. Mengabaikan keeksotisan tempat ini.Walaupun begitu indah, namun danau ini juga agak bernuansa magis. Mungkin karena hanya rombongan kami saja yang berkunjung. Kesunyian membuat deburan ombak dan deruan angin seakan berbisik kepadaku untuk mencoba naik ke atas karang di ujung batas danau dan laut. Β Akhirnya setelah puas menikmati Danau Weekuri dari dalamnya, saya mencoba naik ke atas bukit karang yang mengelilinginya. Mendaki perlahan menghindari batu karang yang lancip, mencoba menggapai puncak danau ini.Lautan luas di bawah menghantam tebing-tebing karang di bawah saya dan mengikisnya perlahan. Padang rumput hijau yang begitu luas di belakang sangat kontras dengan birunya lautan di depan.Danau Weekuri tampak lebih biru dari atas sini. Titik-titik kecil di salah satu ujung danau melambaikan tangan kepadaku sebagai isyarat minta di foto dari ketinggian.Beberapa teman menyusul ke atas. Bersama-sama kami menikmati keajaiban Sumba dari atas karang Danau Weekuri ini.
Komentar Terbanyak
Pesawat AirAsia Salah Mendarat, Penumpang Kaget-Pramugari Bingung
Pesona Patung Rp 53 Miliar di Baubau, Sulawesi Tenggara Ini Faktanya!
Buntut Insiden Pembakaran Turis Malaysia, Thailand Ketar-ketir