Kisah Liburan ke Yogyakarta yang Selalu Bikin Kangen
Selasa, 01 Okt 2013 10:21 WIB

Jakarta - Rindu akan Yogyakarta sesekali terbesit di benak wisatawan. Saat liburan berikutnya, tak ada salahnya berkeliling kota yang semakin asyik untuk didatangi. Pasti banyak macam kisah baru bisa didapat di sana.Kehangatan udara yang khas, keramahtamahan sikap penduduk membuat saya selalu kangen dan ingin datang kembali ke Yogyakarta. Selain gudeg, makanan yang paling saya rindukan di kota ini adalah pecel gendong yang banyak dijual di Jl Malioboro.Liburan beberapa waktu lalu saya memutuskan untuk liburan di Kota Yogyakarta. Tepat pukul 17.00 WIB saya dan teman bernama Ergineo naik kereta api dari Stasiun Bandung menuju Yogyakarta. Perjalanan memakan waktu 8 jam lebih. Sekitar pukul 02.00 WIB lebih kereta berhenti di Stasiun Tugu Yogyakarta.Selesai makan nasi goreng Jawa di luar Stasiun Tugu, kami harus mengantar titipan hamster teman Ergi ke Condong Catur. Di sinilah petualangan saya dan Ergi di Yogyakarta dimulai, tujuan saya dan Ergi sekarang ke Malioboro."Subuhβsubuh begini naik apa ya ke sana?" tanya saya pada Ergi yang sama tidak tahunya.Kami berdua memutuskan untuk berjalan kaki sambil menikmati suasana subuh di Yogyakarta. Sedang asyik berjalan sambil bercanda, ada becak gas (becak motor) berjalan pelan di samping kami. Nah, ini dia kendaraan yang mengantar kami ke Malioboro subuhβsubuh."Ke Malioboro ya Pak, berapa?" tanya Ergi. Sedikit mikir bapak tukang becak menyebut angka Rp 25.000 dan tidak mau ditawar.Sekitar 30 menit perjalanan, becak yang kami naiki berhenti tepat di depan papan nama Jl Malioboro. Ternyata subuhβsubuh begini masih ramai orang yang berkeliaran di sepanjang Jl Malioboro. Beberapa pedagang yang mulai menyiapkan dagangan. Wisatawanβwisatawan dari dalam dan luar negeri sedang asyik berfoto βfoto.Sekelompok wisatawan asing yang sedang duduk sambil tertawa. Ada juga yang bermain gitar sambil bernyanyi ria bersama temanβtemannya. Hangatnya udara Kota Yogyakarta yang bersahabat membuat suasana subuh semakin nyaman saya rasakan. Sebagai traveler, kami tak mau melewatkan suasana subuh yang indah ini. Ergi langsung mengeluarkan kamera dari dalam tas yang digendongnya untuk mengabadikan momen ini.Kami mulai berfoto senarsis mungkin di papan nama Jl Malioboro, di pohon yang sebagian batangnya dilingkari dengan kain batik. Kami memotret becak yang berjejer rapi di pinggir jalan, memotret papan nama toko yang ada tulisan seni dan batiknya. Badan saya mulai terasa capek, begitu juga dengan Ergi. Adzan subuh mulai berkumandang."Cari penginapan yuk," ajak Ergi.Dari satu pintu hotel ke pintu hotel lain kami datangi dan mencari kamar kosong, tapi semuanya penuh. Kami memutuskan untuk balik lagi ke jalan utama Malioboro. Di situ ada deretan kursi panjang yang kosong untuk istirahat sejenak. Kebetulan waktu kami keliling mencari penginapan, kami melewati masjid dan menunaikan salat subuh. Baru sebentar berjalan menuju masjid, ada bapak-bapak berjalan cepat ke arah kami."Mau cari penginapan ya? Ada kamar kosong Mas, kalau mau saya antar. Cuma Rp 75.000 satu hari, tapi nggak terlalu mewah kamarnya. Bisa buat 2 orang," kata bapak itu.Sekitar 15 menit berjalan, kami tiba di depan penginapannya. Penginapannya sederhana, fasilitasnya juga tak terlalu mewah, kamarnya tidak ber-AC. Cuma ada kipas angin yang menempel di langitβlangit kamar. Satu buah tempat tidur lumayan besar cukup untuk 2 orang. Ada kamar mandinya di dalam. Kami sepakat untuk menginap di sini.Kami lalu pergi ke minimarket membeli sabun dan beberapa peralatan lain untuk mandi. Setelah itu kami makan nasi kucing, sambal teri pedas, gorengan dan ceker ayam. Minumnya es teh manis. Setelah makan kami balik lagi ke penginapan. Sekitar satu jam lebih, kami sudah mandi dan bersiap keliling Yogyakarta.Kami keluar dari penginapan sekitar pukul 12.00 WIB. Setelah keluar dari penginapan kami berputar dulu ke toko-toko yang berjejeran di sepanjang Jl Malioboro. Kami masuk di salah satu toko yang berjualan aneka ragam kerajinan tangan. Lalu membeli beberapa gelang untuk menambah koleksi di tangan kami.Ternyata Ergi sudah ada di depan toko. Tapi dia tak sendirian, dia lagi asyik mengobrol dengan tukang becak yang siap menemani kami keliling siang ini. Kami memulai perjalanan siang ini dari depan toko tempat saya membeli gelang. Karena lagi musim liburan, suasana Malioboro siang itu macet dan becak yang kami tumpangi berjalan seperti siput.Saya asyik menjepret cewek-cewek bule yang ada di samping kami. Jalanan yang tadinya macet kini udah mulai lancar. Tapi perjalanan kami tak selancar itu, terdengar suara ledakan yang membuat kami kaget dan melompat turun dari becak. Kami tertawa terbahak-bahak setelah tahu yang meledak adalah ban becak yang kami naiki.Sambil menunggu ban becak ditambal, kami kembali berfotoβfoto di depan monumen. Becak yang mengantar kami keliling siang ini kemudian mulai jalan lagi. Tukang becak membawa kami ke pusat toko batik di Jl Achmad Yani. Saya membelikan sepasang baju batik untuk orangtua. Harga batik di toko ini tak terlalu mahal.Di akhir perjalanan, kami dibawa ke istana Taman Sari di Jl Taman Sari. Kami berfoto dulu di gapura istana yang bangunannya khas dengan gaya asli Jawa. Tembokβtembok bagian atas gapura terukir indah sulurβsulur tanaman, burung, ekor dan sayap burung Garuda. Setelah berfoto di gapura istana air, kami menuju ke dalam istana air yang saat itu ramai pengunjung dari dalam dan luar negeri.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Tanduk Raksasa Ditemukan Warga Blora, Usianya Diperkirakan 200 Ribu Tahun