Sejarah Kelam Taman Balekambang, Solo

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sejarah Kelam Taman Balekambang, Solo

Rendy Adriyan Diningrat - detikTravel
Senin, 14 Okt 2013 14:35 WIB
Jakarta - Taman Balekambang di Kota Solo, Jawa Tengah, sejak dulu jadi magnet wisatawan. Siapa sangka taman ini punya sejarah yang cukup suram. Tapi usai direnovasi, taman ini jadi salah satu tempat menghabiskan hari libur.Tahun 2011 lalu, sebuah tugas penelitian dari kampus menghantarkan saya pada perkenalan lebih dalam tentang sebuah taman di Surakarta. Ya, Taman Balekambang. Rasanya bagi penduduk Surakarta, taman ini tidak asing lagi. Tapi tahukah Anda bahwa taman yang kini terlihat hijau, asri dan menawan sempat menjadi area yang suram dan sangat mengerikan?Sejarah mengenal hiruk-pikuk Taman Balekambang saya dapatkan dari hasil wawancara dengan Dra Endang Sri Murniyati, Kepala UPTD Kawasan Wisata dan Maliyawan Surakarta. Ia bercerita, sebelum dilakukan revitalisasi, taman bekas peninggalan raja ini sempat kehilangan perannya sebagai daerah resapan air dan juga penyeimbang udara kota. Balekambang pernah menjadi area dengan catatan sejarah yang kelam.Merosotnya fungsi taman ini bermula ketika Kanjeng Gusti Adipati Mangkunegoro VIII, mengganti status pemanfaatan Taman Balekambang. Perubahan status pemanfaatan pada tahun 1970-an ini dilakukan dari sebatas keluarga dan kerabat dekat, menjadi pemanfaatan oleh publik. Status kepemilikannya pun dialihkan dari kepemilikan kerajaan menjadi milik pemerintah daerah. Atas kebijakan inilah, banyak orang kemudian berbondong-bondong memanfaatkan kawasan tersebut sebagai tempat berkumpul dan juga berwisata. Area ini juga menjadi daya tarik bagi para pelaku seni tradisional seperti ketoprak dan srimulat untuk menunjukkan kebolehannya. Alhasil, Taman Balekambang mulai terkenal sebagai pusat perhelatan seni dan budaya di Surakarta.Namun lambat laun, kondisi ini berlangsung seperti tidak ada pengawasan. Banyak orang yang kemudian melakukan okupansi secara ilegal. Satu per satu para pelaku seni dan penduduk sekitar membangun rumah-rumah non permanen untuk mereka singgahi. Banyak dari mereka membuka usaha pijat “plus-plus” untuk melayani para pengunjung taman. Diskotik dengan aroma prostitusi pun mulai merebak di kawasan ini. Banyak aset kerajaan dirusak oleh para pengunjung dan penduduk sekitar. Taman Balekambang pun berubah menjadi daerah yang kumuh, rawan dan juga mengerikan.Kesadaran untuk mengembalikan peran penting Taman Balekambang hadir di era kepemimpinan Jokowi. Melalui program revitalisasi Taman Balekambang, ia menargetkan suatu perubahan yang dramatis dalam kurun dua tahun sejak 2007.Program revitalisasi ini akan mengembalikan peran Balekambang sebagai taman kota, daerah resapan air dan pusat kebudayaan Surakarta. Revitalisasi menggunakan prinsip ketertataan, kenyamanan dan keberlanjutan. Konsep eduwisata menjadi tema besar dalam pengembangannya.Revitalisasi yang selesai pada tahun 2009 cukup menunjukkan keberhasilan. Saat ini, Taman Balekambang telah menjadi kawasan wisata terpadu di mana berdiri area outbond, taman reptil, kumpulan tanaman langka, area penangkaran hewan, kawasan konservasi sejarah, serta panggung pertunjukkan seni dan budaya. Para pengunjung yang hendak menikmati pesona taman ini tidak dikenakan biaya. Taman Balekambang telah menjadi ikon ruang terbuka yang benar-benar bisa diakses oleh siapapun sesuai dengan prinsip kemanfaatan publik. Maka dari itu, bila Anda memiliki rencana wisata yang tidak merogoh kocek terlalu dalam, Taman Balekambang bisa menjadi alternatif rekreasi Anda. (travel/travel)

Hide Ads