Nyaris Kehabisan Uang di Vientiane, Laos

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Nyaris Kehabisan Uang di Vientiane, Laos

Rakhmad Fadli - detikTravel
Senin, 04 Nov 2013 17:51 WIB
loading...
Rakhmad Fadli
Mencari Money Changer di Vientiane
Sholat Jumat di Vientiane
Ciri Khas Sepeda Motor di Vientiane, Berkeranjang.
Roti Baguette Khas Laos
Sleeper Bus Laos - Vietnam
Nyaris Kehabisan Uang di Vientiane, Laos
Nyaris Kehabisan Uang di Vientiane, Laos
Nyaris Kehabisan Uang di Vientiane, Laos
Nyaris Kehabisan Uang di Vientiane, Laos
Nyaris Kehabisan Uang di Vientiane, Laos
Jakarta - Vientiane adalah ibukota Laos yang penduduknya cukup ramah menyapa traveler. Jangan takut berkenalan dengan penduudk lokal saat traveling ke sana. Apalagi saat traveler nyaris kehabisan uang di kantung.Sambil menunggu keberangkatan bus menuju Hanoi, Vietnam pukul 19.00 waktu setempat, saya menyempatkan diri untuk menjelajahi Kota Vientiane. Waktu salat Jumat masih sekitar 2 jam lagi. Saya menyempatkan makan siang sebentar di sebuah rumah makan halal milik orang India yang terdapat di lantai 3 sebuah mal di sekitar Morning Market.Rumah makan yang bernama Nazim ini saya ketahui dari istri pedagang Pakistan tadi. Saya memesan Nasi Biryani dan Masala Tea. Karena belum memiliki Kip, mata uang Laos, saya diperbolehkan untuk membayar dengan Baht, mata uang Thailand.Setelah makan saya berencana untuk menukarkan uang Rupiah ke mata uang Laos, Kip di tempat penukaran uang terdekat. Tak jauh dari Morning Market tepat di depan mal tempat saya makan siang tadi terdapat sebuah bangunan kecil yang bertuliskan Money Changer di depannya.Saya pun langsung menghampiri Money Changer tersebut dan mengeluarkan sejumlah rupiah yang saya miliki untuk ditukarkan. Begitu petugas Money Changer tersebut melihat rupiah yang saya berikan ia menolak sambil menggelengkan kepala mengisyaratkan bahwa uang Rupiah yang saya berikan tersebut tidak bisa ditukarkan di tempatnya.Kemudian saya mencoba menukarnya di tempat lain. Mungkin saja Money Changer yang saya datangi tadi sedang tidak ada stok rupiah pikir saya. Saya coba memasuki sebuah bank yang melayani untuk melakukan penukaran uang. Saya datangi customer service bank tersebut dan menanyakan mengenai apakah uang Rupiah Indonesia bisa ditukarkan di bank tersebut.Ternyata hasilnya juga nihil. Rupiah yang saya miliki tidak bisa ditukar. Kemudian saya mencoba menukarnya di sebuah bank milik Negara Malaysia. Begitu saya memasuki bank milik Negara Malaysia tersebut dan bertanya mengenai penukaran rupiah di bank ini kemudian si petugas merespon pertanyaan saya dengan mengelengkan kepalanya.Saya semakin bingung karena tidak memiliki persediaan uang Kip di dompet saya. Tiba-tiba saya teringat dengan persediaan US Dollar yang saya miliki. Semoga saja persediaan ini cukup untuk digunakan.Waktu salat Jumat hampir tiba. Saya lupakan sejenak masalah uang rupiah saya yang tidak laku ditukar di Laos. Saya kembali ke Morning Market untuk menemui pedagang Pakistan yang akan mengajak saya salat Jumat bersamanya.Pedagang Pakistan tersebut datang dengan menggunakan mobil bersama keponakannya. Kemudian Saya memasuki mobilnya dan menuju masjid. Tak lama kemudian mobil berhenti di sebuah masjid Vientiane yang bertingkat dua.Di masjid ini saya bertemu dengan seorang pensiunan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Laos yang berasal dari Kota Medan. Saya berbincang-bincang cukup panjang dengan bapak tersebut yang ternyata beristrikan orang Laos.Ia menceritakan masalah yang sedang dihadapinya kepada saya. Saya hanya bisa mendengar dan merasa prihatin dengan permasalahan yang dihadapinya. Semoga diberikan yang terbaik.Jamaah salat Jumat terus berdatangan memenuhi masjid di Vientiane ini. Setelah berwudhu saya pun mulai memasuki masjid bersama jamaah lainnya. Khatib mulai berkhutbah dengan menggunakan bahasa Laos.Selesai salat Jumat saya bertemu kembali dengan bapak Pensiunan KBRI tersebut dan berpamitan. Kemudian saya dan pedagang Pakistan menuju mobil dan melanjutkan perjalanan ke Terminal Bus Dongdok. Saya diantar oleh pedagang Pakistan tersebut menuju terminal bus yang memiliki rute keberangkatan ke Hanoi, Vietnam.Sebelum sampai di Terminal Bus Dongdok kami mampir sebentar di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Laos untuk menanyakan permasalahan uang rupiah saya yang tidak bisa ditukar. Ternyata KBRI Laos masih tutup dan akan buka sekitar 1 jam lagi. Karena tidak bisa berlama-lama, kami pun melanjutkan perjalanan.Akhirnya kami tiba di Terminal Bus Dongdok, Laos. Setelah saya mendapatkan tiket tujuan Hanoi, Vietnam, kemudian saya berpamitan dengan pedagang Pakistan dan keponakannya tersebut. Sebelum berpisah ia meminta nomer kontak saya yang dapat dihubungi. Ia mengatakan ingin mengunjungi Indonesia suatu saat nanti.Tiket Bus Vientiane, Laos–Hanoi, Vietnam saya beli dengan persediaan uang Dollar yang saya miliki karena belum memiliki mata uang Laos. Kemudian dikembalikan dengan Dong, mata uang Vietnam. Saya menerima kembalian uang Dong tersebut yang dapat saya gunakan saat tiba di Vietnam nanti.Harga tiket bus ke Vientiane-Hanoi ini jika dirupiahkan sekitar Rp 250 ribu. Di sini ternyata uang dollar juga bisa digunakan tanpa harus menukarnya ke mata uang setempat terlebih dahulu. Persediaan uang dollar saya pun semakin berkurang.Saya memasuki ruang tunggu Terminal Bus Dongdok. Tiket bus tujuan Hanoi berangkat pukul 19.00 waktu setempat sehingga masih memiliki waktu yang cukup banyak untuk jalan-jalan sebentar di Kota Vientiane. Sebelum keluar saya menukarkan beberapa dollar yang saya punya ke mata uang Laos di Money Changer yang terdapat di dalam terminal.Setelah menukar dollar kemudian saya keluar menuju halte bus yang terdapat tak jauh dari terminal. Saya menaiki tuk-tuk dengan membayar 5.000 Kip (Rp 7.000). Jalanan di sini kendaraannya menggunakan jalur kanan sehingga membuat sedikit bingung saat saya hendak menyeberang jalan. Selama menyusuri jalanan di Kota Vientiane ini seringkali saya melihat debu jalanan berterbangan di mana-mana.Setelah puas mengelilingi Vientiane kemudian saya mampir di sebuah warnet untuk memberikan kabar kepada keluarga. Di warnet yang dimiliki oleh non-muslim ini saya juga menumpang salat dan diterima dengan baik oleh si pemilik warnet.Hari pun semakin sore. Saya kembali ke Terminal Bus Dongdok dengan menggunakan tuk-tuk. Setibanya di terminal saya mampir sebentar membeli 2 buah roti Laos yang sangat besar seharga 20.000 Kip (Rp 28.000). Tepat pukul 19.00 waktu setmpat bus berangkat meninggalkan Vientiane.Bus Vientiane, Laos–Hanoi, Vietnam ini merupakan sleeper bus yang kursinya tidak seperti bus pada umumnya tetapi berbentuk tempat tidur sehingga posisi kaki hanya bisa lurus ke depan.Sekitar pukul 02.00 waktu setempat bus tiba di perbatasan Laos–Vietnam tepatnya di Kota Namphao. Di perbatasan ini bus berhenti menunggu hingga imigrasi Laos buka di pagi hari. Banyak juga bus lainnya yang berhenti dan menunggu di sini.
Hide Ads