Traveling Bawa Rice Cooker ke London

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Traveling Bawa Rice Cooker ke London

Ifani - detikTravel
Rabu, 13 Nov 2013 10:50 WIB
Istana Buckingham
Regents Park London
Knightsbridge Harrods
di Big Ben
rombongan narsis, Bapaknya jadi tukang foto
Traveling Bawa Rice Cooker ke London
Traveling Bawa Rice Cooker ke London
Traveling Bawa Rice Cooker ke London
Traveling Bawa Rice Cooker ke London
Traveling Bawa Rice Cooker ke London
Jakarta - Melancong ke London dengan orang kesayangan memang sangat menyenangkan. Niat menyenangkan buah hati dan keluarga pun sangat sah dilakukan. Saking niatnya liburan sampai rela bertukar rumah dan bawa rice cooker. Waduh!Anak-anak mau ke Eropa, ibunya sibuk mencari tiket murah. Setelah diubek-ubek rupanya tidak ada tiket murah. Supaya seru sang ibu mengajak juga sepupunya dan keponakannya sekalian. Berbulan-bulan kami semua mengintip internet mencari tiket murah, sampai suami pada bosan dan bilang, "Kalau nggak mampu nggak usah pergi kenapa?" Jawaban saya, "Namanya juga usaha."Setelah hampir putus asa, dapat juga yang paling murah dibanding yang lain. Mana bagasinya satu orang boleh bawa 30 kg bukan 20 kg seperti biasanya. Jadi tercapailah rencana membawa rice cooker ke London di dalam bagasi yang berat itu rencananya mau bikin nasi liwet di London.Suami saya bilang, "Ini maksudnya apa bawa rice cooker?" Saya jawab, "Maksudnya mau mensosialisasikan bahwa kita orang Indonesia punya rice cooker merk asli dalam negeri yang dipakai sampai London." Beliau bengong-bengong saja dan memberi syarat rice cookernya tidak boleh masuk kopernya, nanti sepatunya yang buatan Inggris itu rusak katanya. Masa bodoh, yang penting si rice cooker ini ikut ke London.Koper-koper kami banyak. Kami bertujuh adalah saya, suami saya, sepupu saya dan anaknya dan 3 anak saya, usianya 11 tahun, 8 tahun dan 5 tahun. Koper-koper ini banyak yang kosong karena rencananya mau belanja yang banyak di Inggris sana, tapi yang murah-murah maksudnya.Di pesawat kami sekeluarga dan sepupu saya dan anaknya duduk terpisah. Sebelum pisah di dalam pesawat kami bagi-bagi makanan. Pramugarinya pada bingung, ini orang-orang cabin luggagenya isinya makanan semua, kayak orang mau mengungsi 5 bulan. Padahal total penerbangan dengan transit paling sekitar 17 jam.Di pesawat A380 ke London snack kami banyak sekali, tapi minumannya tidak ada sama sekali karena dilarang bawa cairan lebih dari 100 ml. Untung pramugarinya bolak balik menawari minuman terus, menawari snack juga. Tapi snack kami sendiri sepertinya seminggu juga tidak akan habis dimakan saking berlimpahnya.Peberbangannya nyaman, channel TV banyak, anak-anak terhibur, kadang-kadang kami tidur. Temperaturnya juga nyaman, cuma ada penumpang di depan kami yang batuk-batuk terus, mungkin dikiranya ini sanotarium terbang, bukan pesawat penumpang.Setelah terbang dari tempat transit kami, kira-kira 13 jam kemudian kami mendarat dengan mulus di Airport Heathrow London. Sampai di imigrasi ditanya sama petugasnya, "Mau ngapain ke Inggris?" Kami jawab, "Mau berlibur," maksud hati tadinya mau bilang, "Mau memperkenalkan nasi liwet dan iwak peyek buatan Indonesia." Tapi tidak jadi, takut tidak boleh masuk ke negaranya.Berhubung tidak pernah ada niat bayar hotel dari pertama rencana liburan ini, budgetnya mau dipakai shopping dan makan. Saya mencari orang London yang mau bertukar rumah dengan saya, jadi saya pakai rumah mereka selama di London dan mereka berlibur di rumah saya. Rupanya ada yang mau, jadi bertukar rumahlah kami dalam liburan ini.Kunci rumah saya titipkan ke tetangga, sesampai di rumah town house berlantai 5 itu, kami sudah capek sekali. Jadi tidak sanggup menggotong koper-koper berat ke lantai-lantai atas. Alhasil koper dibuka di lantai 1 dan baju-bajunya dibawa naik ke atas satu-satu. Semua empat anak dikaryakan ikut bawa naik baju-baju dari dalam koper.Sang suami cemberut, katanya lapar. Akhirnya kami bertujuh keluar rumah mencoba mencari restoran. Ketemulah dengan restoran fish and chips. Karena semua lapar, maka masing-masing pesan 1 porsi. Ternyata 1 porsi itu besar sekali, cukup untuk tiga orang sepertinya. Jadi tiga dimakan di situ, yang empat kami bawa pulang, biasalah bungkus-bungkus.Setelah tiba lagi di rumah sudah kira-kira pukul 22.00 waktu lokal. Tapi langit masih terang karena di musim panas biasa terang sampai jauh malam.Sesampai di kamar masing-masing barulah kami sadar bahwa tidak ada satu helai gorden pun yang menggantung di rumah ini. Yang punya rumah memang pernah bilang rumah yang ditukar dengan kami ini baru direnovasi dan akan dijual lagi.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads