Padang Melang, Pulau 'The Lost World' di Laut Cina Selatan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Padang Melang, Pulau 'The Lost World' di Laut Cina Selatan

Muhirin Spd - detikTravel
Sabtu, 16 Nov 2013 13:45 WIB
loading...
Muhirin Spd
Padang Melang
Padang Melang
Padang Melang, Pulau The Lost World di Laut Cina Selatan
Padang Melang, Pulau The Lost World di Laut Cina Selatan
Jakarta - Pulau di berbagai negara memiliki keunikan masing-masing. Menyebrang dari Kepulauan Riau, traveler bisa menemukan pulau yang terisolasi yakni Padang Melang. Seperti berada dalam film The Lost World!Padang Melang terletak di Desa Padang Melang, Kecamatan Jemaja, Kabupaten Kepulauan Anambas. Ini adalah sebuah pulau terpencil yang jauh dari pusat peradaban.Pulau-pulau ini begitu terisolasi dari induknya. Sehingga alam tumbuh menjadi identitas tersendiri. Kehidupan satwanya pun unik.Perjalanan ke sini membutuhkan waktu 10 jam dari Tanjung Pinang, Pusat Kota Kepulauan Riau. Kita akan membelah ganasnya ombak Laut Cina Selatan menggunakan kapal ferry.Jika cuaca yang tak terduga menghantam lambung kapal, siap-siaplah berdoa jika mungkin hari itu kita akan berpindah ke dimensi lain atau ke alam akhirat. Karena berita tenggelamnya kapal menjadi berita biasa bagi penduduk Anambas.Tapi masyarakat setempat tak jera menaikinya, karena memang tak ada transportasi lain untuk berpindah dari tempat ini. Terjebak di sebuah pulau ajaib seolah hidup di sebuah buku The Lost World karya Conan Doyle.Β Pantainya memiliki pasir bersih. Mungkin Anda tak betah berjemur di pantainya, karena sengatan matahari akan membuat kulit Anda menjadi lebih gelap dalam beberapa jam saja.Untunglah Pemda setempat telah membangun fasilitas ala kadarnya bagi pengunjung, berupa gubuk dari kayu dan saluran air yang berjajar di tepi pantai. Pemukiman penduduk yang jumlahnya tak lebih dari hitungan jari pun selalu membantu pengunjung untuk menikmati keindahan alamnya.Β Walau tak mampu menemukan restoran mewah, di sini kita dapat memesan mie rebus dan telur, serta kopi hangat di kedai setempat. Asyiknya, sambil mengobrol panjang dengan pemilik kedai.β€˜Membual’, istilah khas yang menjadi tradisi daerah setempat untuk menghabiskan waktu berjam-jam hanya dengan secangkir kopi hangat. Hidup di daerah ini, manusia memang seperti hibernasi, tidur panjang karena tak ada yang dapat di lakukan selain 'killing time'.Di sini, kebutuhan sehari-hari keluarga sudah cukup dari mengambil langsung dari alam. Memancing beberapa jam saja, sudah cukup untuk makan beberapa hari.Jika ada waktu, kita bisa ikut memancing atau menjaring bersama mereka. Menangkap ikan-ikan karang yang mahal seperti kerapu, napoleon, atau gamat. Menangkap beberapa kilo ikan mahal ini, kita sudah mendapat uang jutaan rupiah.Walau uang di sini memang seolah tak berharga, karena harga-harga melambung tinggi. Hal ini mungkin karena sulitnya mendatangkan barang dagangan ke sini. Makan ala kadarnya seperti tempe, telur atau ikan tak kurang Rp 100.000 melayang tiap harinya.
Hide Ads