Selain Ubud, Ini Area Sawah di Bali yang Tak Kalah Cantik

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Selain Ubud, Ini Area Sawah di Bali yang Tak Kalah Cantik

Bekti Pambudiningsih - detikTravel
Selasa, 09 Jul 2013 11:50 WIB
loading...
Bekti Pambudiningsih
Hamparan sawah hijau jatiluwih
Sungai jernih berbatu di Jatiluwih
Padi yang menguning di Jatiluwih
Monumen Penghargaan UNESCO kepada Jatiluwih
Sekumpulan padi yang sudah dipetik tertata rapi di Jatiluwih
Selain Ubud, Ini Area Sawah di Bali yang Tak Kalah Cantik
Selain Ubud, Ini Area Sawah di Bali yang Tak Kalah Cantik
Selain Ubud, Ini Area Sawah di Bali yang Tak Kalah Cantik
Selain Ubud, Ini Area Sawah di Bali yang Tak Kalah Cantik
Selain Ubud, Ini Area Sawah di Bali yang Tak Kalah Cantik
Jakarta - Hamparan sawah berteras di Jatiluwih, Bali adalah salah satu destinasi yang cocok untuk melepas penat. Ini bisa jadi alternatif wisata sawah nan hijau selain di Ubud.Tempat yang mengesankan ketika saya di Bali adalah Jatiluwih. Sebuah obyek wisata pas bagi traveler yang ingin melepaskan penat dari kesibukan sehari-hari. Karena, pemandangan di sana sungguh asri khas pedesaan Bali, mampu mengusir stres dalam otak kita.Jatiluwih adalah sebuah desa yang memiliki areal persawahan luas yang berbentuk teras berundak. Pematang sawah hijau yang luas membuat saya menyebutnya Si Zamrud Khatulistiwa dari Pulau Dewata. Jatiluwih terletak di Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Luas kawasan ini kurang lebih sekitar 600 hektar.Lokasinya yang berada kurang lebih 800 mdpl di dataran tinggi Gunung Batukaru membuat udara di sana terasa sejuk dan segar. Jatiluwih dikenal sebagai penghasil padi beras merah.Jarak Jatiluwih dari Denpasar sekitar 60 km. Transportasi untuk menuju ke sana tidaklah sulit, karena bisa dijangkau moda transportasi apa saja, misalnya dengan mobil, sepeda motor, atau traveler bisa menikmati pemandangan dengan cara lain yaitu bersepeda atau menyewa mobil VW. Mengasyikan bukan? Sepanjang perjalanan menuju ke sana saya melewati jalanan berkelok khas pegunungan, sungai jernih yang berbatu, dan desa tradisional Bali yang masih kental budayanya.Sesampainya di Jatiluwih, saya disambut dengan panorama sawah yang luas bak permadani hijau yang membentang. Pelancong juga bisa turun ke pematang dan berkeliling ke area sawah untuk menikmati lebih dekat indahnya harmoni alam dan budaya yang diciptakan oleh penduduk Bali di Jatiluwih.Pengunjung bisa melihat bagaimana suburnya tanaman padi, apalagi bila butir padi mulai menguning dan yang sudah dipanen. Padi yang sudah dipetik atau dipanen biasanya diikat oleh para petani dan disusun rapi di atas lahan pertanian. Ini menambah kecantikan si Jatiluwih.Selain itu turis juga dapat menjumpai sistem irigasi atau perairan yang tertata rapi, yang sudah dikenal mendunia atau disebut Subak. Ingat, di sana pengunjung tidak dipungut biaya lho, alias gratis.Β  Satu lagi yang unik adalah, wisatawan akan menjumpai pura-pura kecil yang berdiri di areal persawahan sebagai tanda penghormatan penduduk sekitar kepada Dewi Sri, Sang Dewi kemakmuran dan kesuburan. Menarik bukan?Menurut penduduk sekitar, teras berundak di Jatiluwih merupakan simbol tangga penghubung para petani dengan Sang Pencipta. Ini adalah cerminan dari keseimbangan relasi penduduk di sana dengan alam, sesama dan Tuhan. Sebuah pandangan spiritual Hindu yaitu Tri Hita Karana.Pagi hari adalah waktu yang tepat untuk ke sana, karena udara akan terasa lebih segar. Sedangkan pada siang hari, pemandangan akan sedikit tertutup oleh kabut. Seperti dataran tinggi pada umumnya.Jatiluwih berhasil memadukan budaya dengan alam yang harmonis. Nah, karena keunikannya itu, UNESCO memasukkan kawasan ini dalam nominasi Warisan Budaya Dunia kepada Jatiluwih. Sehingga di sana kita akan melihat sebuah monumen nominasi dari UNESCO yang berdiri kokoh. Tak khayal, banyak wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara yang datang ke sana.Saran saya, jika traveler berlibur ke Bali, jangan lewatkan Jatiluwih. Bawalah kamera untuk mengabadikan momen kebersamaan kalian dengan Jatiluwih Si Zamrud Khatulistiwa dari Pulau Dewata. Happy traveling, guys!
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads