Jakarta - Meski kadang menyisakan kisah pahit, peninggalan sejarah punya daya tarik tersendiri untuk wisata. Di Manila, Filipina, traveler dapat mengunjungi Intramuros, kota di dalam tembok dan menelusuri jejak penjajahan Spanyol di Casa Manila.Hari yang sungguh tidak biasa pada pertengahan Februari tahun 2013, saya diundang untuk mengikuti pelatihan selama beberapa hari di salah satu daerah di Manila, Filipina. Tentu saja saya tidak menyia-nyiakan kesempatan melihat sesuatu di negara yang serumpun dengan Indonesia.Meski tidak banyak yang bisa dilihat dalam waktu singkat karena padatnya jadwal pelatihan, saya tetap nekat untuk melihat Intramuros, saksi sejarah masa penjajahan Spanyol pada akhir abad ke-16. Intramuros memiliki arti βWalled Cityβ atau kota di dalam tembok.Anda bisa naik Jipney, salah satu angkutan khas di Manila dengan harga yang sangat murah. Traveler juga bisa menggunakan taksi dengan tarif tidak lebih dari 300 Peso (Rp 75.000), untuk mencapai Intramuros yang terletak tepat di tepi Sungai Pasig.Kota Intramuros memiliki luas 64 hektar dan dibentengi tembok setebal 2,4 meter dan setinggi 6,7 meter. Saya menelusuri Intramuros selama 3 jam. Sangat banyak yang bisa dipelajari mengenai sejarah Filipina dari 3 jam saya di Intramuros.Tembok itu dibangun untuk melindungi kota dari negara lain, yang sedang memperebutkan Manila karena kekayaan sumber dayanya. Selama masa pendudukan Spanyol di Philipina, Intramuros menjadi pusat politik, militer, dan keagamaan Spanyol di Asia.Hal yang menarik perhatian saya adalah Casa Manila. Casa Manila, sebuah museum yang mempertunjukkan tipikal rumah para pemimpin Spanyol pada masa penjajahan. Untuk memasukinya, saya harus membayar tiket sebesar 75 Peso (Rp 18.000).Harga ini tidak mahal untuk sebuah pengalaman sejarah yang luar biasa. Pengunjung akan dituntun oleh karpet berwarna merah di sepanjang koridor. Saya merasa terlempar ke abad-16 ketika saya memasuki pintu utama.Lantai papan yang berderit, bau kayu yang usang dan langit-langit yang tinggi membantu saya untuk menikmati saksi sejarah itu. Saya memasuki ruangan demi ruangan, mulai dari ruang tempat sang pemilik rumah menerima tamu orang biasa, hingga ke tempat menjamu pembesar lainnya dan membicarakan strategi pemerintahan.Kamar utama dilengkapi dengan tempat tidur besar yang terbuat dari kayu dengan kanopi yang indah, serta ukiran yang kaya akan detail di setiap tepinya. Tur Casa Manila berakhir di ruang makan di mana terdapat meja kayu yang sangat besar, sehingga dapat menjamu puluhan tamu.Anda juga akan melihat perlengakapan perak yang biasa mereka pakai untuk menjamu tamu mereka kala itu. Sayang sekali, seperti berkunjung ke museum lain, traveler tidak dibolehkan untuk memotret.Namun buat saya, bisa berjalan dan melihat peninggalan sejarah itu sudah lebih dari cukup. Sebelum meninggalkan Casa Manila, jangan lupa singgah ke toko suvenir yang ada di lokasi museum. Setiap Peso yang Anda keluarkan akan membantu perawatan Casa Manila.
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Menpar Widiyanti Disentil soal Pacu Jalur, Dinilai Tak Peka Momentum Untungkan RI
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang