Syahdunya Berbuka Puasa di Puncak Gunung Bromo

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Syahdunya Berbuka Puasa di Puncak Gunung Bromo

Farida Trisnaningtyas - detikTravel
Selasa, 30 Jul 2013 13:53 WIB
loading...
Farida Trisnaningtyas
Bromoku
Sunrise di Pananjakan
Syahdunya Berbuka Puasa di Puncak Gunung Bromo
Syahdunya Berbuka Puasa di Puncak Gunung Bromo
Jakarta - Puasa bukan halangan untuk mendaki Gunung Bromo, Jawa Timur. Setelah melewati ratusan anak tangga dengan niat dan semangat yang kuat, Anda bisa berbuka puasa dan mendekatkan diri kepada Tuhan di atas puncaknya. Rasanya syahdu sekali.Saat bulan Juli tahun lalu, saya dan 10 teman bisa dibilang nekat untuk mendaki Gunung Bromo. Sebab, saat itu sedang dalam bulan Ramadan. Meski demikian, kami tetap menyatukan tekad untuk mendaki salah satu gunung terkenal di Indonesia ini.Perjalanan dimulai dari Solo hinga menuju Probolinggo-Pasuruan di Jawa Timur. Dengan berangkat pada Jumat malam, perjalanan kami memakan waktu sekitar 8 jam. Saat hari Sabtu pukul 15.30 WIB, akhirnya kami tiba di pemukiman di dekat Gunung Bromo. Saya belum pernah tahu Gunung Bromo sebelumnya. Apalagi, medan perjalanan untuk mendaki sampai puncaknya.Tanpa berpikir panjang, kami memutuskan untuk mendaki ke Puncak Gunung Bromo sore itu juga. Sebelumnya, kami harus mencari penginapan untuk sekadar singgah semalam. Akhirnya rumah singgah dengan harga sekitar Rp 300.000 per malam bisa kami dapatkan. Rumah sederhana ini dilengkapi dengan dua kamar tidur, dua ruang keluarga dan satu kamar mandi. Cukuplah bagi saya dan kawan-kawan untuk melepas lelah selama di jalan.Akhirnya dengan menaiki mobil jeep, kami dibawa menuju lautan pasir Gunung Bromo. Wow, pemandangan di sini benar-benar cantik sekali. Sejauh mata memandang hanya ada pasor dan pasir. Kami sedang bertualang di lautan pasir!Jeep yang kami naiki tidak bisa membawa sampai ke Puncak Gunung Bromo. Sulitnya medan, membuat kendaraan yang cocok di jalan berat ini harus berhenti beberapa kilometer di depan Pura Luhur Poten Bromo. Kami dari sini sudah melihat Gunung Bromo dengan jarak 3 km saja. Sungguh menakjubkan! Bagaimana tidak, di depan sana terhampar gunung berpasir dan berbatu.Kami harus bergerak cepat karena waktu semakin sore. Jika mau cepat, kami bisa saja naik kuda dengan harga Rp 100 ribu. Tapi karena cuaca sedang tidak terik, akhirnya kami memilih berjalan kaki.Alhamdulillah, perjalanan yang panjang dan berliku justru meneguhkan puasa kami. Bahkan, demi menjelang berbuka puasa saja naik gunung pun kami lakukan. Bukan konyol tapi ajaib.Meski begitu, kami pun menyerah pada medan perjalanan dan memilih untuk naik kuda dengan ongkos yang ditawar habis-habisan. Mungkin karena yang punya kuda berfikir lebih baik dapat uang daripada tidak.Jadi, kami berkuda dengan biaya Rp 20 ribu untuk menuju tempat selanjutnya. Setelah itu, tantangan selanjutnya adalah menaiki ratusan anak tangga. Tantangan yang sangat berat, tapi mau tak mau harus kami lewati.Sore itu jadi momen yang tidak akan saya lupakan seumur hidup. Dengan nafas yang ngos-ngosan dan langkah kaki yang berat, akhirnya kami berdiri di Puncak Gunung Bromo. Tanjakan ratusan anak tangga berhasil kami lewati, rasanya tak percaya hati ini.Senja pun mulai terlihat di ufuk barat. Warna oranye di langit berpadu dengan warna biru, lalu entah warna apalagi, membentuk lukisan langit yang indah. Tuhan, langit-Mu indah sekali.Maghrib pun tiba, kini saatnya berbuka puasa. Tak ada semangkuk kolak atau sop buah, serta nasi atau gorengan. Kami hanya berbuka dengan sebotol air mineral saja, tapi rasanya beda sekali. Kami berbuka puasa di Puncak Bromo dan merasakan syahdu yang luar biasa.Di Puncak Gunung Bromo, kami rasanya dekat sekali dengan Tuhan. Dari atas ketinggian, kami melihat langit dan bumi-MU yang sangat indah. Puasa bukan penghalang, tapi justru menguatkan kami. Terimakasih Tuhan.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads