Menemukan Pura Tersembunyi di Gili Trawangan
Sabtu, 28 Sep 2013 15:04 WIB

Jakarta - Gili Trawangan terkenal dengan destinasi pantai dan taman lautnya yang cantik. Siapa sangka, di pulau indah ini tersimpan juga pura kecil. Wah!Ada beberapa destinasi wisata yang selalu dikunjungi traveler untuk sekadar melepas kerinduan, salah satunya Gili Trawangan di Lombok. Jika beruntung, Anda juga dapat menemukan pura kecil yang tersembunyi di pantai ini.Mungkin sudah banyak orang yang mengenal Gili Trawangan. Tapi entah mengapa setiap kali saya berkunjung ke Lombok, Gili Trawangan menjadi salah satu tempat melepas rindu yang selalu saya kunjungi.Trip kali ini saya dan teman-teman mencoba menggunakan kendaraan umum dari Kota Mataram. Kebetulan saya menginap di rumah teman yang tinggalnya daerah Rembige. Lokasi ini dekat sekali dengan Sate Rembige yang selalu dicari banyak orang.Beruntungnya saya mendapatkan teman yang asli orang Lombok. Jadi dia bisa memandu dan menjelaskan banyak hal menarik di kota itu termasuk untuk kulinernya. Ada beberapa teman yang pernah datang ke lombok, tetapi belum pernah mencoba Sate Rembige ini. Sayang sekali ya!Apakah kamu pernah mencoba kenikmatan Sate Rembige? Sate Rembige adalah sate yang rasanya pedas dan membuat lidah bergoyang. Setiap mengunjungi Lombok, pasti saya selalu membungkus 100 tusuk sate untuk dibawa pulang ke Jakarta.Pagi itu kami bertiga naik angkutan umum dari jalan raya Rembige menuju Pasar Gunung Sari. Sesampainya di sana, kami menunggu mobil kecil semacam L300 yang akan membawa ke Bangsal, pelabuhan kecil untuk menyebrang ke Gili Trawangan.Setelah ditunggu agak lama, akhirnya mobil datang. Wow! Isinya penuh. Ada penduduk yang bawa belanjaan sayur, ada yang bawa keranjang ayam. Semuanya lengkap ada di dalam mobil. Untung masih ada tempat duduk yang cukup untuk kami bertiga.Kemudian mobil itu pun melaju sampai perempatan Bangsal. Dari situ kami harus menyambung menggunakan delman sampai ke Bangsal. Di Lombok nama delman lebih terkenal dengan sebutan Cidomo berasal dari kata Cikar, Dokar, dan Mobil.Cikar merupakan kereta kuda kuno khas Pulau Lombok, yang kemudian dimodifikasi sesuai fungsi dokar dan ban mobil. Jadilah Cidomo yang masih bertahan sampai saat ini. Biaya cidomo sebesar Rp 15 ribu untuk sampai ke Bangsal.Tahun lalu saya mengunjungi Gili menggunakan sepeda motor menuju Bangsal dengan melewati jalur Senggigi. Trip kali ini memiliki kenikmatan tersendiri, ketika mencoba dengan rute berbeda dan harus naik turun angkot, mini bus dan ditutup dengan cidomo.Terminal Bangsal sudah berubah menjadi lebih bagus dibanding tahun lalu. Sudah ada jembatan panjang yang menjulang dari ujung sampai ke tengah. Begitu turun dari cidomo, ternyata sebentar lagi perahu akan berangkat.Spontan kami berlarian ke arah loket mengejar agar bisa berangkat dengan perahu tersebut. Fiuh! Akhirnya perahu pun ke kejar juga dan kami tersenyum girang sambil melangkahkan kaki ke arah perahu.Sampailah kami di Gili Trawangan. Cuaca sudah mulai meredup karena hari hampir sore. Hal pertama yang kami lakukan adalah menyewa sepeda dan juga fin, beserta snorkel untuk bermain sampai esok hari.Setelah meletakkan tas dan perlengkapan, kami mengelilingi Gili Trawangan menggunakan sepeda menuju Sunset Point. Sepanjang perjalanan menuju Sunset Point, kami banyak berhenti untuk sekedar berfoto di beberapa spot yang menarik. Di sekitar Sunset Point, ada berbagai aktivitas yang bisa dilihat. Ada beberapa komunitas skater yang sedang asyik berlatih. Ada beberapa orang turis yang sedang latihan yoga. Ada juga orang-orang yang sudah memarkir sepedanya dengan rapi dan mencari spot duduk yang nyaman, sambil menanti mentari perlahan pergi dan akhirnya hilang.Ada 1 hal yang menarik perhatian saya. Ketika ada kerumunan orang yang naik ke arah atas bukit tepat di belakang saya. Tempat apakah itu? Akhirnya saya memutuskan untuk naik ke tempat ramai itu ditemani seorang teman.Rasanya sayang sekali sudah jauh ke sini, tapi tidak mencoba melihat tempat itu. Di balik anak tangga yang berkelok-kelok, juga pepohonan yang lebat, ternyata ada sebuah pura kecil.Tangga yang tersedia tidak ada pegangan sama sekali, jadi sebaiknya tidak membawa anak kecil untuk naik ke atas, khawatir mereka kesulitan mendaki.Begitu sampai di atas, auranya terasa agak berbeda. Entah hanya perasaan, atau memang sebenarnya begitu. Saya tidak berani terlalu dekat dengan pura tersebut. Ketika kaki terus melangkah ke ujung bukit, ada sebuah rumah kecil, yang ternyata ada sebuah makam di dalamnya.Suasana terasa makin tidak enak. Hanya mengambil gambar beberapa frame, akhirnya kami memutuskan untuk turun karena jika gelap akan susah untuk turun. Sayang saya lupa mengambil gambar di depan makam tersebut. Mungkin karena sudah terburu-buru ingin turun.Ketika sampai di bawah, saya menceritakan tentang pura kecil dan sebuah makan yang ada di atas bukit. Ternyata teman saya yang orang Lombok asli, dan sudah puluhan kali bermain di Gili Trawangan pun tidak pernah menginjakkan kaki di sana!Saya bertanya-tanya keheranan. Itu artinya tidak semua orang merasakan ketertarikan untuk mengunjungi bukit yang ada puranya itu. Hal ini karena memang dari bawah sama sekali tidak terlihat apa yang ada di atas.Setelah mentari pun mulai tenggelam, akhirnya kami pergi meninggalkan Sunset Point. Sebelum pergi, ternyata dari kejauhan ada sesuatu yang terlihat melintas di langit. Puluhan orang langsung mengarahkan kamera dan ponselnya ke arah mentari yang mulai tenggelam.Penginapan kami ternyata pas sekali dengan spot sunrise. Begitu keluar kamar, kami langsung bisa menikmati pemandangan sinar mentari, yang memantulkan cahayanya begitu indah.Sebelum mulai bersnorkeling ria, kami kembali bersepeda dan melewati arah yang belum dilalui. Betapa indah pemandangan Gili Trawangan di pagi hari, di mana orang-orang masih banyak yang tertidur pulas, kami masih bisa menikmati suasana pantai yang sepi berasa milik sendiri.Mari kita istirahat sejenak dengan minum jus dingin yang segar dan diakhiri dengan snorkeling hingga waktunya pulang. Sampai juga lagi Gili Trawangan.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan