The Other Eat, Pray, Love di Dieng

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

The Other Eat, Pray, Love di Dieng

Yugo Artono Full - detikTravel
Senin, 06 Mei 2013 10:26 WIB
loading...
Yugo Artono Full
Dieng
Dataran tinggi Dieng
Sunrise di Puncak Sikunir
Kawah Sikidang
Kabut di Puncak Sikunir
The Other Eat, Pray, Love di Dieng
The Other Eat, Pray, Love di Dieng
The Other Eat, Pray, Love di Dieng
The Other Eat, Pray, Love di Dieng
The Other Eat, Pray, Love di Dieng
Jakarta -    Traveler tentu mengenal Elizabeth Gilbert yang menulis buku 'Eat, Pray, Love'. Dengan resep sama untuk mencari keseimbangan hidup, keindahan Dataran Tinggi Dieng bisa dinikmati dengan cara serupa.Mengunjungi Dataran Tinggi Dieng yang syarat akan ketenangan pasti akan menguatkan predikatnya sebagai tempat tinggal para Dewa. Hal ini mengingatkan saya pada sebuah karya masterpiece 'Eat, Pray, Love' dari Elizabeth Gilbert. “One woman’s search for “everything” accros Italy, India, and Indonesia”.'Everything' yang dia ceritakan dalam petualangannya yaitu berburu kuliner di Italia, lalu dilanjutkan dengan perjalanan spritual di India, dan mengakhiri penjelajahan  panjangnya dengan menemukan keseimbangan hidup di Bali, Indonesia.Setidaknya pengalaman keseimbangan hidup itulah yang juga akan anda dapatkan ketika berkunjung ke negeri para Dewa ini. Anda akan menemukan apa yang Elizabeth maksudkan ketika mengatakan “everything”. Ketenangan, keseimbangan dan kedamaian yang bisa Anda dapatkan saat menikmati pemandangan telaga dari puncak bukit.Tempat yang diyakini sebagai awal peradaban Hindu di Pulau Jawa ini, tentunya kita dapat menemukan banyak kompleks Candi lengkap dengan filosofinya. Pada perkembangannya, candi yang dibangun pada masa kejayaan Dinasti Syailendra untuk memuliakan Dewa Siwa ini oleh masyarakat sekitar diberi nama tokoh-tokoh pewayangan dalam kisah Mahabarata seperti Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembrada, Candi Bima dan Candi Gatotkaca. “Zaman dulu candi di sini dibangun hanya untuk menghormati Dewa Siwa. Tapi karena masyarakat Dieng suka sekali cerita pewayangan, akhirnya nama-nama candipun diberi nama-nama tokoh pewayangan,” jelas Pak Kodam, salah satu perangkat desa di Dieng.Sebuah tempat tinggi selalu identik sebagai tempat Untuk memberikan penghormatan pada para Dewa. Namun bagi traveler tempat tinggi artinya pemandangan sunrise yang indah. Begitu pula yang akan Anda lihat saat berkunjung ke Dieng. Momen yang mampu menjadi daya tarik tersendiri di kalangan petualangan ini bisa Anda dapatkan di puncak Gunung Sikunir, menyaksikan Sang Surya terbit dari ufuk timur di atas Desa Sembungan, yang merupakan desa tertinggi di pulau Jawa. Tentunya hal ini akan memberikan pengalaman yang sangat berkesan.Bila berkunjung ke sana, jangan berpuas dulu menikmati sunrise. Lakukan penjelajahan lain yang akan mengantarkan Anda pada sisi unik lain dari negeri sang Dewa. Bermainlah saja ke Telaga Warna. Telaga dengan kandungan belerang yang seolah dapat mengubah warna airnya saat terpapar sinar matahari. Telaga tenang yang dikelilingi rimbunan pepohonan ini juga merupakan tempat yang cukup dikeramatkan dengan berbagai kepercayaan yang dianut masyarakat setempat.Selain telaga, Dieng juga memiliki beberapa kawah yang biasa dijadikan tujuan wisata. Satu kawah yang paling terkenal yaitu kawah Sikidang yang ternyata lokasinya berpindah-pindah. Orang Dieng sendiri memiliki terminologi kawah Sikidang berwatak sama seperti kidang atau kijang dalam bahasa Jawa karena suka melompat-lompat untuk berpindah tempat.Andai pada saat melakukan perjalanan panjangnya Elizabeth Gilbert memasukkan kawasan Dataran Tinggi Dieng dalam bucket listnya, mungkin akan timbul perdebatan batin saat dia menentukan pencarian keseimbangan hidup antara Bali dan Dieng, atau bahkan mungkin menghabiskan sepanjang tahun untuk berkeliling Bumi Pertiwi.   
Hide Ads