Ssst, Ini yang Cantik & Eksotis dari Banten!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ssst, Ini yang Cantik & Eksotis dari Banten!

Suyoto Achmadi - detikTravel
Jumat, 31 Mei 2013 12:50 WIB
loading...
Suyoto Achmadi
Pintu masuk Desa Wisata Ciantir
Goa Lalay
Sunses di Tanjung Layar
Sunrise di Lagoon Pari
Deburan ombak yang menghantam karang
Ssst, Ini yang Cantik & Eksotis dari Banten!
Ssst, Ini yang Cantik & Eksotis dari Banten!
Ssst, Ini yang Cantik & Eksotis dari Banten!
Ssst, Ini yang Cantik & Eksotis dari Banten!
Ssst, Ini yang Cantik & Eksotis dari Banten!
Jakarta - Setelah Anyer, Carita, dan Tanjung Lesung, Banten masih punya pantai yang membuat wisatawan tak ingin pulang liburan. Pantai Sawarna, yang cantik dan eksotis dari Banten, pas untuk akhir pekan kali ini.Terletak di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak,Banten, Pantai Sawarna merupakan salah satu tujuan wisata yang kini sedang berkembang. Bagi pecinta fotografi, berkunjung ke Sawarna merupakan salah satu daya tarik yang patut diperhitungkan. Pantai pasir putihnya serta alamnya yang masih perawan menambah indah suasana. Kita dapat menyusuri Pantai Ciantir hingga ke Tanjung Layar dan Lagoon Pari kala sedang surut. Sungguh tak bosan menikmati deburan ombak yang membahana.Untuk menuju Sawarna, saya menggunakan jasa paket wisata. Dari Jakarta dengan hanya Rp 450.000/orang kita berangkat bersama 5 orang. Kalau dihitung-hitung cukup murah dibandingkan dengan menggunakan kendaraan umum untuk menuju Desa Sawarna. Berangkat pukul 21.00 WIB dari Jakarta, tiba sekitar pukul 04.00 WIB esok harinya. Kami disambut oleh warga setempat yang menunjukkan tempat di mana kami akan menginap selama 1 malam, dengan memarkirkan mobil di depan gerbang Desa Wisata Ciantir.Menyeberangi jembatan gantung sepanjang sekitar 15 meter, bagi yang tidak terbiasa akan merasakan goyangan yang membuat kita akan berhenti sesaat agar jembatan tersebut tidak goyang. Pintu akses menuju desa memang melalui jembatan gantung yang digunakan oleh penduduk setempat.Jembatan ini digunakan baik oleh pejalan kaki maupun oleh sepeda motor yang melewatinya. Sehingga tak ayal ketika pengunjung sedang membludak akan terjadi antrean panjang untuk menyeberangi jembatan tersebut secara bergantian.Tiba di penginapan, saatnya beristirahat sejenak melepas penat selama perjalanan. Sesaat mata ini terpejam untuk kemudian terbangun karena jam alarm berbunyi pukul 06.00. Segera tanpa menunggu komando dan guide yang telah di sediakan oleh travel, saya dan beberapa rekan bergegas menuju Pantai Pasir Putih Ciantir. Ini adalah pengalaman pertama saya ke Sawarna. Terasa sepi di pantai pagi itu, karena tidak ditemui satu manusia kecuali kami dan penjala ikan. Serta beberapa ekor anjing kampung yang berkeliaran. Β Dengan deburan ombak yang lumayan besar penulis menikmati keindahan pantainya sambil memperhatikan ulah penjala ikan yang menggunakan instingnya untuk menebarkan jala ikan pada saat-saat tertentu. Berbekal gear Camera Canon 7D yang saya miliki untuk menangkap setiap gerakan dan hal yang unik. Pagi itu sayang sekali cuaca kurang bersahabat. Mendung menggulung di pagi hari, sehingga tak dapat menikmati keindahan pagi karena matahari tertutup awan. Namun di ujung sebelah kiri pantai pasir putih terlihat berterbangan burung pencari ikan. Segera saya menuju tempat yang terdapat burung pantai untuk mencoba membidiknya meski agak kesulitan karena setiap kali didekati, burung-burung itu terbang menjauh. Ditambah lensa yang saya pakai saat itu adalah lensa kit sehingga kurang mendukung perburuan pagi itu.Hari beranjak siang. Puas bermain di pantai pasir putih, saya kembali ke penginapan untuk membersihkan badan dan sarapan pagi.Selain alam pantainya yang indah, tak ada salahnya kami mengunjungi objek wisata yang juga masih perawan. Gua Lalay namanya. Untuk mencapai goa lalay kita harus berjalan sekitar 30 menit dari penginapan di desa wisata. Β Melewati persawahan yang terletak di pinggir kali yang mengalir dengan gemericik karena dangkal. Di sepanjang jalan akan terlihat pemandangan hijau tanaman padi atau mungkin kalau pas musim panen akan melihat hamparan padi. Β Matahari masih malu-malu untuk menampakkan diri, namun masih mengintip dari balik awan. Di sebelah kiri terdapat pemandangan indah sebuah gunung yang biru seolah menawarkan kesejukan alami. Sebelum sampai di Gua Lalay, kami juga akan melewati jembatan.Namun kali ini jembatanya baru di buat permanen, cukup kuat untuk diseberangi. Jembatan dengan lebar sekitar 1,5 meter dan panjang 15 meter. Di bawah jembatan sesekali terlihat anak-anak yang bertelanjang mandi di sungai sambil terjun dari atas batu yang ada.Bagi pengunjung disarankan untuk mengenakan sandal gunung, karena ketika hujan akan kesulitan apabila hanya menggunakan sandal jepit biasa. Sandal gunung lebih aman digunakan baik saat kita berjalan di alam maupun di pantai yang di beberapa bagian terdapat karang yang tajam.Menuju Gua Lalay bukanlah melewati jalan yang mulus, namun jalan setapak yang becek dan berlumpur ketika musim hujan. Di pintu masuk gua, pengunjung akan dikenakan tarif masuk yang dikelola oleh penduduk setempat. Gua lalay masih sangat alami, tanpa penerangan dan terdapat banyak sekali kelelawar. Bagi pengunjung yang tidak berani, akan mengurungkan masuk ke gua karena untuk masuk ke sana harus melewati air. Sekilas gua ini terasa sempit, gelap tanpa penerangan namun inilah tantangannya. Dengan dipandu oleh pemandu lokal menggunakan lampu senter, kami menyusuri gua dengan berjalan di air. Menurut pemandu tersebut, gua tersebut cukup panjang apabila akan ditelusuri ke dalam. Namun karena gelap, melewati air juga membuat saya mengurungkan niat untuk terus melaju ke dalam. Akhirnya penulis langsung keluar lagi melalui pintu gua yang berbeda mengikuti aliran air.Selepas dari Gua Lalay, kami dipandu menuju ke Tanjung Layar, pantai di mana terdapat batu karang yang menyerupai layar. Lagi-lagi kami harus melewati persawahan dan perkampungan penduduk. Cukup jauh, dan jalurnya lumayan susah bagi pengguna sandal biasa. Untuk itu saran sekali lagi gunakan sandal gunung.Belum sampai di Tanjung Layar, kami terlebih dahulu melewati Pantai Pasir Putih. Kali ini matahari menampakkan batang hidungnya. Cuaca sangat panas.sehingga saya mengurungkan niat menuju Tanjung layar yang merupakan deretan dari Pantai Pasir Putih. Berhenti sejenak di warung-warung pinggir pantai sambil menikmati sebotol minuman teh sambil memandang lepas birunya laut dan menikmati deburan ombaknya. Nun jauh di sana, di pinggir pantai, penggunjung dengan asyik bermain sepak bola sambil berpanas-panasan. Sementara saya mengamankan diri duduk manis di warung kecil yang menjual minuman dingin. Untuk sementara perjalanan dihentikan dan bergegas menuju penginapan untuk makan siang, menunaikan shalat dzuhur dan istirahat siang.Menjelang sore selepas shalat Ashar saya bergegas menuju ke Tanjung Layar. Jarak Tanjung Layar ke penginapan sekitar 1 km. Untuk ukuran jarak memang jauh, namun sepanjang perjalanan kita menyaksikan pemandangan lepas pantai sementara di kiri jalan dikelilingi bukit kecil membuat indah suasana dan tak membuat lelah. Sayang sekali cuaca sore itu pun kurang bersahabat. Meski sempat turun hujan gerimis namun saya tetap mencari spot-spot yang bagus untuk difoto. Harapan langit biru jauh dari harapan, karena cuaca berawan, sehingga hasil fotopun kurang maksimal.Tanjung Layar selalu ramai dikunjungi, namun kadang-kadang air laut hingga pinggir pantai sehingga tidak dapat mendekat ke tugu batunya. Bagi yang lapar, di pinggir-pinggir pantai juga tersedia warung-warung penduduk sekitar sehingga tidak perlu kuatir akan kehausan dan kelaparan. Namun di sini harus berhati-hati ketika bermain air. Karena terdapat palung yang dalam sehingga apabila terhempas ombak, kemungkinan untuk selamat kecil.Spot foto di Tanjung layar sangat banyak, di pinggir-pinggir pantai dikelilingi oleh bebatuan, bukan pasir. Ombak yang berdebur pun membuat hasil foto akan terasa menarik. Bagi pecinta Slow Speed alias SS juga dapat mendapatkan hasil yang diinginkan karena ombaknya yang tinggi dan menghempas batu karang. Di sini pengunjung diharapkan untuk berhati-hati dan menggunakan sepatu gunung.Pengalaman saya, saat itu ada pengunjung yang kakinya terantuk batu karang karena memakai sandal jepit yang licin, dan potongan batu karangnya bersarang di dalam kulit. Sehingga harus dibawa kerumah sakit. Meski lukanya tidak seberapa namun membayangkannya saja sudah perih sendiri.Momen di Tanjung layar adalah saat-saat yang ditunggu-tunggu untuk menanyaksikan sunset. Meski hampir putus asa karena ditutup oleh awan dan tidak ada harapan akan keluarnya sunset, namun berkat kesabaran, jelang magrib tak lebih dari 10 menit matahari menampakkan diri dengan kemerahan khas sunset. Sungguh indah sekali sunset di Tanjung Layar sore ini. Sawarna telah menawarkan sebuah surga untuk dinikmati. Penatnya sore itu akibat menunggu sunset akhirnya terbayar. Akhirnya saya mampu melihat sunset yang indah di sertai deburan ombak yang menghantam karang. Sungguh indah dan menakjubkan.Sebelum bertolak ke Jakarta, esok paginya kami serombongan menuju ke Lagoon Pari. Untuk mencapai Lagoon Pari hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki karena sulitnya akses menuju lokasi yang belum memiliki jalan yang bagus. Bisa juga naik ojek yang disewa untuk menuju radius 1 km sebelum lokasi. Untuk menyewa ojek jangan heran, cukup mahal untuk ukuran Jakarta, karena dikenakan tarif Rp 40.000. Walaupun kalau dengan berjalan kaki juga tidak terlalu jauh, namun butuh perjuangan khususnya tenaga. Karena untuk menuju Lagoon Pari jalannya naik dan turun dan kalau hujan jalanan menjadi licin.Lagoon Pari lebih bagus dikunjungi ketika pagi, ketika matahari terbit. Namun sayang sekali pagi itu udara juga tidak cerah. Meski sedikit berawan, namun kali ini kami dapat menyaksikan semburat sunrise.Pemandangan sunrise pagi ini sedikit terobati dengan hadirnya mentari, meski cenderung mendung. Setelah puas memotret, perjalanan dilanjutkan ke Tanjung Layar kembali. Kali ini perjalanan tidak melalui jalan yang tadi dilalui namun karena kondisi laut sedang surut maka perjalanan kali ini ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri pinggir pantai yang berbatu karang.Menyusuri pantai dengan deburan ombak yang besar dan buih putih bak kapas yang terurai menambah indah suasana pagi itu. Ombak menghempas karang dan menghasilkan buih putih yang indah. Bahkan di beberapa bagian karang yang menjulang tinggi akan terasa indah ketika dihempas ombak dan menghasilkan lelehan ombak seperti air terjun. Bagi pencinta SS, ini menjadi momen yang bagus untuk dibidik. Hasilnya seperti yang diharapkan, akan indah dan menakjubkan. Perjalanan kali ini diakhiri dengan kembali ke Tanjung layar dan bergegas ke penginapan untuk bersiap menuju Jakarta. Sawarna, bagaikan surga yang tersembunyi. Sawarna, tunggu kedatanganku kembali!
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads