Amed & Tulamben, Di Sini Para Diver Jatuh Cinta dengan Bali

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Amed & Tulamben, Di Sini Para Diver Jatuh Cinta dengan Bali

Matalihat - detikTravel
Rabu, 16 Jan 2013 11:50 WIB
Suasana Pantai Tulamben
Pemandangan di Amlapura
Pantai Amed dengan pemandangan Gunung Agung
Pemandangan Amed dari atas tebing
Jemuluk, Si Pantai Hitam
Amed & Tulamben, Di Sini Para Diver Jatuh Cinta dengan Bali
Amed & Tulamben, Di Sini Para Diver Jatuh Cinta dengan Bali
Amed & Tulamben, Di Sini Para Diver Jatuh Cinta dengan Bali
Amed & Tulamben, Di Sini Para Diver Jatuh Cinta dengan Bali
Amed & Tulamben, Di Sini Para Diver Jatuh Cinta dengan Bali
Jakarta - Jangan lihat luarnya, tapi lihat dalamnya. Itulah yang harus Anda terapkan saat berlibur ke Pantai Amed dan Tulamben di timur Bali. Meski berpasir hitam, bawah laut dua pantai ini sangat cantik dan membuat para diver jatuh hati.Amed dan Tulamben adalah sebuah desa yang terletak di Bali bagian timur. Perjalanan ke sana, traveler membutuhkan waktu sekitar 3,5 jam dari Legian.Untuk mengarah ke sana, saya menggunakan motor sewaan Rp 45.000 per hari. Motor ini juga menjadi satu-satunya kawan seperjalanan saya. Sebenarnya bisa juga naik bus. Tapi sayang, minimal harus dua penumpang yang terkumpul baru bus diberangkatkan. Kondisi ini malah membuat ribet. Jadi, lebih baik merencanakan perjalanan sendiri aja.Aplikasi google map dan peta Bali yang saya sobek dari brosur travel bila tidak dapat sinyal, menjadi modal perjalanan kali ini. Saya pun memulai perjalanan dari penginapan di Legian.Untuk seorang perempuan seperti saya yang jarang bawa motor, bohong kalau perjalanan ini tidak membuat jantung berdebar. Sebelum pergi, terlebih dahulu saya membaca dan mengucapkan, "Be brave! Be brave! Be brave!" di dalam hati.Β Tujuan awal kali ini menuju ke Pantai Amed. Awalnya memang sedikit membosankan melewati jalanan beton, panas, dan gersang. Tapi, setelah sampai di sekitar daerah Amlapura, pemandangan berubah menjadi ciamik! Pegalnya bokong, mata yang perih, terbayar dengan panorama indah tebing bukit yang hijau dan sawah-sawah yang mulai menguning.Β Sesampainya di Amed, saya pun disambut dengan keramahan penduduk setempat yang luar biasa. Terlihat di sepanjang jalan, berjejer toko yang menawarkan jasa kursus diving, menjual alat-alat diving.Pengelola toko-toko tersebut kebanyakan orang-orang Eropa yang menetap di Amed. Jadi jangan heran bila mereka menawarkan kursus diving dengan berbagai bahasa, mulai Belanda, Jerman, dan Prancis.Contohnya, tempat menginap dan sekaligus menjadi tempat mengambil sertifikasi diving saya ini dikelola oleh sepasang suami-istri dari Inggris Raya. Instruktur diving saya adalah seorang perempuan Hungaria bernama Vicky. Wanita ini sudah tinggal selama 5 tahun di Amed. Jadi berasa turis asing di negeri sendiri ya!Ketika bertanya kenapa dia betah tinggal di Indonesia, jawabannya membuat saya bangga dengan negeri sendiri. "Diving spot di Indonesia belum habis saya explor dan Amed salah satu yang paling indah," jawabnya dengan bahasa Indonesia yang terpatah-patah.Β Nama Pantai Amed sendiri sebenarnya adalah Jemeluk. Buat orang yang senang ke pantai, Amed terlihat menarik bukan karena pasir putih dan lautnya yang biru. Pantai ini cenderung terlihat hitam dari permukaan, dan berpasir hitam dengan banyak batu coral. Tapi bersihnya Β patut diacungi jempol!Kalau ada yang bilang soal inner beauty, Amed punya kecantikan seperti itu. Mungkin di luarnya tidak menarik. Tapi kalau snorkeling atau diving, entah saya norak karena baru menyelam untuk pertama kalinya, atau memang pemandangan bawah laut Amed memang cantik banget.Tapi saya percaya yang kedua saja, waktu snorkeling di beberapa tempat, saya belum pernah melihat keindahan seperti ini sebelumnya. Coral, anemone, schooling fish, giant clam, angel fish, scorpion fish, lion fish, nudibranch, clown fish, bloat fish, dan semua macam ikan yang ada di film "Finding Nemo" mungkin ada di sana.Setelah hari pertama dan kedua di Amed. Akhirnya saya ke Tulamben untuk tes final diving! Dari Amed ke Tulamben membutuhkan waktu sekitar 20 menit perjalanan.Pertama kali melihat Tulamben, saya kembali terpana melihat sepanjang pantai yang ramai dengan para diver. Mereka sudah siap-siap menyelam. Mayoritas turis di sini, lagi-lagi Eropa, Jepang, dan Korea. Turis lokalnya bisa dihitung jari.Daya tarik utama Tulamben adalah kapal karam AS saat Perang Dunia II. Menurut penduduk Tulamben, kapal USA sepanjang 120 meter itu karam karena pada tahun 1946 rusak tertembak kapal Jepang. Lalu, kapal terdampar di pinggir pantai, sementara kru dan awak beserta ransum yang mereka bawa selamat. Lalu pada tahun 1963, Gunung Agung yang meletus, membawa kapal AS itu ke tengah laut dan akhirnya tenggelam sendiri.Bisa dibilang ini petaka membawa berkah. Ya, kapal yang tenggelam itu akhirnya jadi rumah jutaan hewan di laut. Boleh dibilang pemandangannya memang jauh lebih "megah" dengan bangkai kapal yang sudah dipenuhi terumbu karang.Ikan-ikan yang saya temui pun lebih bervariasi, mulai dari bayi bump, head fish yang seukuran anjing siberian husky, stingray, stone fish, dan masih banyak lagi. Di hari terakhir ini, saya merasakan apa yang Vicky rasakan, Kalau tidak karena keluarga dan pekerjaan, mungkin saya akan menetap di Amed.Β 
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads