Borobudur di Pagi Hari, Cantik Banget!
Selasa, 30 Okt 2012 07:35 WIB

Jakarta - Β Siapa yang tak kenal Candi Borobudur? Candi Buddha terbesar di dunia ini memang menarik setiap mata traveler untuk melihatnya langsung. Tapi mau tahu kapan waktu terbaik datang ke sana? Pagi hari jawabannya.Berada di Muntilan, Jawa Tengah, Candi Borobudur adalah candi terbesar di Indonesia. Bahkan, kemegahannya kini sudah diakui Guinness World Records sebagai candi terbesar di dunia. Kalau diukur, candi yang terdiri dari 10 tingkat ini sebenarnya memiliki tinggi keseluruhan 42 meter.Tidak sampai di situ, keberadaan Candi Borobudur juga tidak bisa dipisahkan dari sejarah Indonesia. Jika menengok ke buku sejarah, disebutkan kalau Borobudur dulunya dibangun oleh Samaratungga, raja di era Kerajaan Mataram kuno yang juga keturunan dari Wangsa Syailendra pada abak ke-8.Menurut Prasasti Kayumwungan, terungkap kalau Candi Borobudur selesai dibangun pada 26 Mei 824, atau hampir 100 tahun sejak mulai awal dibangun. Sudah ada dibangun dan berada di Indonesia sejak lama, keberadaan Candi Borobudur malah baru terungkap pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stanford Raffles.Pada saat itu, Candi Borobudur ditemukan dalam kondisi hancur dan terpendam di dalam tanah. Dari perjalanan sejarah itu juga disebutkan kalau Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar pada abad ke-9.Dari banyak alasan tersebut, sejak SD saya sudah bermimpi ingin sekali menginjakkan kaki di Borobudur. Mimpi itu pun saya tulis kuat dalam imajinasi, dan akhirnya akhir Oktober 2012 ini mimpi itu terwujud. Saya dan seorang teman pun menginjakkan kaki di sana.Berangkat dari Stasiun Senen dengan menggunakan kereta ekonomi Progo jurusan Senen-Lempuyangan, kami memulai petualangan untuk menggapai mimpi menyentuh patung Buddha tepat ketika matahari terbit. Konon, jika menyaksikan matahari terbit dari atap Borobudur, bisa menghipnotis siapa saja yang memandang lewat keindahannya, seolah melihat tempat di nirwana.Berangkat pukul 21.00 WIB dari Stasiun Senen, akhirnya kereta yang kami naiki sampai di Stasiun Lempuyangan sekitar pukul 07.00 WIB. Tak disangka, ternyata kereta sekarang sudah tepat waktu sesuai jadwal yang tertera dalam tiket.Keluar stasiun, perjalanan menyusuri Kota Gudeg pun kami lanjutkan. Hal pertama yang dilakukan adalah berkunjung ke Malioboro. Ya, sampai di Yogya rugi rasanya kalau tidak mengunjungi Malioboro. Bukan cuma itu, mencoba pecel atau gudeg yang ada di depan Pasar Beringharjo juga jadi agenda utama kami.Pecel yang dijual ibu-ibu tepat di depan Pasar Beringhajo ini sangat nikmat dan khas. Memang benar kalau ada orang yang bilang pecel atau gudeg asli dari sumbernya, lebih enak dari pada beli di kota lain.Puas berkeliling Kota Yogya, perjalanan kami lanjutkan menuju Terminal Yogya. Rencananya, dari sana kami akan menuju Kota Magelang untuk bertemu Borobudur menggunakan bus.Setelah naik bus tujuan Magelang selama kurang lebih 1 jam, akhirnya kami tiba di Terminal Magelang. Belum selesai, perjalanan terus kami lanjutkan menggunakan angkutan umum langsung menuju Terminal Borobudur, dan lanjut dengan ojek atau jalan kaki.Begitu kami tiba di kawasan Borobudur, saat itu waktu sudah menjelang malam. Suasana sepi dan udara yang dingin pun perlahan menggerogoti tubuh. Tanpa pikir panjang, kami pun langsung mencari penginapan.Ternyata, tidaklah sulit untuk menemukan penginapan di sekitar Borobudur ini. Anda bisa melihat ada banyak penginapan di depan pintu masuk Borobudur. Saya dan teman pun berencana untuk memilih satu untuk diinapi, tentu dengan harapan sukses mengejar sunrise Borobudur berkat lokasi menginap yang dekat candi.Setelah bertanya kanan-kiri ke penduduk sekitar, ternyata semua penginapan di kawasan ini rata-rata mematok harga mulai dari Rp 100.000, pas sekali untuk kantung backpacker seperti kami.Tanpa pikir panjang, saya dan teman pun langsung menuju penginapan dan bergegas istirahat. Agar tidak bablas dan akhirnya kehilangan senyum pagi mentari di Borobudur, saya pun memasang alarm untuk esok pagi.Tet! Tet! Berisik bunyi alarm membangunkan saya dari mimpi indah. Setelah mandi dan salat subuh, kami pun berlari ke arah candi agar tidak kehilangan momen yang sudah lama dinanti.Β Dengan langkah cepat akhirnya saya pun tiba di Pos masuk. Tetapi rasa kecewa muncul setelah melihat pintu masuk masih tutup, dan tertulis buka pukul 06.00 WIB. Bagaimana bisa melihat Sunrise jam 06.00 pagi?Tidak puas dengan pengumuman itu, kami berputar menjelajahi semua pintu masuk dan berharap dapat keajaiban. Rasa senang muncul ketika tukang ojek memberitahu bisa masuk dari pintu 7 melalui Hotel Manohara. Tapi rasa kecewa menjadi lebih berat ketika mendengar tiket yang dikenakan seharga Rp 250.000/orang, tentu saja itu cukup memberatkan kantong backpacker.Gagal melihat sunrise, kami pun memutuskan untuk menunggu pintu masuk dibuka pada pukul 06.00 WIB, dan tentu ini di luar skenario yang sudah saya rencanakan. Kecewa terus menggelayuti hati kami. Betapa tidak, keindahan memandang matahari terbit Borobudur gagal dinikmati, dan hanya bisa dirasakan oleh mereka yang berkantong tebal. Semoga ke depan pemerintah bisa kembali mempertimbangkan untuk membuka Borobudur pada waktu shubuh.Tapi ternyata, ada untungnya juga masuk Borobudur pagi-pagi sekali. Saat itu, cuaca masih segar dengan pengunjung yang masih sedikit. Saya bisa bisa dengan mudah memotret segala sudut dengan bebas dan tentu saja bisa bebas berekspresi tanpa rasa malu di depan Patung Budha.Rasa takjub menyelimuti hati ini. Berbagai pertanyaan pun muncul seperti siapa arsiteknya, bagaimana dulu nenek moyang kita bisa membangun candi semegah ini? Lalu dengan peralatan apa mereka membuatnya, sampai-sampai batu ini bisa tersusun rapi, tak ketinggalan ukiran patung dapat tercipta dengan detilnya.Jika ingin menikmati keindahan Borobudur, cobalah untuk berkeliling. Di setiap sudut bangunannya akan terlihat pemandangan patung Buddha dengan latar gunung dan bukit-bukit yang indah. Belum lagi sinar matahari yang kemerahan dan langit yang masih biru, ditambah embun pagi yang masih membasahi stupa-stupa, semakin menjadikan suasana pagi di Borobudur begitu luar biasa.Sangat pantas jika Borobudur ini menjadi identitas bangsa Indonesia. Kini tugas kitalah sebagai anak bangsa untuk menjaga dan mulai melestarikannya. Marilah tingkatkan kesadaran mulai dari diri sendiri untuk terus memajukan tempat wisata di negeri ini, dan tidak membuang sampah sembarangan. Kalau bukan kita siapa lagi.Borobudur dengan segala keindahan dan misteri bagaimana cara membuatnya, akan selalu hidup di kepala ini. Saya pun berjanji jika ada kesempatan akan kembali lagi suatu hari nanti.Β
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda