Seperti Ini Keramahan Sesama Muslim di Thailand

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Seperti Ini Keramahan Sesama Muslim di Thailand

Rakhmad Fadli - detikTravel
Senin, 10 Des 2012 13:15 WIB
loading...
Rakhmad Fadli
Mak Cik dan Pak Cik, keluarga baru di Phuket.
Khosim, Muslim Thailand
Warung Makan Mak Cik di Phuket
Suasana Sekitar Pasar Pagi Phuket nan Bersih
Tuk-tuk warna Pink di Phuket
Seperti Ini Keramahan Sesama Muslim di Thailand
Seperti Ini Keramahan Sesama Muslim di Thailand
Seperti Ini Keramahan Sesama Muslim di Thailand
Seperti Ini Keramahan Sesama Muslim di Thailand
Seperti Ini Keramahan Sesama Muslim di Thailand
Jakarta - Indah dan bersahabat. Beginilah rasanya saat berlibur ke negara dengan penduduk non muslim dan bisa bertemu saudara sesama muslim, seperti di Phuket, Thailand. Bagai mendapat keluarga baru, mereka menerima kita dengan sangat ramah.Karena keberangkatan bus Hat Yai menuju Phuket, Thailand masih 1 jam lagi yaitu sekitar pukul 20.30 waktu setempat, saya pun memanfaatkan waktu yang ada untuk berjalan-jalan tak jauh dari terminal bus. Tiba-tiba Saya melihat ada sebuah gerobak yang menjual makanan di pinggir jalan bertuliskan "Halal Food".Di balik gerobak tersebut saya melihat penjualnya seorang wanita mengenakan jilbab. Kemudian saya menghampiri gerobak tersebut dan memesan semangkuk sup Thailand beserta nasi yang ditaburi dengan irisan ayam goreng. Harganya 80 Baht sekitar Rp 25.400, sebanding dengan porsinya yang cukup banyak.Saat bus tujuan Phuket akan berangkat, saya kembali ke agen tempat penjualan tiket untuk mengambil tas yang saya titipkan. Kemudian saya dipandu oleh seorang petugas tiket menuju terminal bus hingga masuk ke dalam bus. Bus tujuan Hat Yai-Phuket yang saya naiki ini tidak seperti bus sebelumnya. Terkesan sedikit lusuh, warna kursinya pun terlihat pudar. Tak lama kemudian bus berjalan meninggalkan Hat Yai. Selama perjalanan yang memakan waktu 8 jam ini, saya tidak mengetahui apakah bus berhenti di tempat peristirahatan atau tidak karena begitu pulas tertidur.Sekitar pukul 04.00 pagi, bus tiba di Terminal Bus Phuket. Suasana di terminal tampak sepi dan hanya ada beberapa penumpang yang sedang duduk menunggu di ruang tunggu. Terminal bus Phuket ini terbuka dan tidak dibatasi oleh tembok. Sehingga bisa dimasuki siapa saja, termasuk tukang ojek yang akan mencari penumpang. Seorang tukang ojek mendekati dan menawarkan jasanya kepada saya. Saya hanya bisa menggelengkan kepala karena belum membutuhkan. Begitu melihat gelengan kepala saya, ia pun beralih mencari penumpang lain. Cukup pengertian juga tukang ojek di sini.Hari masih tampak gelap. Namun beberapa loket penjualan tiket sudah mulai buka di terminal ini. Saya langsung menuju ke salah satu loket dan menanyakan tiket tujuan Bangkok. Kemudian petugas tiket tersebut menyebutkan harga tiketnya kepada saya. Setelah melakukan tawar-menawar akhirnya saya mendapatkan tiket Phuket–Bangkok seharga 470 Baht sekitar Rp 149 ribu. Seperti biasa saya memilih bus terakhir, yakni sekitar pukul 19.30 waktu setempat.Matahari masih bersembunyi di ufuk timur. Waktu salat Subuh masih tersisa. Saya mulai bertanya kepada orang-orang di sekitar terminal mengenai keberadaan masjid terdekat. Memang kalau di negara dengan penduduk mayoritas non muslim, sangat sulit untuk mendapatkan masjid. Tetapi tidak ada salahnya saya mencoba bertanya. Saya mencoba bertanya kepada tukang ojek. Kemudian ia memanggil temannya sesama tukang ojek yang ternyata seorang muslim juga. Saya pun diantar oleh tukang ojek muslim tersebut ke masjid terdekat dengan membayar 40 Baht sekitar Rp 12.700.Kurang lebih 5 menit saya pun tiba di salah satu masjid yang berada di Kota Phuket, Thailand. Masjid yang diberi nama Yameay ini cukup besar, bersih, dan nyaman. Di bagian depannya terdapat bangku yang bisa diduduki untuk bersantai. Saat memasuki masjid saya berpapasan dengan seorang pria paruh baya menggunakan sorban putih yang ternyata bisa berbahasa melayu. Akhirnya kami saling menyapa, ternyata si bapak baru saja selesai salat Subuh.Di Masjid ini saya bertemu dengan seorang muslim Thailand yang bernama Khosim. Saya menghampirinya untuk mencari informasi seputar Phuket. Karena kendala bahasa, terpaksa saya berbicara menggunakan bahasa isyarat. Tiba-tiba ia memberikan aba-aba kepada saya untuk mengikutinya. Menggunakan sepeda motor, saya diajak olehnya ke rumah salah seorang yang dikenalnya bisa berbahasa melayu. Ternyata ia membawa saya ke rumah seorang wanita paruh baya yang saya panggil dengan sebutan Mak Cik.Ternyata Mak Cik memiliki warung makan, ketika kami datang ia baru saja selesai membuka warung tersebut. Sambil menunggu Mak Cik mempersiapkan warungnya, saya diajak Khosim ke salah satu pasar pagi di Phuket. Sepertinya ia ingin membantu Mak Cik membeli kebutuhan warung. Khosim dan keluarganya menyambut kehadiran saya dengan sangat ramah.Pasar pagi di Phuket ini cukup bersih dibandingkan dengan pasar yang terdapat di Kota Batam di Kepulauan Riau. Selesai berbelanja, saya dan Khosim kembali ke rumah Mak Cik. Warung makan Mak Cik sudah buka dan hidangannya pun telah tersedia di meja makan.Menu sarapan pagi saya kali ini adalah nasi minyak. Nasi ini sejenis dengan nasi lemak atau nasi uduk, hanya bedanya nasi minyak ditaburi dengan irisan daging ayam di atasnya. Rasa nasinya sedikit mirip nasi pulut.Selesai makan kemudian, saya bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Agenda saya hari ini adalah ingin mengunjungi Pulau Phi-phi. Khosim menawarkan untuk mengantarkan saya ke pelabuhan tempat berlabuhnya kapal-kapal wisata yang akan menuju Pulau Phi-phi. Saya pamit kepada Mak Cik dan Pak Cik. Semoga suatu saat nanti saya bisa menikmati lagi nasi minyak buatan Mak Cik yang enak.Saat di perjalanan menuju pelabuhan, tiba-tiba saya merasa ada yang kurang. Jaket saya ketinggalan di rumah Mak Cik. Saya meminta kepada Khosim untuk kembali ke rumah Mak Cik. Tetapi Khosim tidak mengerti isyarat yang saya sampaikan sehingga ia tetap menggas motornya.Akhirnya Saya ucapkan kata "Mak Cik!" dengan tangan yang memberi isyarat ke arah yang berlawanan. Akhirnya Khosim pun mengerti dan membalikkan arah motornya ke rumah Mak Cik. Ahh lega....Setelah mengambil jaket perjalanan dilanjutkan kembali. Sekitar 10 menit kemudian saya dan Khosim tiba di pelabuhan Phuket. Suasana di Pelabuhan Phuket dipenuhi oleh deretan kapal wisata dan para penumpang yang hendak melakukan kunjungan wisata ke Pulau Phi-phi. Saya dan Khosim memasuki pelabuhan dan duduk di salah satu bangku.Khosim tampak sedang menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Sepertinya ia sedang mencari temannya. Bahasa yang saya tangkap dari perbincangan sebelumnya, ia ingin mencari salah seorang temannya yang bekerja di salah satu kapal. Nantinya saya bisa menumpangi kapal tersebut secara gratis untuk menuju Pulau Phi-phi. Tapi sayang, sekian lama Khosim mencari, temannya tersebut belum juga kelihatan.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads