Kampung Asey, Sentra Kerajinan Lukisan Kulit Kayu Khas Papua
Jumat, 22 Jun 2012 11:00 WIB

Jakarta - Papua punya banyak tradisi yang tersebar di seluruh pelosok wilayahnya. Danau Sentani misalnya, punya kerajinan lukisan kulit kayuyang dibuat oleh masyarakat Kampung Asey. Otentik, pun menjadi tradisi turun-temurun.Saya memandangi lukisan yang dipajang di salah satu stan Festival Danau Sentani. Hari itu, Rabu (20/6/2012), adalah pertama kalinya saya jatuh cinta dengan lukisan khas lokal. Garis lukisannya hanya berwarna putih, hitam, dan merah. Namun, tergurat cantik di atas selembar kulit kayu.Sedikit berbincang dengan sang empunya stan, lukisan itu dibuat oleh suku Kampung Asey yang menempati sebuah pulau mungil. Sesuai nama kampungnya, pulau itu juga bernama Asey. Usut punya usut pulau ini jadi persinggahanutama bagi para turis asing, terutama asal Eropa.Daya tarik utama wisatawan tentu saja lukisan kulit kayu itu. Beruntung, Sentani Lake Tour yang saya ikuti hari itu punya agenda singgah di Pulau Asey. Asyik!Kapal berlabuh pukul 11.30 WIT, melewati beberapa pulau mungil hingga akhirnya singgah di Pulau Asey. Dermaga di pulau ini punya gapura selamat datang dengan lambang salib besar di atasnya. Setelah berfoto dengan rombongan tur, saya pun memasuki Kampung Asey.Pulau ini tergolong mungil, dengan kontur datar lalu menanjak. Di tengahnya terdapat gereja tua yang konon sudah ada sejak pendudukan Belanda. Di ujung dermaga kayu, terhampar lukisan-lukisan kulit kayu yang sangat indah.Seorang mamak dari Suku Asey sedikit menjelaskan tentang kerajinan ini. Kulit kayu ini diambil dari pohon Ombou yang tumbuh subur di pulau itu."Kami mengupas kulitnya memakai perasaan. Dipotong dari bagian yang tipis dulu, habis itu baru dikuliti semuanya pelan-pelan," tutur sang mamak sambil memegang batang pohon Ombou.Pohon Ombou ini aneh tapi nyata. Ia tumbuh di tempat-tempat tak terduga. Kalau sengaja menanam bibit, ia tak akan tumbuh. Tapi kalau masyarakat setempat baru buka lahan berkebun baru, Ombou selalu muncul!Tiga warna yang saya sebutkan sebelumnya: putih, hitam, dan merah, berasal dari pewarna alami. Putih dari kapur, hitam dari arang, dan merah dari buah merah Papua yang terkenal khasiatnya itu. Masing-masing lukisan punya motif berbeda dari tiap suku penunggu Danau Sentani.Ada yang bergambar Suku Asmat, orang Sentani, juga naga. Yang disebut terakhir itu beradasarkan legenda naga raksasa dari Papua Nugini yang terdampar di Danau Sentani. Selain itu, ada pula motif ikan yang disinyalir adalah Hiu Sentani (Pristis Microdon) yang terakhir ditemukan di danau ini pada 1990-an.Dari sekian banyak motif lukisan ini, satu bentuk yang tak boleh ketinggalan adalah Tifa. Ini adalah alat musik khas masyarakat Sentani yang berbentuk seperti gendang. Selain pada lukisan, motif Tifa juga selalu ditemukan di kain batik khas Papua.Wisatawan bebas membeli lukisan kulit kayu ini. Mulai ukuran pembatas buku, sampai 3 meter panjangnya. Paling murah Rp 5.000 sampai yang termahal Rp 300.000. Saya pun sukses membeli 6 buah lukisan ukuran kartu pos.Β
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum