Kisah Penjual Kacang Rebus di Depan Jam Gadang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Penjual Kacang Rebus di Depan Jam Gadang

Putrasio Berlianda - detikTravel
Rabu, 27 Jun 2012 11:20 WIB
loading...
Putrasio Berlianda
Penjual kacang rebus di depan jam gadang
Penjual kacang rebus menanti pembeli yang tak kunjung datang
Kisah Penjual Kacang Rebus di Depan Jam Gadang
Kisah Penjual Kacang Rebus di Depan Jam Gadang
Jakarta - Keindahan Jam Gadang seolah menghipnotis pandangan. Saat malam tiba, banyak warga menghabiskan malam di pelatarannya sambil mengobrol atau sekadar menikmati udara malam Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.Beberapa waktu lalu, saya pulang ke Bukittinggi. Walaupun hanya sebentar, rasa kangen pada kota ini cukup terobati. Namun, tidak ada satu pun anggota keluarga atau teman yang tahu kepulangan saya kali ini.Setibanya di Bukittinggi beberapa teman mengajak saya untuk jalan-jalan sambil menikmati suasana malam di Jam Gadang. Untuk orang Bukittinggi asli, menghabiskan waktu di pelataran Jam Gadang adalah hal yang biasa. Namun kali ini, saya menemukan pengalaman yang luar biasa ketika sedang asyik memotret Jam Gadang.Dulu, banyak keluarga yang menghabiskan malam di pelataran Jam Gadang. Ada yang hanya sekadar melepas penat sepulang kerja atau mengajak buah hati menikmati temaramnya lampu kota di bawah Jam Gadang yang menjulang tinggi. Beda dengan sekarang, Jam Gadang berdiri sendiri tanpa tawa renyah anak-anak di sekelilingnya.Tapi, kali ini ada Keyla, gadis mungil berusia 1 tahun sedang asyik berlarian dengan ayahnya. Sesekali hampir terjatuh karena Keyla baru belajar berjalan. Keyla pun berjalan ke arah saya karena tertarik melihat blitz kamera. Senyum indah terlihat dari bibir mungilnya ketika beberapa kali saya memotret menggunakan blitz.Di sudut lainnya, seorang bapak paruh baya ditemani lampu strongking (petromaks) yang mulai mengantuk di depan gerobak kacang rebusnya. Di atas gerobak tua, dari atas undukan kacang rebus mengeluarkan asap hangat untuk menarik pembeli. Namun, tak ada satu pun yang menengoknya.Sangat berbeda saat saya masih kecil dan diajak nonton layar tancap di pelataran Jam Gadang. Layar berukuran 3x2 meter yang diletakkan di atas mobil bertuliskan KB. Waktu itu saya pun tak tahu apa itu KB. Saya hanya tahu kacang rebus selalu menemani ketika film diputar. Namun sekarang, kacang rebus hanya menjadi penghias Jam Gadang yang tidak lagi digemari. Sesekali, bapak penjual kacang rebus masih semangat memompa lampu strongkingnya ketika mulai redup.Tak ada lagi suasana Jam Gadang seperti dulu, tak ada lagi senyum penjual kacang rebus yang dagangannya habis, dan tak ada lagi mobil KB yang menyediakan tontonan gratis. Kini, hanya ada bangunan-bangunan tinggi dan pusat perbelanjaan yang ramai dikunjungi pelancong.Sementara pelataran Jam Gadang kosong melompong. Hanya ada Keyla dan si penjual kacang rebus yang dagangannya mulai dingin dan tak berasap lagi.Saya dan teman-teman pun berjalan meninggalkan Jam Gadang menuju Kampung Cina, ditemani lampu-lampu toko yang semakin redup dan jalanan kosong tanpa lalu-lalang kendaraan.
Hide Ads