Cerita Mudik d\'Traveler
Bandung, Bukan Sensasi Mudik Biasa
Rabu, 08 Agu 2012 11:05 WIB

Anggi Agistia
Jakarta - Mudik ke Kota Bandung, bukan sekadar pulang kampung biasa. Ya, tidak ada suasana tenang dan sepi, yang ada suasana macet karena kota ini juga menjadi destinasi 'mudik' wisatawan dari luar kota. Sebagai orang asli Bandung yang tinggal di Ibu Kota, mudik ke kota ini terkadang tidak ada sensasi mudiknya. Ya, sekarang Bandung sudah menjadi kota yang sibuk dan banyak dikunjungi wisatawan dari luar kota ataupun negeri. Tapi mau bagaimana lagi, itulah kota kelahiranku yang memang memesona.Sering kali Bandung menjadi tujuan wisata traveler saat berlibur. Entah itu weekend, long weekend, dan hari-hari besar seperti Natal, Tahun Baru, dan Idul Fitri. Dengan kata lain bukan hanya untuk warga asli Bandung yang mudik dari Jakarta, mudik ke Bandung juga berlaku untuk pelancong lain yang memang memilih Kota Kembang sebagai destinasi mudiknya.Kalau sudah seperti ini jadilah jalanan Kota Bandung sama seperti jalanan di Jakarta, alias macet! Selain udaranya yang sejuk, Bandung juga menawarkan berbagai macam tempat wisata maupun tempat lainnya yang asyik untuk dikunjungi. Ditambah lagi Kota Paris van Java, kini semakin tenar dengan wisata kulinernya. Lengkaplah sudah alasan orang-orang untuk menjadikan Bandung sebagai salah satu destinasi tempat wisata mudik mereka.Dalam benak saya, kampung halaman itu terekam sebagai pedesaan yang jauh dari hingar bingar kendaraan. Bukit-bukit nan hijau serta gemericik aliran sungai menjadi backsound alam yang merdu.Tapi, lain halnya dengan saya yang lahir dan tinggal di tengah kota Bandung. Jelas gambaran suasana kampung halaman tersebut sama sekali tidak bisa saya dapatkan. Mal, factory outlet, bistro, restoran atau tempat sejenis lainnya sudah menjadi hal yang biasa dan tidak lagi menjadi daya tarik untuk saya kunjungi.Namun, saya dan keluarga tidak pernah kehabisan akal untuk membunuh kejenuhan ini. Biasanya hari pertama sampai hari kedua lebaran kami menghabiskan waktu untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara maupun teman di Bandung. Setelah itu barulah kami memikirkan destinasi wisata mana yang akan kami kunjungi untuk melepaskan kepenatan Ibu Kota.Tahun lalu pilihan kami jatuh untuk mengeksplor Kabupaten Subang yang berada di sebelah utara Bandung. Jika mendengar kata Subang yang terekam hanya Pemandian Air Panas Ciater, Tangkuban Perahu, dan Perkemahan Cikole. Tapi tunggu dulu! Ternyata ada banyak wisata alam yang tersembuyi di balik bukit dan bentangan kebun teh. Salah satunya yang membuat kami tertarik adalah wisata air terjun atau curug. Dalam rangka menghabiskan waktu mudik, kami memutuskan untuk mengunjungi beberaspa destinasi wisata. Destinasi pertama menuju Pemandian Air Panas Sari Ater yang terletak hanya sekitar 1 jam perjalanan dari Bandung. Jalur yang banyak digunakan untuk mencapai tempat ini adalah melalui Lembang. Namun bila musim liburan atau akhir pekan tiba, jalur antara Ledeng-Lembang sangat padat akibat angkutan kota yang keluar masuk terminal Ledeng.Di kawasan Sari Ater tersedia banyak hotel, cottage, vila maupun rumah penduduk sekitar yang disewakan untuk wisatawan. Kebetulah kami lebih suka untuk menyewa vila. Pemandian air panas hanya salah satu dari beberapa tujuan destinasi wisata kami. Tujuan utama kami kemari adalah menikmati eksotika di balik hamparan kebun teh, yaitu air terjun!Mungkin tidak banyak orang tahu di daerah sekitar Sari Ater, tepatnya di balik perbukitan kebun teh terdapat kecantikan air terjun atau curug yang tersembunyi.Kondisi jalan menuju kesana sebagian masih berupa jalan batu. Sesampainya di titik pertigaan antara Bandung, Ciater, dan Desa Cicadas Anda bisa membelokan kendaraan ke arah Desa Cicadas. Arah belokan ini ditandai adanya tugu kecil dan sebuah jalan desa tepat di samping tugu itu. Sepuluh menit kemudian Anda akan menemui kawasan wisata alam "Capolaga Adventure Camp".Ya, di sinilah Anda bisa menemukan air terjun yang kami maksud. Destinasi ini sudah dikelola sedemikian rupa dan dijadikan salah satu tempat untuk kemping. Dengan tiket masuk sebesar Rp 7.000 per orang dengan fasilitas, seperti camping ground, kolam pancing, flying fox, jalur trekking sampai ke agrowisata kebun sayuran dan buah organik.Setibanya di lokasi ini kami sudah mendengar gemericik air yang jatuh dari ketinggian. Kawasan ini memiliki keindahan ekosistem Sungai Cimuja dan Sungai Cikoneng yang memiliki 4 curug unik. Keempat curug itu terbentuk dari pertemuan beberapa sungai yang melingkari kawasan wisata, seperti Curug Cimuja, Karembong, Sawer, dan Goa Badak. Curug pertama yang kami temui adalah Curug Cimuja. Curug ini terletak di kawasan paling hulu. Konon zaman dahulu, curug ini sering digunakan untuk memuja dan bersemedi memohon sesuatu. Bila sang pemuja sudah selesai menyampaikan doa-doanya, ia harus mandi pada malam hari di bawah tumpahan curug ini.Kemudian, Curug Karembong menjadi lokasi selanjutnya. Untuk sampai ke tempat ini memerlukan perjuangan lebih ekstra. Jarak dari Goa Badak ke tempat ini Anda harus melalui jembatan gantung dan medan yang menanjak ke arah perbukitan.Sesuai namanya, curug ini menyerupai karembong atau selendang dengan ketinggian sekitar 20 m dengan tebing batu-batu yang tersusun rapi. Sayangnya saat kami ke sana, arus di curug ini sedang kecil. Tapi jangan khawatir, air curugnya tetap bersih kok. Akhirnya, perjalanan panjang yang melelahkan itu berakhir di Curug Sawer. Curug ini tinggi hanya 5 meter. Jadi filosofi nama Curug Sawer ini berasal bila arus airnya sedang besar, curug ini menyerupai bunga yang ditaburkan, dalam bahasa Sunda bisa diartikan tabur bunga.Di bawah tumpahan Curug Sawer terdapat kolam yang berukuran lebar sehingga pengunjung dapat mandi di tempat ini. Suasana di sana membuat kami nyaman dan senang bermain air layaknya anak kecil.Destinasi selanjutnya adalah Wisata Alam Curug Sadim. Sebetulnya, kami menemukan sebuah penunjuk arah yang bertuliskan Wisata Alam Curug Sadim. Bersih dan airnya jernih! Tulisan 'Selamat Datang' menyambut kami saat tiba di tempat ini. Saat masuk, air terjunnya masih belum terlihat karena tertutup oleh bukit. Setelah menyusuri sungai di balik bukit barulah kami menemukan air terjunnya.Hari ketiga mudik kami masih penasaran dengan keberadaan Curug Mandala. Curug ini masih sangat sangat perawan. Di tempat ini sama sekali belum dilengkapi fasilitas-fasilitas seperti halnya curug lain. Setelah puas berfoto ria kami memutuskan untuk pulang. Senang rasanya melihat kebesaran Tuhan yang maha Segala-galanya itu dan saya bersyukur masih diberi kesempatan melihat panorama alam yang luar biasa cantiknya ini.Tidak hanya sampai di sini, sepanjang perjalanan kami masih disuguhi hamparan hijau kebun teh yang berbukit-bukit. Selain menikmati kebun teh yang menghijau atau alam pegunungan yang segar, kami juga dapat melakukan rekreasi. Mudik yang seru dengan berbagai destinasi yang memukau.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum