Cantiknya 1.000 Lampion Waisak di Candi Borobudur
Senin, 14 Mei 2012 12:15 WIB

Wulan Yuniarto
Jakarta - 1.000 Lampion memberikan cahaya damai saat perayaan Waisak di Candi Borobudur, Jawa Tengah. Keunikan ini pun menarik perhatian wisatawan. Tapi ingat, berfoto boleh tapi lain kali jangan mengganggu proses ibadah ya!Minggu (6/5/2012) lalu, seluruh umat Buddha di dunia merayakan hari suci Waisak. Perayaan ini dilakukan pada purnama pertama di bulan Mei.Saat itu, ada tiga peristiwa penting yang terjadi, yaitu kelahiran Pangeran Siddharta, pencapaian Penerangan Agung dan menjadi Buddha, serta wafatnya Sang Buddha. Ketiga peristiwa besar umat Buddha tersebut dikenal dengan nama Trisuci Waisak.Detik-detik Waisak, 2012, jatuh pada pukul 10.34.29 WIB, Minggu (6/5). Awal mula prosesi ini dilakukan di pelataran Candi Mendut. Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan pawai puja bakti dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur dengan membawa api abadi.Setelah berdoa bersama di pelataran Candi Borobudur, umat Buddha melakukan ritual Pradaksina, yaitu mengelilingi candi sebanyak tiga kali. Nah, setelah semua ritual dilaksanakan, perayaan waisak ditutup dengan pelepasan 1.000 lampion. Mereka melepas lampion-lampion tersebut sebagai simbol melepaskan kekotoran batin dan segala kebencian dari dalam diri.Pelepasan 1.000 lampion ini pun menjadi daya tarik untuk wisatawan. Tak jarang wisatawan memang sengaja datang untuk menyaksikan langsung peristiwa unik ini. Malam itu, candi yang berada di Magelang, Jawa Tengah ini terlihat sangat bercahaya dan cantik.Candi yang masuk dalam jajaran tujuh keajaiban dunia, benar-benar terlihat berbeda. Penuh dengan cahaya lampion sehingga sangat terlihat cantik dan mempesona. Para pelancong yang datang pun tak tinggal diam melewatkan momen indah ini. Suara jepretan kamera saling bersahutan diiringi dengan "tembakan" yang berasal dari flash kamera.Namun, banyaknya pelancong yang datang untuk menyaksikan perayaan waisak di Candi Borobudur, justru sedikit mengganggu kekhusyukkan umat Buddha yang sedang beribadah. Sebagai contoh, ketika umat Buddha sedang berdoa di pelataran Candi Borobudur, sering terdengar keributan kecil dari arah pelancong yang tidak mengikuti ibadah, serta banyaknya flash kamera pada saat mereka melakukan Pradaksina, juga cukup mengganggu mereka yang pada dasarnya sedang beribadah.Aduh! Sebenarnya, hal ini bisa diatasi dengan beberapa cara. Pertama, penyelenggara dapat memberikan rundown acara, sehingga wisatawan yang tidak beribadah bisa tahu kapan acara umum. Jadi, wisatawan tidak harus menunggu lama dan menimbulkan keributan saat ibadah berlangsung.Kedua, buatlah spot tempat dimana pelancong yang tidak beribadah bisa berkumpul dan menyaksikan prosesi dari layar tanpa menganggu kekhidmatan ibadah umat Buddha. Nah, yang ketiga, buat peraturan-peraturan tertulis yang harus dipatuhi pengunjung. Seperti, tidak menggunakan flash saat mengabadikan acara, tidak membuat gaduh, dan menempati tempat sesuai dengan yang sudah disediakan oleh penyelenggara.Ya, pihak penyelenggaran harus mulai memikirkan hal-hal tersebut. Karena saya yakin prosesi pelepasan 1.000 lampion ini makin lama akan semakin terkenal dan banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang tertarik untuk menikmati keindahan malam cantik di Borobudur. Wow! Lampion Borobudur sungguh mencerminkan wisata religi dan budaya baru yang sangat menarik dan mempesona. Ayo, tahun besok jangan sampai ketinggalan ya. Tapi ingat, prosesi ibadah umat Buddha jangan sampai terganggu kilatan kamera Anda.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!