Yuk! Belajar Menenun Songket di Desa Sukarara
Jumat, 09 Mar 2012 17:00 WIB

Jakarta - Pernah berkunjung ke Desa Sukarara? Dusun kecil di Pulau Lombok ini terkenal sebagai sentra kerajinan tenun songket. Sambil berlibur wisatawan juga bisa menyaksikan tangan-tangan terampil pengrajin menenun kain secara tradisional.Desa Sukarara terletak di Kecamatan Jonggot, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.Β Jarak antara Kota Mataram dengan Desa Sukarara sekitar 20 Kilometer dan dapat ditempuh selama 30 menit menggunakan mobil sewaan atau taksi.Β Bila tidak mau repot-repot, kita bisa menggunakan aletrnatif lain dengan membeli paket wisata sehari. Harga yang ditawarkan untuk sekali perjalanan sekitar Rp250.000,00 per orang.Selama perjalanan kita akan diajak mengunjungi beberapa objek budaya di Lombok.Β Untuk menuju ke lokasi, wisatawan harus menelusuri Jalan Raya Praya, satu-satunya jalan raya yang mengarah ke Desa Sukarara. Melewati jalan berkelok dan masuk ke gang dengan kondisi jalan beraspal seadanya dengan jarak 500 meter dari jalan raya. Di sana akan menemukan beberapa toko merangkap rumah dan juga menjadi tempat workshop kegiatan menenun.Desa Sukarara, di sinilah pusat penjualan berbagai kain tenun songket dan ikat khas Lombok tersedia. Kaum perempuan Desa Sukarara dengan pakaian adat Sasak akan menyambut pengunjung yang datang dan selalu siap mendemonstrasikan keterampilan mereka dalam menenun.Pada halaman toko atau rumah workshop, biasanya akan ada beberapa penenun yang memperagakan cara menenun kain songket. Mulai dari mengolah benang hingga menjadi selembar kain, perempuan-perempuan Desa Sukarara mendemonstrasikan dengan sangat terampil.Serunya, pengunjung pun dapat mencoba menggunakan alat tenun ini, lho. Kelihatannya gampang tapi saat mulai mencobanya ternyata sangat sulit. Memerlukan tenaga ekstra dan keahlian khusus bila belum terbiasa.Kaum perempuan di Desa Sukarara memang wajib belajar menenun. Sejak kecil mereka sudah diajari cara menenun kain mulai dari motif yang sederhana hingga akhirnya mencapai motif yang paling sulit. Para ibu mewariskanΒ brire, salah satu alat untuk menenun kepada anak perempuan mereka.Ada aturan unik yang berlaku di desa ini, kaum perempuan Desa Sukarara yang belum bisa menenun tapi nekat melakukan pernikahan maka akan kena sangsi denda. Dendanya bisa berupa uang, hasil panen padi, atau beras. Aturan ini tidak berlaku untuk kaum pria, meski ada pula kaum pria yang bekerja sebagai penenun kain ikat.Aturan ini dibuat bukan untuk diskriminasi gender tetapi bertujuan agar kaum perempuan bisa mandiri dan tidak bergantung pada kaum pria.Masuk ke dalam toko atau rumah workshop, kita akan melihat galeri kain tenun. Waerna-warni kain yang cerah dengan motif yang indah berjejer secara lengkap. Ini bukan museum kain tenun songket ataupun ikat, kain yang dipajang memang untuk dijual kepada pengunjung yang datang.Ada dua jenis kain tenun yang terdapat di galeri ini, kain tenun ikat dan kain tenun songket. Tenun songket hanya dibuat oleh kaum perempuan dengan alat manual. Pengerjaannya yang manual membuat waktu tenun menjadi lama. Satu songket bisa selesai dalam 1 atau 2,5 bulan apabila motif yang dikerjakan tergolong sulit.Tidak heran apabila harga satu kain songket tenun khas Lombok bisa jutaan rupiah. Sulit dan lamanya waktu pembuatan songket membuat harga kain tenun ini lebih mahal dibandingkan dengan kain ikat.Harga untuk selembar kain tenun songket bervariasi, mulai dari Rp200.000,00 ribu hingga Rp5.000.000,00 dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang 2 m. Sebenarnya haraga ini terlalu mahal untuk kocek pelancong apalagi backpacker. Satu syal kecil dengan harga Rp20.000,00 ribu akhirnya menjadi pilihan saya sebagai kenang-kenangan untuk dibawa pulang.Tenun ikat memiliki waktu produksi yang lebih singkat. Satu hari, penenun ikat bisa menyelesaikan hingga panjang 3 meter. Bahan tenun ikat juga sangat sederhana, hanya menggunakan bahan dari kain katun saja.Kain ikat biasanya dipakai untuk bahan selimut, seprai, atau bahan pakaian. Harga tenun ikat dengan pewarna kimia sekitar Rp100.000,00 sedangkan harga tenun ikat dengan pewarna alam harganya bisa mencapai Rp150.000,00.Pada kain ikat banyak gambar bermotif rumah adat dan lumbung, serta tokek. Rumah adat dan lumbung sebagai simbol kehidupan Suku Sasak. Tokek merupakan hewan keberuntungan bagi masyarakat Lombok.Anda ingin bergaya dan berfoto menggunakan pakaian adat Sasak dengan kain tenun warna-warni bermotif indah tanpa perlu membeli? Galeri toko menyediakan pakaian adat Sasak untuk disewakan dengan harga Rp20.000,00 dan Anda dapat berfoto sepuasnya.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum