Bingkai Makna dan Tradisi dalam Kerajinan Perahu Pinisi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bingkai Makna dan Tradisi dalam Kerajinan Perahu Pinisi

Sri Anindiati Nursastri - detikTravel
Kamis, 29 Mar 2012 10:15 WIB
Jakarta - Sejak berabad silam, Suku Bugis di wilayah Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, menuai keterampilan dalam bentuk Perahu Pinisi. Nama Pinisi telah tersohor di seluruh dunia sebagai pemecah ombak lautan dan samudera.Dunia menyadari keberadaan Suku Bugis sebagai pelaut ulung. Sejarah mencatat, pada 1986 silam, suku di pedalaman Sulawesi ini berhasil menyentuh dataran Vancouver, Kanada. Tak berbekal kompas, apalagi peta. Perahu canggih pun mereka belum paham. Suku ini hanya menggantungkan nyawa pada dua hal: pengetahuan astronomi turun-temurun dan kapal hasil kepiawaian tangan mereka.Perahu Pinisi telah menjadi sarana transportasi tradisional masyarakat Bugis sejak berabad silam. Megah dan kokoh. Perhitungannya benar-benar tepat tanpa pengetahuan berarti tentang sains dan sistem ukuran. Perahu ini dibuat hanya berdasar pengetahuan yang diperoleh dari kakek dan nenek moyang.Di Kelurahan Tana Beru, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, perahu-perahu pinisi berjajar di pesisir pantainya. Di bawah perahu yang digantung itu, para pengrajin menyelesaikan satu per satu bagiannya. Tangan-tangan mereka terampil memotong kayu, serta membuat sudut-sudut yang dirasa perlu. Tapi mereka tak sembarang membuat perahu.Para pengrajin harus menghitung hari untuk mulai mencari kayu. Hari baik biasanya jatuh pada hari ke lima, atau ke tujuh di bulan tersebut. Pencarian dipimpin oleh seorang Punggawa, yang punya posisi kepala tukang.Tradisi membuat perahu lalu dimulai. Saat pemotongan, lunas (bagian paling bawah pada kapal) diletakkan menghadap timur laut. Balok lunas bagian depan adalah simbol lelaki, sementara bagian belakangnya adalah simbol wanita. Lunas tersebut kemudian dibacakan mantera. Bagian yang akan dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan dilakukan menggunakan gergaji, dan harus sekaligus tanpa boleh berhenti.Karena kepiawaiannya ini, Kabupaten Bulukumba dijuluki Butta Panrita Lopi (bumi atau tanah para ahli pembuat perahu phinisi). Hingga sekarang, pembuatan perahu pinisi sebagai kerajinan asli Suku Bugis masih bisa Anda lihat sendiri. Dari Bulukumba ke Tana Beru bisa dicapai dengan kendaraan bermotor, dengan jarak sekitar 23 kilometer.Pinisi punya dua tiang dan tujuh layar. Tiga di ujung depan, dua di bagian depan, dua lagi bagian belakang. Tujuh helai layar itu, punya makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengarungi tujuh samudera di dunia. Hingga sekarang pun, Pinisi senantiasa mengingatkan kita bahwa Indonesia sejatinya adalah negara maritim. (travel/travel)

Hide Ads