Melihat Kekayaan Taman Wisata Alam Suranadi, Lombok

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Melihat Kekayaan Taman Wisata Alam Suranadi, Lombok

Wenni Cristina - detikTravel
Kamis, 19 Jan 2012 14:30 WIB
loading...
Wenni Cristina
Pura Suranadi
Hutan Wisata Suranadi
Pura Ulon
Pura Pangentas
Pura Pabersihan
Melihat Kekayaan Taman Wisata Alam Suranadi, Lombok
Melihat Kekayaan Taman Wisata Alam Suranadi, Lombok
Melihat Kekayaan Taman Wisata Alam Suranadi, Lombok
Melihat Kekayaan Taman Wisata Alam Suranadi, Lombok
Melihat Kekayaan Taman Wisata Alam Suranadi, Lombok
Jakarta - Berkunjung ke Taman Wisata Alam, mampu mengahadirkan kenyamanan dan cerita tersendiri. Di Nusa Tenggara Barat terdapat sepuluh taman wisata yang menjadi target liburan wisatawan domestik ataupun mancanegara saat berkunjung ke sana. Taman Wisata Alam Suranadi, salah satu dari sepuluh taman wisata alam yang ada di Nusa Tenggara Barat. Taman yang satu ini memiliki luas 52 Ha ini terletak di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Taman ini hanya berjarak sekitar 18 km dari Kota Mataram, memerlukan waktu sekitar setengah jam saja.Suranadi sendiri berasal dari kata sura yang berarti dewa dan nadi berarti sungai. Konon, Suranadi juga mengandung arti khayangan dalam kamus bahasa Jawa Kuno. Taman Wisata Alam Suranadi kaya akan aneka ragam jenis tumbuhan. Vegetasi yang menutupi kawasan Taman Wisata Alam Suranadi merupakan vegetasi campuran yang tersebar merata dan dengan tumbuhnya pohon-pohon yang tinggi bercampur dengan perdu, semak, dan padang rumput. Anda akan menjumpai beberapa jenis pohon dengan tinggi 25m-30m dan berdiameter lebih dari 1,5 m, seperti beringin, garu, terep, suren, kemiri, dan purut. Aneka jenis tumbuhan dengan pepohonan yang besar dan pencabangan yang banyak membuat beberapa jenis satwa, seperti kera dan musang betah tinggal di dalam tanaman ini.Dalam Pura Suranadi terdapat 5 sumber mata air yang dikenal dengan nama Panca Tirtha atau Pancaksara. Penduduk sekitar menganggap air tersebut sakral dan berfungsi sebagai syarat kelengkapan dalam menjalankan upacara keagamaan.Konon keberadaan Pura Suranadi terkait dengan perjalanan Danghyang Dwijendra, dikenal pula dengan nama Pedanda Sakti Wawu Rauh, menuju Sasak (Lombok) untuk kedua kalinya. Di Lombok, beliau dijuluki sebagai Pangeran Sangupati. Guna menjaga agar umat Hindu yang ditinggalkan bisa melakukan tertib upacara menurut ajaran agama yang telah ditentukan, lantas beliau dengan "puja manteranya" memunculkan pancatirtha (lima macam tirta) di Suranadi. Mata air toya tabah yang digunakan dalam upacara pitra yadnya;Mata air toya pabersihan untuk upacara pembersihan sawa (jenazah) sebelum diberikan tirta pangentas;Mata air pangentas diberikan kepada jenazah sebelum dikubur/dibakar. Di dekat tirta pangentas juga terdapat pembuangan air yang dikanel sebagai tirta permandian kerbau untuk memerciki hewan sebelum dipotong;Mata air toya panglukatan, tirta prayascita untuk pembersihan diri, dan dipakai dalam upacara dewa yadnya, manusa yadnya, dan bhuta yadnya;Mata air tirta, dipergunakan saat puncak upacara, sebagai prasadam dan diberikan kepada peserta upacara sebagai tirta wasuh paddya.Suranadi juga memiliki tiga buah kelompok pura. Masing-masing diberi nama sesuai dengan fungsi sumber air yang ada di dalamnya. Setiap pura itu memiliki zona (area), yaitu jaba sisi, jaba tengah, jeroan (tri mandala).Pura Ulon atau Gaduh, terletak di ujung Timur Laut, berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung Taman Wisata Alam. Di halaman pura ini terdapat mata air petirtan dan panglukatan. Beberapa palinggih dan perlengkapan upacara yang ada di dalamnya adalah (a) padmasana, (b) linggih Batara Gde Lingsar, (c) linggih Batara Bagus Gunung Rinjani, (d) linggih Batara Surya Ngelurah, (e) gedong penyimpenan, (f) padma petirtan, (g) bale pelik/pengaruman, (h) padma penglukatan, (i) bale pamangku, (j) linggih Majapahit, (k) palinggih tirta, (l) kemaliq, (m) bale banten, (n) bale pawedan, (o) bale pererenan/pakemitan, (p) bale gong, dan (q) bale kulkul.Pura Pangentas, terletak beberapa puluh meter dari Pura Ulon, ke arah  Barat Daya. Memasuki pura ini, harus melalui jalan setapak. Memiliki dua palinggih, pura ini secara fisik memiliki luasan yang terkecil dan paling sederhana di antara ketiga pura yang ada di Suranadi. Memiliki mata air pangentas, mata air tabah/penembak dan tirta mapepada. Pura ini berfungsi sebagai tempat mengambil air untuk upacara pitra yadnya semata, yakni toya tabah dan pangentas. Maka bisa dipahami bahwa di dalamnya tidak banyak dibangun sarana penunjang sebagaimana yang ada pada pura lainnya.Pura Pabersihan, berkedudukan sekitar 300 m dari Pura Ulon. Di pura ini terdapat hanya satu mata air yakni pabersihan, dengan beberapa macam palinggih dan bangunan pelengkap upacara seperti (a) padmasari, (b) ngelurah, (c) tapasanu, (d) linggih Ida Betara Gde Lingsar, (e) genah Mangku ngastawa, (f) bale banten, (g) bale pawedan, (h) bale pakemitan, dan (i) gedong penyimpenan. Mata air dari Pura Pabersihan bermuara pada sebuah permandian umum (menempel dengan tembok panyengker pura), di sebelah Selatan Pura Pabersihan.Aset sejarah yang satu ini memang wajib untuk dilindungi. jangan sampai anak dan cucu kita nanti tidak bisa mengetahui bagaimana sejarah di Indonesia sejak zaman lampau.
Hide Ads