Merasakan Sensasi Alam dan Keramahan Penduduk di Danau Ranau
Selasa, 24 Jan 2012 15:26 WIB

Jakarta - Berkunjung ke danau Ranau, Lampung saat musim hujan pastinya akan memberikan kesan yang sangat berbeda dibandingkan hari-hari biasanya. Selain suasana dingin dan sejuk kita juga bisa mendapatkan suasana yang hangat bila berada di sekeliling danau yang terkena sinar mentari pagi. Danau Ranau merupakan danau terbesar kedua di Pulau Sumatera setelah Danau Toba. Dua pertiga bagiannya berada di bawah administrasi Provinsi Sumatera Selatan dan sepertiga bagian lainnya milik Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Barat. Makan ikan nila bakar hasil budidaya ataupun yang hidup liar di Danau Ranau sudah menjadi bayangan saat berada di sana. Selain itu, minum kopi Liwa (Robusta) setelah sarapan atau menjelang sore sungguh terasa nikmat.Kamis, (24/11/2011) saya dan seorang teman berangkat dari Bandar Lampung menggunakan mobil sewaan. Selain membawa pakaian, teman saya juga membawa mesin paramotor dan parasutnya untuk terbang dan memotret keindahan danau dari atas. Teman-temanku yang lain menyusul keesokan hari untuk mengahadiri acara Gebyar Pesona Lumbok Ranau ke-5. Ini merupakan salah satu acara tahunan yang menampilkan ragam budaya dari Lampung Barat.Berkendara santai dan tak dikejar waktu terasa syahdu mengikuti irama jalanan. Terkadang pelan dan kadang agak cepat, tergantung kendaraan yang berada di depan dan dari arah berlawanan. Tak disangka, mobil yang kami bawa ditabrak dari belakang oleh mobil lainnya. Sayang mobil tersebut langsung kabur dan menghilang. Sesaat rasa kesal dan marah menyelimuti tapi mengingat tujuan masih jauh dan kerusakan tidak seberapa jadi lupakan saja. Menghindari kerusakan lebih parah karena mengejar, kami memutuskan melanjutkan perjalanan.Setibanya di Liwa Tengah, gerimispun menyambut. Langsung saja menuju rumah makan sederhana yang berada di depan kantor Pemda setempat. Memesan ikan nila bakar dan gulai taboh terasa sangat menarik untuk menu kali ini. Seketika setelah ikan nila bakar dan gulai taboh habis tak tersisa dalam hitungan menit.Satu jam perjalanan berikutnya dari Kota Liwa menuju Danau Ranau terlewati dengan suasana yang santai menikmati udara yang sejuk. Banyak jalan yang berliku, terkadang harus melakukan engine break agar tidak melaju kencang saat di turunan curam. Sepanjang perjalanan pemandangan alam yang indah, rumah panggung dari kayu, dan petani yang bekerja di sawah atau kebun menjadi hiasan yang sangat natural.Setibanya di tepi danau, terlebih dahulu memilih rumah penduduk--tempat untuk bermalam yang memiliki latar belakang pesawahan dan danau. Dinas pariwisata setempat sudah membuat kesepakatan dengan penduduk sekitar untuk biaya menginap bagi para wisatawan. Harga yang ditawarkan cukup murah, sekitar Rp60.000,00 per orang dan sudah termasuk sarapan serta makan malam.Tidak ada AC tapi sudah cukup dingin meski tidak sedingin Kota Liwa dan Sekincau. Warga yang biasa hidup di daerah panas pastinya akan memerlukan baju dan selimut yang tebal agar bisa tidur nyenyak. Tinggal satu atap dengan penduduk dan menyaksikan kehidupan sehari-hari mereka sungguh terasa eksotis. Suguhan keindahan dan keramahan penduduknya inilah yang membuat kita selalu ingin kembali.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Cerita Tiara Andini Menolak Tukar Kursi sama 'Menteri' di Pesawat Garuda
Aneka Gaya Ahmad Sahroni di Luar Negeri dari Paris sampai Tokyo
Viral Beredar Template IG Itinerary Kunker Anggota DPR Komisi XI di Sydney