Jakarta - Meskipun, hari keempat ini masih di awal winter Korea dan salju belum turun hanya menyisakan udara dingin serta angin yang mulai menusuk tulang. Dengan semangat '45 saya bersama teman-teman hari itu sudah bangun sejak pagi sekali dan menyusuri Seoul lengkap dengan baju empat rangkap, celana, longjon, juga coat tebal (maklum terbiasa tinggal di Jakarta yang panas).Tujuan pertama kami kali ini adalah Cheonggyecheon-ro, Jung-gu, office building Korea Tourism Organization agar bisa free to take picture memakai Hanbok dengan pilihan warna-warna cerah yang sudah diimpikan sejak lama. Saya juga sempat foto di samping beberapa bintang korea (meskipun cuma gambar tapi bikin senyum gembira yang norak). Setelah itu kami perlahan menyusuri jalan menuju Deoksugung Palace. "Very excited." Karena sempat bertemu pasukan penjaga istana yang akan bergantian tugas. Saya sampai lari-lari untuk bisa foto dengan background mereka (satu langkah mereka , tiga langkah saya sepertinya. Capek!). Lumayan lah hitung-hitung olahraga, menghangatkan badan karena diiringi langkah sejauh kurang lebih 2-3 km disertai dingin yang rasanya 'ngook' banget ke kulit dan hidung.Setelah membeli tiket masuk istana seharga 1000 krw (kurang lebih sekitar Rp8.000,00) saya tidak menyia-nyiakan waktu untuk berfoto dengan kepala penjaga yang tegap. Tongkat panjang ditangannya bikin wajahnya terlihat seram. Berdiri sedekat mungkin dan dia pun ikut pose,meski hanya matanya saja ke arah camera yang sama dengan saya.Menapaki istana megah yang dibangun untuk selanjutnya ditempati Prince Wolsan, the elder brother dari King Seongjong (r.1469-1494). Namun, setelah semua istana dirusak dan dibakar saat invansi Jepang, King Seonjo (r.1567-1608) tinggal sementara di istana ini. Kemudian, King Gwanghaegun (r.1608-1623) sempat menamai istana dengan nama Gyeongungung pada tahun 1611. King Injo(r.1623-1649) held a coronation ceremony in Jeukjodang Hall pada tahun 1623. Pada tahun 1897 King Gojang proclaimed to the nation and world the establishment of the "Grear Han Empire". The Palace was renamed Deoksugung di tahun 1907 when Emperor Sunjong ascended the throne, dan sejak saat itulah namanya diketahui dan diabadikan sampai sekarang.Masuk Deoksugung Palace ini saya disambut oleh pohon pinus dan beberapa jeis pohon besar dan tinggi lain yang sepertinya berumur tua. Pepohonan ini berjajar bergoyang mengikuti irama hembusan angin. Bangunan palace yang megah, kokoh, kharismatik, dengan detail unik khas China, membawa saya dalam bayangan kehidupan kerajaan masa lalu di sini, sempat bikin merinding. Kamera saya pun trs 'on' untuk mengabadikan setiap sudut area istana yang luas. Semuanya seperti berbicara dan memiliki arti. Berikutnya, saya berjalan kembali dari sini menuju Insadong (lebih lumayan jauh, kurang lebih 3x lipat jarak dari perjalanan sebelumnya. Kaki oh kaki... tapi hati riang, ya lanjut).Meskipun harga barang-barang di sini lebih mahal, lumayan juga bisa menemukan beberapa sovenir untuk oleh-oleh, woho. Disela-sela mood baik karena asyik belanja, saya agak terkejut karena waktu menunjukan pukul 3 pm waktu Seoul. Seketika langsung bergegas mengejar rencana agar bisa menyaksikan sunset di 'one of most romantic places for dating in Seoul'.Seoul Tower terletak di puncak Mt. Namsan pada ketinggian kurang lebih 263 m dari atas tanah. Saya pun segera mencari korail Station terdekat (fyi tiket korail one trip 1500 krw) dengan interchance satu kali di City Hall jika tidak salah. Akhirnya saya turun di Myeongdong Station, sempat kebingungan saat memilih exit 5. "As a nice tourist, senang sekali ketika melihat hotel (lupa namanya) karena dibelakang situlah menurut guide book terdapat stasiun untuk naik cablecar menuju Mt Namsan."Sangat gesit langkah demi langkah ditempuh, meski jalanannya bikin sakit punggung, berbukit, urusan tanjak menanjak yang tak berujung, dan lumayan bikin putus asa mikir kapan selesainya. Sekitar 15 menit berjalan, "uhh" luar biasa melihat dan Seoul Tower dari kejauhan. Di bawah akses masuk ke Cablecar Station, tapi ketemu lg deh ini tangga. Nggak terlalu tinggi sih cuma lumayan bkin shock liatnya. Meskipun, tetap terpaksa dilahap juga sampai ke undakan paling atas. Saat sampai, kaget sekaget-kagetnya melihat para wanita Korea dengan dandanan stylist, full makeup, highheels runcing, super kece, dan freshlook. "Aiiihhh.. kok bisa?"Menuju tangga, "Lagiiiii?" arah loket tiket cablecar liat lift aja gitu untuk naik ke sini. "Ya ampyuuunnn, ngapain juga manjat sampai keringet peluh seperti habis berendem air panas, nafas ngos-ngosan Senin-Kamis, dan kaki rasanya mau copot."Harga PP tiket cablecar menuju Mt.Namsan adalah 15000 krw (kurang lebih Rp120.000,00). Cukup deg-degan juga jika membayangkan kekuatan tali yang menarik cablecar terisi penuh orang di atas ketinggian. Tapi, semua perasaan itu hilang saat sampai dan usaha hari itu tidak sia-sia. Pemandangan matahari tenggelam merah keemasan di atas Kota Seoul yang sangat indah menyambut kedatangan kami di puncak Mt.Namsan.Di bingkai ranting-ranting maple trees khas Korea yang sudah rontok daunnya, membuat hamparan kerlap-kerlip lampu yang mulai menyala semakin menyerupai lukisan dinding alam. Houupp, kaki saya melompat menuju anak tangga yang masih belum berakhir juga tapi kali ini capek rasanya hilang karena puas. Saya langsung berlari kecil mengambil posisi foto dengan background N Seoul Tower yang tinggi. Kemudian cemara gembok yang tersohor terutama tradisi untuk para Korean couples (melihat bentuk hati mereka 'judulnya', menautkan 2 gembok menjadi 1 dengan tulisan nama mereka masing-masing, dan ini dinamakan komitmen). Karena sudh banyak banget, jadi kelihatan bagus, aneka warna, dan bentuk. Beberapa gambar saya ambil karena view yang begitu cantik dengan pohon autumn (merah, kuning, dan orange) masih sedikit tersirna, foto juga di depan Museum Tedy Bear. Tidak terasa hampir pukul 8 pm waktu Seoul dan ternyata 2 degree suhu saat itu. Saya pun menyempatkan diri melihat aneka warna lampu kerlap-kerlip yang bergantian menyala dari bawah sampai ke atas tower, lalu mengakhiri perjalanan menjelang malam dengan manis.
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour