Tempat Yang Aku Kunjungi Sebelum Mati
Senin, 26 Des 2011 15:31 WIB

Eko Reza Resiandi Jusmar
Jakarta - Perjalanan ini memang direncanakan tapi unsur kejutannya adalah saya berangkat dari Bandung sendirian. Karena saya yakin di sana nggak bakal sendirian. Begitu naik bus jurusan Bandung-Jepara saja saya sudah lihat serombongan ABG yang dandannnya kaya mau ke pantai padahal bus berangkat dari Bandung malam-malam. Dalam hati, saya langsung berbicara, tuh kan saya nggak sendirian.Selama 12 jam perjalanan darat Bandung-Jepara dengan satu kali transit di daerah Sumedang saya lalui dengan tidur. Kecuali, saat lewat Kota Semarang karena ada sms dari pihak agen perjalanan. Sampai pelabuhan Kartini langsung ke loket karcis kapal penyeberangan, sebut nama dan tiket sudah ada di tangan. Menuggu satu jam lebih, dek kapal Muria sudah dibuka. Penumpang berhamburan memasuki lambung kapal. Sambil iseng kenalan sama salah satu penumpang yang kebetulan satu agen perjalanan.Sekitar 30 menit pertama di kapal Muria saya habiskan dengan mutar-mutar dek kapal. Tidak lama berselang, musik dangdut pun diperdengarkan di kabin kelas ekonomi dibarengi dengan peragaan barang dagangan yang lapaknya sudah siap digelar. Bosan melihat pertunjukan pedagangan di tengah laut, saya putuskan untuk duduk di kursi yang sudah penuh dengan barang penumpang. Saya mengajak teman untuk duduk karena kondisi kursi yang sempit. Saya meminta teman untuk duduk duluan. Saya tidur beralaskan koran di bawah kursi yang sudah penuh dengan barang-barang. Dua obat antimabuk yang tadi jadi menu sarapan pagi ampuh mengusir rasa mual dan kantuk pun menjelang.Benar-benar ngantuk, cape, atau reaksi obat yg berlebihan karena saya sukses tidur 4 jam. Satu jam tersisa saya habiskan buat cari makan siang. Jalan-jalan keliling kapal dan melihat lautan. Ditengah perjalanan tadi, kata teman saya ada rombongan lumba-lumba di laut Jawa. Ah! dasar sial, saya kan generasi lumba-lumba Bonda Prakoso tapi sampai sekarang masih penasaran wujud asli hewan itu di habitat aslinya.Sampai di Karimun Jawa, saya langsung berkumpul di tempat yang ditentukan untuk diantarkan ke tempat penginapan. Setelah menunggu, akhirnya rombongan diantar ke penginapan menumpang mobil bak terbuka.Karena konsep paketnya homestay backpacker, jadi kami satu kelompok perjalanan di tempatkan di rumah penduduk. Dua kamar tidur, ruang tamu, dan ruang keluarga yang cukup luas untuk dijadikan kamar darurat. Saya sendiri lebih memilih tidur di ruang keluarga. Tidur di depan televisi sudah jadi kebiasaan kalsu di rumah. Malam pertama di Karimun Jawa dihabiskan di alun-alun buat wisata kuliner. Alun-alunnya seluas lapangan bola di komplek perumahan saya. Karena waktu itu malam minggu, alun-alun lumayan ramai oleh penduduk lokal dan pengunjung yang cari makan malam atau sekadar cari hiburan. Ada yang dangdutan atau nonton layar tancap. Jangan sampai lewatkan bakso ikan alun-alun kalau mampir ke sana. Makannya di bawah pohon beringin raksasa depan balai desa kecamatan.Tidur di ruang keluarga tanpa ac beralaskan kasur palembang dengan langit-langit rumah yang tinggi ternyata bikin udara malam pesisir jadi lebih sejuk. Malam pertama berhasil dilewati. Tidak lupa memakai sedikit lotion anti nyamuk. Nggak sabar menunggu pagi, sudah kebayang snorkling, berenang, ikan hiu, nemo, dan pantai. Mudah-mudahan besok nggak bangun kesiangan karena kebanyakan mimpi snorkling sama nemo dan ikan hiu.
Komentar Terbanyak
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana