Curug Sanghyang Taraje

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Curug Sanghyang Taraje

Dhafi Paparu - detikTravel
Rabu, 14 Sep 2011 16:16 WIB
loading...
Dhafi Paparu
Panorama curug Taraje
Curug Sanghyang Taraje
Mystical Sanghyang Taraje
pesawahan di aliran sungai curug Taraje
Curug Sanghyang Taraje
Curug Sanghyang Taraje
Curug Sanghyang Taraje
Curug Sanghyang Taraje
Jakarta - "Keindahan Mistis alam Priangan"Taraje dalam bahasa sunda artinya tangga, curug atau air terjun. Memang bentuk curug ini seperti taraje dan tampak gagah, dengan tinggi kurang lebih 80 m. Curug yang indah ini masih bisa masuk kategori kekayaan alam yang masih perawan.Konon katanya, kenapa dinamai Curug Sanghyang Taraje karena masih ada kaitannya dengan legenda salah satu anak Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran, yaitu Kian Santang, yang hendak mengambil bintang untuk Dayang Sumbi melewati curug ini, maka dinamailah curug ini Sanghyang Taraje. Dan, berdasarkan cerita di area curug ini Kian Santang menyimpan salah satu benda berharganya dan dijaga oleh ular yang sangat besar, penduduk sekitar kadang masih suka ngeliat penampakan dari ular besar tersebut.Curug yang lokasinya berada di wilayah Pakenjeng, Desa Kombongan-Pamulihan, Kabupaten Garut ini, memang cukup terisolir. Padahal pemandangan di lokasi yang berada pada ketinggian 460 dpl sangat indah. Menuju lokasi ini bisa ditempuh kurang lebih 2 jam dari Kota Garut menuju Bungbulang atau Pakenjeng. Kondisi jalannya bisa dibilang cukup baik, meskipun tidak terlalu bagus tapi sepanjang perjalanan kita akan disuguhi keindahan perkebunan teh dan undakan-undakan sawah khas tatar Priangan.Dari desa terakhir, kita bisa melanjutkan dengan berjalan kaki menuju lokasi curug karena kalau memakai kendaraan roda empat (itu pun harus yang 4wd) kondisi jalannya masih curam, berbatu, dan sempit. Keadaan seperti ini cukup beresiko, belum lagi area di sekitar pos terakhir menuju curug cukup sempit dan susah untuk parkir mobil, terlebih lagi kalau belum hafal medan dan kendaraan yang tidak fit. Pokoknya memerlukan nyali yang besar untuk melakukan perjalanan ini.Ada tiga tanjakan dan turunan yang cukup curam (ada juga yang panjang), sempit (hanya masuk satu mobil saja), dan licin setelah diguyur hujan, belum lagi harus menghadapi jurang yang ada di pinggir jalan. Yah, sangat menantang.Beda lagi bila menggunakan motor atau ojeg, bisa langsung berhenti dekat pos terakhir, dari pos ini ke lokasi curug bisa ditempuh selama 10 menit dengan berjalan kaki saja, itu pun sudah sangat maksimal. Di lokasi sekitar curug terlihat kalau lokasi ini pernah dikelola, paling tidak dicoba untuk menjadi lokasi wisata. Kelihatan dari adanya bangunan yang tampaknya bekas wc umum, kini sudah sangat terbengkalai. Tanah lapang pun nyaris tidak ada karena sekarang sudah tertutup oleh rerumputan yang meninggi dan memenuhi area sekitar curug.Kalau cuaca mendukung--cerah, kondisi yang paling bagus untuk hunting foto di lokasi curug ini sebenarnya dari jam 11 siang sampai 3 sore (pokoknya tepat ketika matahari melintas di atas curug) karena terpaan sinar matahari ke dinding tebing, alam ini akan terlihat semakin keren. Belum lagi ROL cahaya dari pinggir tebing bisa membuat lebih indah lagi karena posisi matahari tidak frontal berhadapan dengan curug. Jadi, masih memungkinkan kalau kita memotret curug secara frontal masih bisa dapat background langit yang biru.Tapi, kalau cuaca mendung dan berkabut, bukan berarti curug langsung mati gaya, justru di sini uniknya, entah mengapa curug ini emang lebih pas difoto bila kondisi berkabut. Sehingga terkesan mistis dan sedikit mencekam. Keindahan mistis yang mencekam, tetapi tampak gagah, aura curugnya jadi terasa aneh.Antisipasi perubahan kondisi cuaca yang cepat berubah jelas harus dilakukan, misalnya jas hujan, dry bag sampai trangia. Kondisi ini bisa dimanfaatkan sambil menunggu hujan selesai. Wisatawan bisa duduk-duduk sambil mengopi. Kalau bukan libur lebaran, jangan harap di lokasi ini ada yang jualan. Jadi, lebioh baik membawa logistik sendiri, daripada harus kelaparan dan kehausan.Karena lokasi pondokan yang saya singgahi itu berada setelah curug, tepatnya di Desa Kombongan (warganya ramah dan kooperatif). Jarak tempuh ke curug juga tidak terlalu jauh meski harus jalan kaki sekitar 20 menit sambil cross country. Selain hamparan sawah yang berundak-undak, kita juga bisa meliat dua sungai besar yang mengalir di kiri-kanan jalan, yang satu aliran sungai dari Curug Sanghyang Taraje dan satu lagi aliran dari Sungai Cikandang.Sayang memang, keindahan curug ini tidak begitu terekspos karena  kurangnya sarana dan prasarana, terutama jalan yang kurang memadai. Tapi, untuk mendapatkan suasana mistis, Curug Sanghyang Taraje, petualangan foto ini layak untuk dicoba.
Hide Ads